All Chapters of Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia: Chapter 31 - Chapter 40

102 Chapters

Perang Saudara

“Kuharap kamu bisa menerimaku lagi sayang.” Pinta Revan dengan rayuan gombalnya.Kami berempat berada di ruang tamu rumahku yang memang hanya satu lantai. Bukan bangunan mewah seperti rumah Revan. “Mas membujukku dengan cincin?” tanya Ria dengan mengernyitkan dahinya.Ria menghela napas panjang lalu mengambil cincin yang ada dikotak kecil yang sedari tadi dipegang Revan. “Makasih Mas.” Senyum Ria manis tapi penuh maksud. Suasana sekejap hening. Namun kami semua terperangah kala Ria spontan membalikkan tubuhnya ke arah Wenda. “Maaf, cincin ini salah sasaran.” Ria menatap Wenda.“Cincin ini harusnya untuk membujuk mbak Wenda agar bisa melepaskan Mas Rayyan.” Ria memakaikan cincin itu ke jari manis kanan Wenda. Wenda pun hanya terdiam. Tatapannya tak percaya Ria bisa melakukannya seperti itu di depan kami semua. Kulihat Revan dengan mulut sedikit terbuka dan pandangannya bingung harus berbuat apa. Aku tak kalah takjub melihat betapa kerennya Ria mengambil cincin yang harusnya menjad
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Pria Misterius

“Udah jam 1 siang, masih belum ada orang yang datang. Yaah.” Ria duduk di kursi pelanggan sambil menghela napas panjang.“Udah Ri, insya Allah ada jalan.” Jawabku yang saat itu sedang mengelap meja di sebelah Ria duduk. Sudah tiga hari berlalu sejak dibukanya kembali cafe milik Ria pasca tragedi. Pelanggan yang datang bisa dihitung. Bahkan buka dari pagi jam 10 hingga setelah isya, terhitung tidak sampai 20 orang yang makan di sini. Tiga hari berturut-turut pun aku sudah mencoba berdiri di luar pintu. Dengan kemeja kerja dan topi, aku mengembangkan senyuman manis sambil menawarkan aneka menu di cafe kami pada orang-orang lalu lalang yang melewatiku.Ingatanku traveling ketika pagi tadi aku pun melakukan promosi di luar pintu cafe. Ini pengalaman perdanaku seperti sales. “Ehem…” Aku berdehem, mencoba untuk mengeluarkan rasa kepercayaan diriku. Hari ini pun hatiku berdegup kencang. Rasanya gugup sekali, seperti pertama kali melakukannya. Padahal dari hari pertama di buka sudah mencob
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Kejutan dari Doni

Bab 33 – Kejutan dari Doni“Kenapa Mas Rayyan. Ada siapa di sana?” tanyanya penasaran karena melihatku lari menjauh darinya.Aku menoleh kanan dan kiri sepanjang jalan trotoar yang aku pijaki. Tak ada siapapun yang mirip dengan pria bertopi dan setelan serba hitam itu. Hanya lalu lalang orang yang melewatiku.“Siapa dia?” lirihku dengan menundukkan kepala.Aku tidak merespon pertanyaan Ria dan kembali masuk lagi ke dalam cafe dengan ribuan pertanyaan di kepalaku.Aku berjalan perlahan sambil mataku melihat lantai untuk berpikir. Kenapa dia melihat kami? Apa dia mengincar Ria? Atau jangan-jangan, cafe ini ada harta karunnya?Duh, pikiranku nyeleneh lagi kan. Kebanyakan nonton film adventure nih.“Mas Rayyan… ehem…” Ria mengagetkanku.Kulihat sepatunya hingga kudongakkan kepalaku menatap wajahnya. Tampak dia menaikkan ujung bibir kirinya sambil mengernyitnya dahi.“Ah ya, Ri.” Ucapku terbata-bata. Bingung harus bilang apa.“Tadi ada siapa ya, di luar?” tanyanya lagi dengan senyuman kec
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Mengambil Keputusan

“Jadi aku harus pergi dari kota ini? Lalu Ria?” tanyaku penasaran. Jika aku pergi dari kota ini, berarti aku harus siap meninggalkan Ria dan Wenda. Mungkin Ria bisa menjaga Wenda selama hamil. Lalu untuk cafe Ria gimana? Aku tidak bisa meninggalkan Ria dalam kondisi usahanya terpuruk.“Kalau Mas Rayyan pergi. Aku akan menjaga mbak Ria.” Tegas Mas Doni dengan menatapku tajam. Terbersit dari arah pembicaraannya seakan-akan Mas Doni mengusirku dari kehidupan Ria. Alibinya agar bisa dekat dengan Ria tanpa ada aku yang mengganggunya. Ini ceritanya aku harus kalah sebelum berperang, gitu? ibarat mundur diam-diam seakan telah meninggalkannya. Dan dia bak pahlawan masuk dalam kehidupan Ria. Menyebalkan!Tapi kalau dilihat sesuai realita, mana ada wanita yang mau menikah dengan pria rendahan?! Setidaknya dengan berada di sana, aku lebih sukses dari pada di sini menjadi bawahan Ria. Di sisi lain, aku juga butuh kerjaan yang menjanjikan agar bisa memenuhi kebutuhan selama Wenda hamil. Ya All
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Hadiah Sepatu

“Apa ini Mas Rayyan?” tanyaku yang melihatnya duduk di sofa sambil menaruh tiket pesawat di atas meja.Kulihat tatapannya terpaku tak bergeming melihat tiket itu. Apa ini maksudnya? Siapa yang akan pergi?“Siapa yang mau jalan-jalan mas?” Wenda datang menghampiri kami dan duduk tepat disebelahku. Dia langsung mengambil tiket tersebut dan membukanya. “Nama Ra…Mas Rayyan?! Mas Rayyan mau pergi?” tanyanya kaget dengan mata melebar tak percaya. Akupun juga tak percaya dengan mulut menganga. Kok bisa? “Mas Rayyan mau kemana?” tanyaku yang juga tak mengerti kenapa dia diam dari tadi.“Aku mendapat tawaran kerja di sana. Di resort tempat wisata.” “Masya Allah kapan ngelamarnya?” aku masih tak percaya bisa begitu cepat.“Ada teman mengajakku mengurus resort miliknya.” Mas Rayyan menatapku lalu mengalihkan pandangannya ke arah meja.Kudengar hembusan napasnya tak lama setelah aku menghela napasku. Walaupun begitu, harusnya aku bahagia mendengarnya. Akhirnya Mas Rayyan mendapatkan pekerja
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Secarik kertas Berharga

Bab 37 – Dunia Halu Wanita“Apa aku boleh berharap semuanya itu terwujud?” tanya Mas Rayyan yang menatapku penuh harap.“Aku menunggu Mas Rayyan kembali… dan… Sahkan aku.” Aku yang sedari tadi menatapnya langsung tertunduk dan memejamkan mata.“Tunggu aku kembali Ri, insya Allah.” Mas Rayyan mengembangkan senyuman paling tampan yang dimilikinya. Senyumannya… Tatapannya… Aku terkesima menatapnya. Artis Korea mah buang jauh dah. Dia lebih keren dari mereka. Apa karena aku jatuh cinta? Apa karena mataku hanya tertuju padanya? Apapun itu, dia tetap perfect masya Allah.“Ehem… mbak Ria… mbak Ria!” Doni mengagetkanku. Membuyarkan mimpi indahku. Bukan mimpi, tapi kenyataan yang belum bisa move on. Dia menepuk bahuku berkali-kali hingga aku sadar dan menoleh ke arahnya.“Ya ya… tahu.” Gerutuku.Tidak bisa lihat orang bahagia apa? Mau menghayal aja gak boleh. Sebel!Netraku menyapu area cafe ternyata sudah penuh dengan pelanggan yang duduk di kursi. Alhamdulillah progres yang sangat bagus sej
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Hijrahnya Seorang Wanita

Bab 38 – Hijrahnya Seorang Wanita “Assalamu’alaikum.” Suara Mas Rayyan yang sangat kurindukan menggema dari balik ponsel yang kupegang.“Wa’alaikumsalam Mas Rayyan.” Aku tersenyum sambil melipat kedua bibirku karena tak percaya.Jantungku berdegup kencang mendengar suaranya. Apa karena satu purnama tidak ada kabar darinya?“Alhamdulillah sepertinya ramai di cafe ya Ri?”Mungkin Mas Rayyan mendengar riuh keramaian di cafeku. Terang saja, aku pun juga harus menekan tombol loadspeaker di ponselku. Karena kalau tidak, bukannya obrolan makin romantis malah yang ada cuman suara gemuruh.“Di sana ada Mas Doni ya?” tanyanya lagi.Kulihat Doni masih sibuk dengan para wanita yang ingin berfoto dengan banner foto LeeMinHo. Idenya sih brilian. Namun kupikir lagi, lha dia malah tidak bekerja. Tugasnya itu meladeni pelanggan, bukan meladeni fans fanatik! Hadeh! Perlu dibilangin ini orang. Nanti deh.“Ya Mas, Doni membantuku alhamdulillah. Ada juga Siska di sini.” Aku menunjukkan bahwa di cafe ini
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Siasat

“Cewek apa cowok, Dok?” tanya Wenda yang sedari tadi berbaring di ranjang pasien sembari dokter melakukan USG.“Ya belum Bun. Ini masih sekitar 3 bulan 2 minggu. Belum kelihatan apa-apa. Alhamdulillah panjang dan beratnya normal.”“Alhamdulillah.” Timpalku yang selalu berharap keponakanku baik-baik aja. “Vitaminnya sudah habis?” Dokter mencuci tangannya pertanda dia menyudahi pemeriksaan. Wenda pun turun dari ranjang.Aku yang dari tadi duduk manis sambil menyisir seisi ruangan serba putih seperti baju Dokter Obgyn yang barusan duduk di hadapanku. Tak lama Wenda menyusul duduk di sampingku. “Tinggal 2 tablet, Dok.”“Saya tambah vitaminnya ya bun.” Dokter menulis di secarik kertas lalu menyerahkannya ke perawat di sampingnya.“Makasih Dok.” Wenda mengembangkan senyuman lalu mengambil kertas tersebut dari tangan perawat.Kami keluar dari ruangan obgyn lalu segera menuju loket pembayaran dan apotek yang letaknya bersebelahan. Kulihat raut wajah mbak Wenda tampak sumeringah. Tumben tid
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Kejutan dari Mas Revan

“Cewek apa cowok, Dok?” tanya Wenda yang sedari tadi berbaring di ranjang pasien sembari dokter melakukan USG.“Ya belum Bun. Ini masih sekitar 3 bulan 2 minggu. Belum kelihatan apa-apa. Alhamdulillah panjang dan beratnya normal.”“Alhamdulillah.” Timpalku yang selalu berharap keponakanku baik-baik aja. “Vitaminnya sudah habis?” Dokter mencuci tangannya pertanda dia menyudahi pemeriksaan. Wenda pun turun dari ranjang.Aku yang dari tadi duduk manis sambil menyisir seisi ruangan serba putih seperti baju Dokter Obgyn yang barusan duduk di hadapanku. Tak lama Wenda menyusul duduk di sampingku. “Tinggal 2 tablet, Dok.”“Saya tambah vitaminnya ya bun.” Dokter menulis di secarik kertas lalu menyerahkannya ke perawat di sampingnya.“Makasih Dok.” Wenda mengembangkan senyuman lalu mengambil kertas tersebut dari tangan perawat.Kami keluar dari ruangan obgyn lalu segera menuju loket pembayaran dan apotek yang letaknya bersebelahan. Kulihat raut wajah mbak Wenda tampak sumeringah. Tumben tid
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Tiga Wanita Satu Pria

Aku dan Mbak Wenda duduk bersebelahan di sofa. Bola mata kami sama-sama menyorot tajam ke makhluk di depan kami. Wanita asing yang baru saja kami kenal, tepatnya kami harus terpaksa berteman dengannya karena Mas Revan yang membujuk kami.Aku masih tidak terima dengan apa yang dikatakan Mas Revan. Entah karena aku sudah terlanjur pikiranku menjadi negatif pada lelaki itu? atau karena sulit masuk logika di otakku?Aku mencoba mengingat kembali adegan saat kami semua berada di teras.“Udah Ri, kita masuk rumah aja. Gak enak sama tetangga.” Ucap Mbak Wenda yang melirik ke kanan dan ke kiri.Benar juga ya.Pandanganku beralih ke Mas Revan dan wanita itu, Diana. Aku menggerakkan kepala sedikit ke arah kanan mengkodenya untuk mengajaknya masuk.Aku dan Mbak Wenda duduk bersebelahan.Kulihat mas Revan mengarahkan Mbak Diana untuk duduk di sofa sebelah mbak Wenda, sementara dia berada di sofa terpisah dengan kami bertiga. Kami sempat diam menatap canggung satu sama lain.“Diana itu…” Ucapan Ma
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status