Share

Bab 18

Author: Dewi Jingga
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rumah ini terlalu besar jika hanya ditempati oleh Mutia seorang diri. Luasnya mungkin tidak seberapa, tapi karena ada dua lantai, pasti itu menyulitkan Mutia untuk membersihkannya.

Arrgh, kenapa baru terpikir sekarang, ya. Mutia melakukan semua pekerjaannya sendiri, melayaniku dengan tangannya sendiri, tidak ada asisten rumah tangga yang meringankan pekerjaannya. Pantas saja dia sering mengeluh capek.

Langkahku gontai memasuki rumah yang menjadi saksi keharmonisan rumah tanggaku bersama Mutia, sebelum akhirnya aku sendirilah yang menghancurkannya karena mendua bersama Maura.

Rumah ini begitu sunyi tanpa kehadiran Mutia, bahkan saat ini aku merindukan setiap kecerewetan yang dulu selalu Mutia lontarkan. Kini aku kehilangan sosoknya, jika dulu aku jenuh bahkan menjadikannya alasan pembenaran atas perselingkuhan yang kulakukan dengan Maura. Maka saat ini aku sangat merindukannya.

Mungkinkah Tuhan sebenarnya sedang menghukumku karena telah mengabaikan istriku Mutia. Hingga kini aku m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 19

    Setelah memarkirkan mobil di halaman depan, aku segera masuk ke dalam rumah tempat di mana aku di besarkan. "Assalamu'alaikum. Bu, Pak." Dengan suara tertahan aku memanggil mereka. Ibu sedang duduk di sofa ruang TV."Wa'alaikumsalam. Loh, Putra. Datang sendirian, Nak? Mana istrimu Maura?" tanya ibu heran, kepalanya terus celingukan mencari keberadaan Maura."Putra sendirian, Bu." Bergegas aku menghampirinya, mencium tangannya takdzim. Duduk dilantai menggenggam tangan Ibu. Entah kenapa dadaku terasa begitu sesak, seperti ada sesuatu yang ingin aku tumpahkan dari dalam diri ini.Lama aku terdiam dalam posisiku."Nak? Ada apa? Bolehkah Ibu tau?" tanya ibu sambil memegang pundakku."Ibu ... Mutia ...." Aku tak sanggup lagi meneruskannya. Bibirku bergetar, lidah ini terasa begitu kelu, hingga akhirnya tangisku pecah dalam pangkuan ibuku."Yang sabar, ya, Nak. Mutia wanita yang kuat, dia pasti bisa melewatinya dengan baik," ucap Ibu lirih, suaranya bergetar hampir menangis. Aku mendongak

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 20

    Tak terasa, sebulan sudah aku menjalani kehidupan pernikahan dengan dua istri. Selama itu pula aku tinggal secara bergantian, seminggu dengan Maura seminggu dengan Mutia. Terus saja seperti itu. Lama-lama aku berasa jadi piala bergilir, tapi aku tetap menikmatinya. Minggu ini adalah jatah bersama Mutia. Yang aku suka darinya, aku selalu dilayani dengan baik. Segala kebutuhanku disiapkannya. Seperti pagi ini, sebelum aku berangkat bekerja sarapan sudah terhidang dengan rapih di atas meja. Hal yang tidak bisa di lakukan oleh Maura selama menjadi istriku. Namun, Maura juga punya kelebihan yang tidak dimiliki Mutia. Dia pandai memu askanku di atas ranjang."Mutia, kamu jangan terlalu banyak beraktifitas. Aku gak mau kamu sampai kelelahan." Aku mendekati Mutia yang sedang sibuk membersihkan peralatan bekas memasak."Hanya ini yang bisa kulakukan Mas, anggap saja ini sebagai baktiku pada seorang suami di sisa-sisa hidupku," ucapnya santai. Aku tidak suka saat Mutia membicarakan tentang kem

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 21

    Sepulang dari kantor aku mendapati rumah dalam keadaan gelap gulita. Kutinggalkan Maura yang masih berada di dalam mobil. Aku benar-benar khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Mutia. Aku pulang terlambat karena harus menemani Maura belanja keperluannya. "Mutia ...." Aku berteriak sambil melangkah memasuki rumah, mendapati pintunya dalam keadaan tidak terkunci, membuatku semakin panik dan tidak karuan. Itu artinya Mutia ada di rumah, tapi kenapa semua lampu rumah ini belum ada yang menyala.Kaki ini melangkah dengan setengah berlari menuju saklar lampu ruang tamu, saat ini ruangan sudah terang, tapi belum terlihat juga tanda-tanda keberadaan Mutia."Mutia ...." Aku kembali memanggilnya, tetap tak ada jawaban.Semakin kupercepat langkah kaki untuk memasuki kamar kami berdua. Ternyata Mutia juga tak ada di sana. "Arrgh ...." Aku berteriak, mengacak rambutku frustasi. "Mutia, kamu di mana." Aku meracau sendiri."Mas, kenapa panik banget, sih. Mungkin Kak Mutia sedang ke rumah saudaran

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 22

    POV MutiaTak ada hal lain yang paling kutunggu selain kedatangan Mas Putra setelah selama seminggu dia bersama Maura.Aku selalu melakukan yang terbaik setiap kali Mas Putra bersamaku. Menyiapkan makanan terbaik, segala kebutuhannya selalu kupenuhi. Berusaha melayaninya semampuku, aku melakukan itu semata-mata untuk menutupi kekuranganku sebagai seorang istri yang tidak bisa memenuhi kebutuhan biologisnya.Ya, aku sudah tidak sanggup lagi melakukannya. Rasanya begitu menyakitkan. Itu juga alasanku memintanya untuk tidak menyentuhku selama dua bulan sejak pernikahannya dengan Maura. Aku yakin, hidupku tidak akan selama itu. Penyakit kanker ovarium yang aku derita menggerogoti organ tubuhku dengan liar. Terakhir aku cek up, Aldiansyah bilang kangkerku sudah memasuki stadium empat, bukankah mustahil untuk aku bisa sembuh kembali. Aku memilih bertahan, demi bakti terakhirku pada sang suami, demi menjaga marwahku sebagai seorang wanita. Karena aku sudah tidak punya siapa pun lagi. Aku ju

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 23

    POV Mutia"Ayah ... Bunda ... Mutia datang." Aku bersimpuh diantara tanah merah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir mereka. Mengusap kedua batu nisan dihadapanku.Tidak terasa air mataku terjatuh, lolos begitu saja. Bibirku bergetar, banyak yang ingin aku ceritakan pada mereka. Namun, rasanya sangat sulit untuk mengucapkannya.Hanya beberapa bait do'a yang bisa aku panjatkan, lalu menaburkan berbagai macam jenis bunga di atas tempat peristirahatan terakhir mereka."Ayah, sesuai permintaanmu, aku tetaplah wanita yang kuat meski tanpa kalian di sisiku. Ibu, aku sudah berusaha menjdi istri yang baik untuk suamiku, sesuai dengan keinginanmu." Akhirnya tangisku benar benar pecah."Aku rindu kalian, sangat. Tapi Bunda dan Ayah tidak perlu khawatir, tidak lama lagi aku akan datang. Kita akan segera berkumpul, hanya tinggal menghitung waktu saja." Kupaksakan tersenyum, meski rasanya sulit mengukir sebuah senyuman disaat hati kita benar-benar di patahkan oleh orang yang paling kita say

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 24

    Saat ini aku sudah berdiri di depan rumah Bapak dan Ibu. Aku bingung, harus masuk atau tidak. Kalau mereka bertanya kenapa aku mencari Mutia, aku harus menjawab apa, tapi kalau hanya berdiri di sini, mana aku tau Mutia ada dimana.Saat aku sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba Ibu keluar."Loh, Putra. Ngapain malem-malem berdiri di sana? Ayo masuk. Ibu mau ke warung depan sebentar, stok kopi bapakmu sudah habis soalnya." "Ahh, iya, Bu. Aku masuk. Emmh, atau Ibu mau kuantar?" tanyaku."Tidak perlu, kamu masuk saja temani bapakmu. Warung 'kan deket, Put." Ibu terkekeh pelan. Aku hanya tersenyum canggung, pasti Ibu tau aku hanya basa basi.Di dalam rumah kulihat Bapak sedang menonton acara TV. Aku pun mendekatinya."Assalamu'alaikum, Pak." Aku mencium tangannya dengan takzim."Wa'alaikumsalam warohmatulloh, sendirian kamu, Put?" tanya Bapak. Dia menurunkan kacamatanya sampai batas hidung, lalu menaikannya kembali."Iya, aku sendirian, Pak." Aku memaksakan untuk sedikit tersenyum."Hhhh. Ba

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 25

    Hari ini aku datang ke rumah sakit tempat Aldiansyah praktek. Syukur kalau bisa bertemu dia di sini, seandainya enggak pun yang penting bisa mendapatkan alamat rumahnya. Kulihat seorang perawat wanita lewat di depanku."Sus, apa Dokter Aldiansyah ada jadwal praktek hari ini?" tanyaku padanya."Dokter Aldiansyah praktek siang ini, Pak, jam sebelas," jawabnya lugas."Oh, iya. Saya ada keperluan dengannya, saya suami dari pasien Dokter Aldiansyah. Apa bisa saya meminta alamat rumah beliau?" Aku berbicara sesopan mungkin, agar terlihat meyakinkan."Emmh, mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa membantu, bukan ranah saya untuk berbicara ini. Saya permisi." Suster itu berjalan melewatiku."Tunggu!" Teriakanku menghentikan langkah suster muda itu. Dia menoleh padaku."Saya mohon, Sus. Ini sangat mendesak, terkait dengan kondisi istri saya." Aku memelas.Suster itu hanya tersenyum dan menggeleng, lalu melanjutkan berjalan lagi meninggalkanku.Arrgh, sial. Aku kira ini akan mudah. Sepenting apa, sih

    Last Updated : 2024-10-29
  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 26

    Sudah tiga hari ini Mutia pergi dari rumah. Entah dimana dia tinggal dengan kondisinya yang lemah seperti itu. Aku sangat khawatir pada keadaan Mutia.Aku yang harus tetap bekerja membuat waktuku untuk mencari Mutia begitu terbatas.Lihatlah, tiga hari selepas kepergian Mutia, rumah ini begitu kacau. Aku sampai pusing melihatnya. Perabotan sudah penuh dengan debu, lantainya tidak pernah di sapu atau di pel. Piring dan gelas bekas makan madih menumpuk di westafel, Maura tidak pernah menyentuhnya. Alasannya takut kukunya rusak dan tangannya jadi kasar. Ahh, beginilah rasanya memiliki istri yang hanya pandai merawat diri. Semua pekerjaan rumah terbengkalai. Ini hari libur, aku memanfaatkan waktu untuk membereskan rumah. Sebenarnya bisa saja aku menyewa asisten rumah tangga, tapi Mutia memilih untuk melakukannya sendiri. Aku tidak tau alasannya, padahal ini sangat melelahkan.Aku bingung harus mulai dari mana, hingga akhirnya sapu dan pel-an yang menjadi pilihanku. "Maura, bantulah aku

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Ekstra Part 3

    POV 3 (AUTHOR)Setelah tragedi panas yang terjadi pada malam itu, Putra sibuk mengurus perceraiannya dengan Maura.Siapa sangka seorang Putra yang jumawa dan mengaku bangga karena memiliki dua istri, kini harus menjadi duda dua kali dari dua perempuan yang berbeda, dan hal itu terjadi dalam waktu berdekatan. Apalagi yang bisa dia banggakan sekarang? Istri pertamanya yang memiliki hati seluas samudera serta kebaikan dan ketulusan yang tiada batas, telah di sia-siakannya. Hingga takdir harus membawanya untuk pergi dan tidak akan pernah kembali. Hanya penyeselan lah yang dia dapat.Lalu Maura, wanita cantik yang selalu dia puja akan kemolekan wajah dan tubuhnya, nyatanya tidaklah sebaik yang dia kira, tidaklah setulus sangkaannya. Kisah masa lalunya yang kelam dan belum usai, membuat kehidupan pernikahan mereka berakhir pula dengan perceraian.Setelah semua kehancuran yang terjadi pada kehidupannya, Putra memutuskan untuk kembali tinggal bersama orang tuanya. Rumah yang sempat dia belik

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Ekstra Part 2

    Aku pulang kerumah saat hari sudah hampir larut. Sepertinya Ayah dan Ibu menemani Maura selama aku sibuk dengan urusan Mutia. Tidak mungkin mereka meninggalkan Maura sendiri.Aku hendak membuka pintu, sebelum akhirnya kudengar Ayah berteriak dengan lantangnya."Maura, apa benar yang dikatakan laki-laki itu? Bagaimana mungkin dia mengaku sebagai Ayah dari anak yang jelas-jelas terlahir dari pernikahan kamu dan Putra." Dapat kutangkap kali ini Ayah benar-benar sedang emosi.Bahkan, aku yang baru saja mendengarnya pun ikut merasa panas. Apakah benar anak itu bukan darah dagingku? Hatiku terus bertanya-tanya. Kuurungkan niatku untuk masuk, aku ingin mendengar jawaban pasti dari Maura."Ayah, maafkan aku. Aku juga tidak tahu siapa ayah dari bayiku. Karena ... karena aku ...." Maura tak melanjutkan ucapannya."Karena apa Maura? Apa kau sudah berzina dengan lelaki itu sebelum kamu menikah dengan Putra?" Kini Ibu pun ikut berteriak pada putrinya."Ibu ... maafkan Maura. Maura salah." Kali in

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Ekstra Part 1

    Di sinilah aku berada, duduk termenung di samping gundukan tanah merah yang masih basah. Bunga segar bertaburan di atasnya.Kupeluk nisan yang bertuliskan nama Mutiara. Tak ada lagi air mata yang keluar, namun rasa sakit ini masih saja terbenam dalam hatiku. Ini lebih perih dari saat aku mendengar tiga kali ketukan palu hakim yang secara sah memutus hubunganku dengan Mutiara. Aku telah kehilangan Mutiara untuk selamanya. Yang lebih membuatku terluka, adalah kenangannya yang masih saja membekas dalam ingatan."Putra, ayo kita pulang, Nak." Dapat kurasakan jemari ibu menyentuh lembut bahuku."Tidak, Bu. Biarkan aku di sini, Mutia harus tahu bahwa aku belum benar-benar siap untuk kehilangannya. Masih banyak kesalahan dan dosa yang belum aku tebus pada Mutia." Tanganku tak hentinya mengusap nisan Mutia."Terlambat Putra, ini benar-benar sudah terlambat. Biarkan saja semuanya seperti ini. Ibu yakin, dia telah memaafkanmu. Hatinya yang seluas samudra, tidak akan mampu menyimpan dendam unt

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 39 (END)

    Tanpa berpikir panjang, aku segera pergi dari ruang persalinan Maura. Tak kuhiraukan lagi teriakannya yang memanggil namaku. Karena saat ini, pikiranku hanya tertuju pada Mutia.Semoga Mutia dalam keadaan baik-baik saja.*********Hatiku sedikit lega, karena Maura sudah melahirkan dengan selamat. Beban pikiranku sedikit berkurang. Namun, belum juga sepenuhnya tenang, karena aku belum tahu apa yang terjadi pada Mutia saat ini.Terakhir, saat melihat kondisi Mutia yang memburuk pagi tadi, mau tak mau prasangka buruk menguasai hati dan pikiranku. Aku mengemudi dengan kecepatan sedang, ini sudah hampir sore, jalanan pun lumayan macet.Setelah perjalanan yang cukup panjang, aku akhirnya sampai di Panti Asuhan Pelita Bunda. Baru saja tiba, bahkan aku belum turun dari mobil, jantungku tiba-tiba berpacu dengan cepat. Hatiku benar-benar dipenuhi perasaan takut, takut kehilangan Mutiara sepenuhnya. Takut tak lagi bisa memandang teduh wajahnya yang mampu mengobati rasa rinduku akan hadirnya.Ak

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 38

    "Putra, bagaimana Maura?" Ayah langsung bertanya begitu aku keluar dari ruangan. Ibu pun langsung berdiri dan menatap ke arahku menanti jawaban."Belum, Yah. Masih pembukaan empat. Putra mau memberitahu Ayah dan Ibu dulu, karena tadi belum sempat." ********Aku menghubungi nomor telepon Bapak. Tak berselang lama , panggilan pun terhubung."Assalamu'akaikum, Pak."[Wa'alaikumsalam warohmatulloh.] Terdengar Bapak menjawab salam dengan suara sendu."Pak, maaf Putra baru sempat menghubungi. Sekarang Putra sedang di rumah sakit, Maura mau melahirkan. Baru pembukaan empat, kalau bisa Ibu dan Bapak datang kesini. Putra ingin kalian menyaksikan kelahiran cucu kalian." Dengan sedikit gugup aku menjelaskannya pada Bapak. Selain karena khawatir pada keadaan Maura yang sedang berjuang di ruang persalinan, juga pikiranku melayang pada kondisi Mutia, mantan istriku yang saat ini sedang di bawa ke rumah sakit oleh Aldiansyah. Mungkin saat ini mereka sudah sampai. Sungguh aku ingin tahu bagaimana ke

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 37

    Sudah hampir dua bulan aku terjebak dalam situasi seperti ini. Setiap seminggu sekali aku selalu menyempatkan waktu untuk melihat kondisi Mutia. Walau hanya mampu dari jauh, tapi itu sudah cukup mengobati kerinduanku. Meskipun terkadang aku tidak beruntung karena Mutia sedang tidak berada di luar.Sesekali aku akan membelikan sebuah hadiah kecil untuknya yang biasa aku titip kepada anak panti yang sedang bermain di dekat pagar. Tentu saja Mutia tidak akan tahu bahwa itu dariku.Seperti hari ini, aku datang membawa sebuah coklat untuk Mutia. Aku berharap bisa melihat wajahnya lagi hari ini. Sudah hampir setengah jam, tapi aku belum melihat dimana keberadaan Mutia. Namun, aku melihat beberapa orang anak yang terlihat begitu panik. Tidak lama kemudian terlihat Aldiansyah datang dengan tergesa-gesa memasuki panti, ada beberapa anak yang menangis juga. Entah apa yang sedang terjadi di dalam sana, tapi hal itu membuatku sangat khawatir terhadap kondisi Mutia.Atau jangan-jangan? Mutia? A

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 36

    "Thanks, udah mau datang," ucapku pada Aldiansyah yang saat ini tengah duduk di hadapanku. Kami bertemu di sebuah Cafe dekat rumah sakit tempat Aldiansyah praktek. Menyempatkan untuk bertemu di jam makan siang."Hmm, it's okay. Ada apa?" Tanpa basa basi Aldiansyah langsung bertanya."Emmh, ini ... perihal Mutia.""Aku sudah menduganya. Kenapa? Jangan lagi mengganggunya. Saat ini kehidupannya sudah lebih membaik." Nada bicaranya terkesan ketus. Aku tahu dia tidak menyukaiku, karena aku pun sempat merasakan hal itu pada dirinya. Akan tetapi saat ini, tak ada lagi alasanku membencinya, dia telah berjasa besar dalam kehidupan Mutia, mantan istriku yang posisinya sama sekali belum tergantikan di hatiku."Syukurlah, aku lega mendengarnya. Emmh, sebenarnya aku ingin bertemu Mutia. Bisakah kamu memberi tahu dimana dia berada saat ini. Aku sudah mencoba mencarinya, tapi nihil. Usahaku tidak membuahkan hasil." Aku berharap Aldiansyah mengabulkan keinginanku."Hhhh, untuk apa? Kedatanganmu hanya

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 35

    Rasanya permasalahan dalam hidupku tidak pernah selesai. Belum lama ini perceraianku dengan Mutia yang sangat berpengaruh dengan keadaanku sekarang, Maura yang tidak ingin melakukan pekerjaan apapun termasuk mengurusi semua kebutuhanku. Lalu pagi ini, aku di tegur oleh atasan, SP (Surat Peringatan) satu pun keluar. Pasalnya ini bukan pertama kalinya aku melakukan kesalahan di kantor. Aku memang sering datang terlambat karena bangun kesiangan, penampilanku yang lebih sering terlihat berantakan karena barang-barang keperluan untuk aku bekerja harus kusiapkan sendiri. Belum lagi pekerjaanku yang sering terbengkalai, karena lebih sering melamun memikirkan nasibku setelah perginya Mutia dari kehidupanku.Aku tidak pernah membayang nasib pernikahanku akan menjadi seperti ini. Jujur saja, aku sangat merindukan Mutia. Hingga aku memutuskan untuk mampir sebentar ke rumahnya.Tidak, aku tidak akan benar-benar singgah. Hanya lewat saja, lalu memandangi rumah yang penuh dengan kenangan manis itu

  • SISA CINTA UNTUK ISTRIKU   Bab 34

    POV MAURAAktifitasku setiap pagi, ya hanya duduk-duduk saja. Karena Mas Rakha selalu menyuruh Bi Jumi untuk datang ke rumah kami setiap dua hari sekali untuk beres-beres rumah. Aku sangat enggan melakukan kegiatan itu, karena hanya akan membuat jari dan kuku yang aku rawat jadi rusak. Biarkan saja, toh kalau Mas Putra risih dengan keadaan rumah yang berantakan dia akan mencari pembantu untukku. Dan perkiraanku terbukti benar, Bi Jumi lah yang selalu datang untuk membereskan rumah kami. Apalagi setelah dinyatakan hamil oleh dokter, rasanya aku hanya ingin bermalas-malasan saja. Tidur seharian di rumah tanpa melakukan apapun.Pagi ini setelah Mas Putra berangkat bekerja, seperti biasa aku duduk sambil menonton TV dan makan cemilan. Mas Putra selalu sarapan di kantor. Kalau aku gampang, tinggal pesen makanan delivery saja. Seperti hari ini, sambil menunggu bubur ayam yang sudah aku pesan datang, aku makan cemilan terlebih dahulu.Lalu sesaat kemudian terdengar suara ketukan pintu dari

DMCA.com Protection Status