Semua Bab Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia: Bab 41 - Bab 50

102 Bab

Janda janda Tangguh

“Ice matcha espresso satu, ice caramel latte satu, hot americano satu, french fraise dua. Ada tambahan lagi?” Mbak Diana mencatat di secarik kertas yang dipegangnya di tangan kiri.“Gak mbak cantik.” Ucap seorang pelanggan pria.Dia bersama dua pria lainnya yang dari tadi senyum-senyum menatap mbak Diana. “Ehem.” Seorang teman di sebelahnya duduk tiba-tiba mencolek pinggang Mbak Diana tanpa permisi.Sontak Mbak Diana kaget dan mundur selangkah.Aku sedari tadi duduk manis di kursi pelanggan paling pojok dekat ruang dapur sambil memantau cafe dengan syantik. Kulihat salah satu meja pelanggan tepat di seberangku ditempati orang-orang yang sepertinya tidak bersahabat dengan mbak Diana. Ihh dasar cowok-cowok mesum!Penampilan mereka bertiga dengan kaos oblong dan jeans robek. Ada yang tindik di telinga, ada yang di hidung, ada yang di alis. Sejak mereka datang, seperti membawa aura kegelapan di cafe ini.Duh, kenapa di hari pertama Mbak Diana kerja sebagai pelayan di sini, ada orang-ora
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Terkuaknya Pelaku

Aku terdiam duduk di kursi pelanggan melihat ruangan cafe telah sepi pengunjung. Astaghfirullah cobaan apa lagi ini?Ingatanku traveling saat kemarin terjadi insiden di cafe. Setelah ambulance membawa pergi pasien yang mengalami keracunan, aku melihat para pelanggan sibuk menggunjingkan cafe ini. Tatapan mereka sangat tajam seperti menusuk jantungku tapi tak berdarah.“Oh ini ya pemiliknya.”“Ya… masih muda sok belagu.”“Owalah, pantes dia sering duduk di situ, ngawasin kita.”“Dia ngawasin siapa yang mati lebih dulu.”“Eh, kan ada yang meninggal dulu, katanya satpam ditusuk.”“Ih, kok jadi angker ya.”“Kasihan, mungkin ulah hantu kali nyari korban siapa yang mati lebih dulu.”Suara-suara mereka benar-benar berisik di telingaku. Omongan mereka nyelekit sepedas cabe. Belum ada info detail apakah benar keracunan minuman dari cafe atau hal lain. Namun mereka sudah membuat cerita sendiri seakan sutradara yang memahami dan membuat alur setiap adegannya. Begini rasanya bullying verbal. “A
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Balas Dendam Cantik

Sampailah kami ke Black Coffee. Belum sempat kami melangkah masuk, ada seorang seorang waitres keluar dari cafe. Aku bisa melihatnya jelas dari seragamnya. Dia menatap kami dengan mata melebar dan mengedipkannya berkali-kali. Arah pupilnya ke segala arah. Terlihat jelas pria muda itu gugup.“Maaf permisi.” Pelayan pria itu berbalik arah kembali masuk.Kulihat punggungnya saat dia berbalik. Spontan pandanganku mengarah ke leher. Tepat dugaanku, dialah pemilik tato M. Dialah pelakunya.Tak kusia-siakan kesempatan itu. Aku langsung menarik bahu kirinya agar berbalik menghadapku. Pandangan matanya heran menatapku.“Ya mbak?” Tanyanya heran.“Aku perlu… Ini…” ucapku datar."Hiyaat!" jeritku mengeluarkan tenaga dalam.Seketika itu aku melayangkan kaki kananku menendang keras ke alat vitalnya dengan sekuat tenaga.“Aaaggh!” jerit pria itu.“Aku panggil polisi!” tegasku mengancamnya.Aku melihat pria itu meringkuk merintih kesakitan sampai ke ubun-ubun. Aku mengambil kesempatan lagi untuk me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Nyinyir

Bab 45 – Nyinyiran Orang“Hebat ya. Durasi videonya lama. Padahal adegan berkelahinya aja gak ada. Kok bisa ya.” Cibir Doni padaku sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding.“Eh, ada kok mas Doni. Ini lho keren banget.” Mbak Diana tampak tersenyum sendiri menatap layar ponselnya.“Eh, Mas Doni tetep paling keren kok. Walau cuma sedetik videonya, serangan Mas Doni di imajinasiku durasinya panjang tak berujung.” Senyum mbak Diana benar-benar terpancar hanya untuk mas Doni seorang.“Ehem… Baru aja aku dapat fans, tapi sekejap itu direbut sama actor kelas teri.” Sindirku sambil memainkan bola mata malas.Mbak Diana bakal jadi fans setia Doni nih.“Bos, aku padamu kok. Fans beratmu mmuaaah…” Siska memainkan jemarinya berbentuk hati kecil sambil mengedipkan mata genit. Aku kembali mendekatkan wajahku ke layar ponsel milik mbak Diana yang bersandar pada penyangga ponsel diatas meja.Video yang diupload tiga hari lalu itu kini viral dan viewer-nya tembus ratusan ribu. Masuk trending topik nih!
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Nikah, Yuk!

Dekorasi ruangan tampak putih dengan dihiasi bunga-bunga segar berwarna warni yang menempel pada panggung di samping aku duduk. Di depanku persis tampak beberapa lelaki yang duduk saling berhadapan. Salah satunya kulihat sosok Mas Rayyan.“Saya terima nikah dan kawinnya Ria Khadijah binti Abdurrahman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Ucap mas Rayyan sambil menyalami ayahku.“Sah?” ucap penghulu.“Sah.” Ucap saksi.Aku duduk di kursi belakang membelakangi Mas Rayyan sambil menahan isak tangis yang sulit kubendung. Ucapan Mas Rayyan benar-benar merdu di telinga. Jantung ini seperti mau copot karena debarannya tak kuasa kutahan. “Aku gak setuju!” terdengar suara mbak Wenda dari balik pintu kamar membuyarkan dunia halusinasiku. “Ihh!” gerutuku sebal.Bayangkan, lagi asik menonton film pernikahan secara syar’i sambil membayangkan diriku berada di sana. Aku merasa menjadi tokoh utama wanita yang duduk membelakangi pasangannya saat prosesi pengucapan ijab qobul. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Mentari Tertutup Mendung

Bab 47 – Kala Mentari Tertutup Awan Mendung“Mbak Wenda kasih nama bayi ini siapa?” tanyaku sambil menggendong bayi perempuan. Ny. Wenda Fatimah, nama yang tertera di kertas yang melingkar pada kaki kanan bayi mungil ini.Alhamdulillah Mbak Wenda telah melahirkan secara caesar di sebuah rumah sakit swasta. Ini sudah hari kelima kami menginap di ruang VIP. Hanya aku, mbak Wenda, dan bayi ini. Masya Allah bayi mungil ponakanku. Ingatanku melayang saat mbak Wenda berjuang keras melahirkannya.Aku dan mas Revan menunggu di luar ruang operasi. Kata Bu Dokter Ajeng, spesialis kandungan menjelaskan bahwa Mbak Wenda harus segera di caesar karena tali pusarnya melilit si bayi, sehingga denyut nadi turun.Entah kenapa tanganku menjadi dingin dan berkeringat. Apa mungkin rasa takut menyelimuti tubuh ini? Kugigit kuku berkali-kali untuk melampiaskan kecemasanku. Ini moment pertama yang aku tunggu-tunggu. Mungkin ini juga momen spesial bagi Mas Revan di sebelahku yang terpaut satu kursi.Kul
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Indahnya Pelangi setelah Hujan

Bab 48 – Indahnya Pelangi setelah Hujan“Mbak Wenda, makan yuk.” Aku membujuknya yang berdiri di sisi pintu kamar.Kulihat Mbak Wenda meringkuk di kasur, sementara bayi perempuannya yang dibedong sedang tertidur pulas di sebelahnya.Ini sudah hari ke tiga mas Revan meninggalkan kami untuk selamanya. Aku dan Mbak Wenda tak percaya secepat itu Mas Revan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Mungkin dibanding denganku, mbak Wenda lebih terpukul atas kematian Mas Revan. Sudah tiga hari Mbak Wenda hanya terdiam dengan pandangan kosong. Perutnya hanya terisi dengan air putih dan susu formula ibu menyusui. Namun tidak ada satupun makanan yang masuk ke pencernaannya. Padahal aku sudah membujuknya baik dengan cara halus maupun cara kasar. Berkali-kali kuajak makan, tetapi tidak digubrisnya. Aku sekarang memahami bagaimana rasanya menjadi seorang ibu yang berusaha menyuapi anaknya yang susah makan.Aku tahu memang menyedihkan bagimu mbak Wenda, tapi tidak perlu membuat orang sekitarmu g
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Aku, Kamu dan KUA

“Sah.” Ucap para saksi yang membuat bulu romaku berdiri.Kulihat punggung seorang pria yang duduk di kursi tepat di depanku. Gagah sekali dengan setelan jas hitam. Sementara aku memakai dress dengan balutan hijab menjuntai hingga dada. Aku didampingi mbak Wenda dan mama di sebelah kanan dan kiriku yang juga memakai kebaya. Apa ini mimpi? Gak! Ini gak lagi nonton film romantis kok. Ini nyata. Sadar Ria. Ini momen spesial untukmu. Aku masih tidak menyangka bisa menikah di KUA. Memang tidak seperti pernikahanku sebelumnya yang di gedung dengan dekorasi hiasan bunga-bunga cantik serta banyak tamu undangan dan makanan. Kali ini memang berbeda. KUA tempat sakral untukku dan Mas Rayyan.Kami sepakat memilih di KUA dengan alasan menghindari nyinyiran orang. Memang menurut orang-orang sekitar kami belum bisa memahami bagaimana bisa ada pernikahan silang antara aku dan mantan kakak iparku. Cukuplah KUA menjadi saksi pernikahan kami.“Ri, maju.” Mbak Wenda menyenggol lengan kiriku.Kulihat ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Ending

“Revania, hati-hati jatuh nak!” Tegur Mbak Wenda yang melihat putrinya sedang mencoba menaiki tangga.Segera Mbak Wenda beranjak dari sofa dan bergegas menggendong putrinya yang berusia dua tahun. Tak lupa dia menutupnya dengan pagar kecil agar putrinya tidak menaikinya lagi.“Biarkan aja mbak.” Jawabku santai sambil menyeruput secangkir teh hangat.“Eh, ya gak gitu. Nanti kalau jatuh, kamu mau tanggung jawab Ri!” sewotnya.“Maksudku, mbak biarkan aja Revania naik tangga, gak papa. Nah, mbak jagain dari belakang.” Jelasku dengan tersenyum.“Lah, masalahnya aku lagi ngadepnya sama kamu, tante manyun!” Gerutunya sambil mengarahkan Revania ke tempat perosotan mini di ruang tengah.“Hahahha…” Aku tertawa lepas.“Nte Antik… No no no!” ucap Revania dengan gemesnya mencucu.“Tante cantik ya sayang ya. Bunda bilang tante manyun itu salah ya. Harusnya cantik ya?!” ucapku meyakinkannya sambil nyengir berseri.“Oya, udah ketemu mama papa?” tanya Mbak Wenda yang menoleh sebentar padaku lalu fokus
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Season 2 : Mengumpulkan Keberanian

Pesantren putri gaduh. Pukul delapan malam di mana seharusnya semua santriwati belajar dengan tenang menyimak guru membaca kitab, kini penuh dengan suara teriakan memanggil nama seseorang. Pasalnya putri Kiyai Rozak menghilang. "Ning Salwa!" Seruan menggema. Bukan hanya seluruh mbak-mbak abdi ndalem, ustazah yang mengajar pun terpaksa meninggalkan kelas --dengan memberi tugas santriwati agar mereka tenang-- untuk turut mencari keberadaan Salwa, anak bungsu kyai. Salwa sudah berada di luar gerbang putri dengan mengendap-endap. Ia sengaja menggunakan pakaian hitam agar tidak mencolok pandangan di gelapnya malam. "Kenapa mereka masih memanggilku, Ning. Mbak Nayya pasti belum selesai menatar mbak-mbak itu." Salwa mengomel sambil berjalan tergesa-gesa. Gadis berusia 18 tahun itu sudah membulatkan tekad meninggalkan pesantren. Mengumpulkan seluruh keberanian menerima resiko dari pilihannya. Masalah ini harus selesai. "Aku bukan kabur Paklek, tapi menghindar sementara sebelum semua Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status