"Mas, semua udah terlambat," lirihku pelan."Maafkan, Mas! Maafkan Mas yang tidak bisa memahamimu selama ini. Maafkan Mas yang tidak mampu menuruti inginmu. Maafkan Mas yang menalakmu sepihak ...." Mas Gilang memeluk kakiku."Terlambat, Mas. Terlambat!" jeritku. Kutendang tubuhnya menjauh dariku.Tidak ada yang mendekat. Semua seakan memberi waktu untuk kami saling melepas penyesalan dan beban di dada."Sadar, kita impas, Nia. Impas. Kamu mengkhianatiku, wajar Mas curiga dengan ayah biologis bayi yang kamu kandung. Mas minta maaf, Nia. Tatap aku, Nia!" Mas Gilang berusaha meraih wajahku. Namun, kutepis segera."Jangan menyentuhku lagi. Kita bukan mahram," dengkusku kesal."Gilang, jangan paksa Nia. Dia butuh waktu," ujar Mbak Aisyah."Tidak bisa. Nia tidak boleh seperti ini. Jangan sampai dia depresi. Gilang tidak sanggup melihatnya." Sekian bulan aku ditinggalkan, dihina, dicaci dan dimaki. Baru kali ini, raut kekhawatiran akan diriku terpahat di wajah tampannya."Mas, tolong mengert
Last Updated : 2023-05-10 Read more