" sudah ayah berikan surat cerai kami?" tanya Ria begitu melihat Ayahnya pulang ke rumah.berminggu-minggu sejak peristiwa itu, Ria memilih pulang ke rumahnya bersama Pak Herman, Ria membeku, dingin tak berperasaan, Berkali-kali Askara, Rayanza berkunjung, tak sedikitpun belas kasihan ditunjukan olehnya, entah apa yang menguasai Ria, begitu kokoh ego yang kini ditanam, sehingga Askara tidak pynya pilihan selain berpisah." Nak, Ayah memberiku waktu satu bulan untuk mencerna kembali semuanya..."" tidak perlu, aku sudah muak, cukup. Papah Hendro, sekarang kita fokus mencari Tia, lupakan kisahku, kita harus menemukan Tia." ucap Ria pada pak Hendro yang sedang duduk menyeruput kopinya." Ini kopi terbaik yang pernah kuminum, Kau berbakat membuat kopi nak" ucap Hendro pada Ria yang masih menekuk wajahnya." Ria, pikirkanlah semuanya baik-baik " ucap Pak Herman pada Ria. " cukup, aku mau keluar, mana kunci mobilnya" ucap Ria ketus pada Ayahnya, ini benar-benar buka Ria yang seperti biasan
Baca selengkapnya