Setelah memarkirkan mobil di halaman depan, aku segera masuk ke dalam rumah tempat di mana aku di besarkan. "Assalamu'alaikum. Bu, Pak." Dengan suara tertahan aku memanggil mereka. Ibu sedang duduk di sofa ruang TV."Wa'alaikumsalam. Loh, Putra. Datang sendirian, Nak? Mana istrimu Maura?" tanya ibu heran, kepalanya terus celingukan mencari keberadaan Maura."Putra sendirian, Bu." Bergegas aku menghampirinya, mencium tangannya takdzim. Duduk dilantai menggenggam tangan Ibu. Entah kenapa dadaku terasa begitu sesak, seperti ada sesuatu yang ingin aku tumpahkan dari dalam diri ini.Lama aku terdiam dalam posisiku."Nak? Ada apa? Bolehkah Ibu tau?" tanya ibu sambil memegang pundakku."Ibu ... Mutia ...." Aku tak sanggup lagi meneruskannya. Bibirku bergetar, lidah ini terasa begitu kelu, hingga akhirnya tangisku pecah dalam pangkuan ibuku."Yang sabar, ya, Nak. Mutia wanita yang kuat, dia pasti bisa melewatinya dengan baik," ucap Ibu lirih, suaranya bergetar hampir menangis. Aku mendongak
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya