Home / Romansa / Unexpected Wedding / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Unexpected Wedding: Chapter 81 - Chapter 90

206 Chapters

Bab 81

“Terserah!”Lintang geregetan. Sudah pasrah dan menyerah, karena tidak mampu menyeret tubuh Raga keluar dari kamarnya. Pada akhirnya, Lintang membiarkan pria itu tidur di kamarnya, tetapi hanya berada di sofa.“Pokoknya, Mas Raga nggak boleh tidur di ranjang!” lanjut Lintang langsung berbalik pergi menuju lemari. Mencari kaos longgar lengan panjang, sebuah jaket, celana pendek, dan sebuah celana panjang. Malam ini, ia akan memakai semua pakaian itu untuk tidur dan menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang paling rendah. Biar saja pria itu kedinginan, dan keluar dari kamar Lintang dengan sendirinya.“Hm.” Raga hanya menggumam. Mengambil satu buah bantal dari tempat tidur Lintang, kemudian meletakkannya di ujung sofa. Satu yang Raga lupa, sofa di kamar Lintang hanya terdiri dari dua seater. Tidak seperti di kamar Raga, yang ukurannya lebih panjang. Tentu saja sofa tersebut tidak akan mampu menampung tubuh Raga dengan sempurna.Saat melihat Lintang pergi menuju kamar mandi, Raga bera
last updateLast Updated : 2023-07-05
Read more

Bab 82

Retno menendang pelan kaki Ario di bawah meja makan, ketika melihat Raga datang dengan wajah semringah, tidak seperti biasanya. Semalam, Retno sempat mendengar sedikit keributan di luar kamar. Meskipun tidak lama, tetapi Retno yakin suara tersebut adalah milik Raga serta Lintang. Karena tidak ingin ikut campur, dan keributan tersebut juga tidak terlalu lama, maka Retno mengurungkan niat untuk keluar kamar. Membiarkan kedua orang itu menyelesaikan masalahnya sendiri. Ario menyematkan senyum miring. “Habis menang tender, Ga?” “Lebih dari tender,” Raga menarik kursi, tetapi belum mendudukinya. Ia melihat kursi yang biasa digunakan Rama masih kosong, begitu pula dengan milik Lintang. Kedua orang itu pasti masih sibuk di kamar membicarakan banyak hal, seperti biasa. Raga jadi bingung sendiri, mengapa Lintang dan putranya memiliki begitu banyak hal untuk dibicarakan. “Lebih dari tender?” celetuk Safir bingung. Memangnya, hal apa yang lebih membahagiakan dari mendapat sebuah tender? “Emang
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 83

“Kenapa, harus ada guling di antara kita?” Raga memiringkan tubuh. Menyangga kepala dengan satu tangan, yang bertumpu pada bantal. Padahal, Raga sudah menyingkirkan guling tersebut, dengan melemparnya di sofa. Namun, saat Lintang keluar dari kamar mandi, gadis itu mengambilnya kembali dan meletakkan tepat di tengah-tengah mereka. “Nggak usah pura-pura nggak tahu.” Lintang menyatukan kedua tangan di atas perut, dan menatap langit-langit kamar dengan banyak pikiran. Berusaha untuk tidak tertidur lebih dulu, agar ia bisa berpindah tempat. Rencana yang ada di kepala ialah, Lintang akan pindah ke sofa, atau pergi ke kamar Rama. Raga menghela panjang, lalu berbaring seperti Lintang. Menumpuk kedua tangan di atas perut, dan berdiam diri. Bila seperti ini terus, maka hubungan mereka tidak akan ada kemajuan sama sekali. “Mas.” “Hm?” Raga menoleh, tetapi gadis itu tetap pada posisinya. “Fayra,” kata Lintang teringat akan sesuatu yang pernah diucapkan Rama. “Kenapa Fayra suka minta uang ke k
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 84

Belum ada satu minggu menikah dengan Lintang, tetapi Raga sudah uring-uringan. Ia memikirkan banyak cara, agar Lintang tidak lagi bekerja dan hanya mengurus toko bukunya saja. Dengan begitu, Raga bisa meminta istrinya datang ke kantor kapan saja, karena Lintang tidak akan beralasan sibuk bekerja di lapangan. Karena itulah, kesibukan Raga menjadi dua kali lipat dari biasanya. Karena selain mengurus masalah kantor, ia juga harus mencari ruko atau tempat, yang sekiranya cocok untuk Lintang. Bila tidak sesuai dengan kehendak sang istri, jelas Raga harus kembali mencarinya. Namun, satu yang menjadi masalah bagi Raga hingga saat ini. Yaitu, Lintang tidak mau keluar dari kediaman Sailendra. Sepertinya, masih ada rasa trauma yang melekat di hati Lintang, sehingga ia tidak mau pindah dan tinggal dengan Raga seperti dulu. “Aku sudah dapatin ruko, yang dekat dari sini.” Raga masuk ke kamar Lintang, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Masih dengan pakaian kerjanya, dengan dasi yang sudah ia
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 85

Licik. Pria itu benar-benar licik. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian, Raga akhirnya berhasil menembus pertahanan Lintang. Pria itu tahu benar kapan harus berhenti, dan kapan waktu yang tepat untuk melanjutkan permainannya. Lintang sampai tidak punya waktu untuk berpikir, karena sentuhan Raga sudah lebih dulu memenuhi setiap setiap sel saraf yang ada pada tubuhnya. “Makasih,” ucap Raga setelah memberi satu kecupan pada puncak kepala Lintang. Senyum Raga mengembang lebar, karena semua yang direncanakannya benar-benar berjalan sempurna. Akhirnya, malam itu Lintang sudah menjadi milik Raga seutuhnya. Tanpa hambatan, tanpa keraguan. Sementara Lintang, masih tidak mengerti harus memberi respons seperti apa. Ada sesal yang menyelinap, tetapi semua itu tertutupi dengan sikap manis Raga. Ia merasa bodoh, karena telah jatuh dengan mudahnya ke dalam pelukan pria itu. Bisa-bisanya Lintang tidak menolak dengan semua sentuhan Raga, dan membiarkan pria itu melakukan apa pun dengan dirinya.
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Bab 86

“Katanya sebentar!” Lintang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dengan terburu. Karena ulah Raga, akhirnya ia harus mengirim pesan pada supervisornya dan izin terlambat karena ada urusan keluarga. “Aku nggak mau lagi, ya, diajak begitu-gitu di jam mau berangkat kerja! Jadi bohong, kan, akunya!” “Jadi, kapan mau lihat ruko?” Kembali, rencana Raga berjalan sempurna. Lintang akan terlambat kerja, dan hal ini akan ia lakukan terus-menerus sampai istrinya itu menyerah, dan berhenti bekerja. Lebih baik membuka usaha sendiri, atau, tidak usah buka usaha saja sekalian. Biar saja Lintang berada di rumah dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Hanya mengurus Raga, Rama dan anak-anak mereka nantinya. “Maaas, kalau aku ngomong itu didengar.” “Aku dengar.” Raga menahan tawa, saat melihat Lintang menarik resleting ranselnya dengan cemberut. “Dijawab kalau dengar.” “Kamu sudah tahu, apa yang aku mau,” jawab Raga sambil meraih tas yang hendak diangkat Lintang. “Kita lihat ruko, cocok, bayar
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Bab 87

Malam itu, Lintang benar-benar tidak kembali ke kamar Raga. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan lebih, tetapi istrinya belum juga kembali dari kamar Rama. Setelah ini, Raga berjanji tidak akan lagi membuat sang istri cemburu seperti siang tadi. Karena Raga sendirilah, yang akan terkena imbasnya seperti sekarang. Berada di kamar seorang diri, padahal mereka sedang menikmati indahnya masa-masa pengantin baru.Tidak betah dengan kesendiriannya, Raga beranjak keluar kamar dan segera menuju ke kamar Rama. Membuka pintunya, dan melihat sang istri sudah tertidur lelap dengan memeluk putranya.Kalau sudah begini, jalan satu-satunya adalah mengangkat Lintang, dan memindahkannya ke kamar Raga.Dengan amat perlahan, Raga mengangkat tangan Lintang yang berada di atas tubuh Rama. Setelah memastikan Lintang masih terlelap nyenyak, Raga membawa tubuh itu dengan sangat hati-hati. Menggendong Lintang keluar kamar, dan meletakkan sang istri dengan perlahan di tempat tidurnya.Setelah itu, Raga
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Bab 88

Menjadi istri Raga ternyata sangat melelahkan. Belum lagi, Lintang juga harus bekerja di siang harinya, dan beredar di lapangan. Firasat Lintang mengatakan, Raga memang sengaja membuat Lintang lelah, agar ia menyerah. Mengundurkan diri dari perusahaan dan menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Mencari ruko untuk membuat toko buku, rasanya hanya alibi dari Raga. Karena Raga pasti tetap menginginkan Lintang berada di rumah. Alhasil, toko bukunya nanti pasti akan dikelola oleh orang lain. Semakin mengenal Raga, Lintang jadi tahu bagaimana liciknya pria itu dalam membuat rencana. Selalu detail, penuh perhitungan dan membawa keberhasilan. “Mama,” panggil Rama tanpa melihat Lintang, dan sibuk mewarnai gambar mobil-mobilan di bukunya.“Ya?” Sementara Lintang, sibuk dengan laptop di depannya. Mereka berdua dengan kompak bertelungkup di karpet, dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.“Tadi sore, motor tante Intan nggak bisa nyala waktu mau pulang,” adu Rama tiba-tiba mengingat kejadian sor
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 89

“Pokoknya, akhir bulan ini kita pindah.” Segala cara sudah Raga coba untuk membujuk Lintang, tetapi istrinya itu masih saja bersikeras dengan keinginannya. Lintang masih ingin tinggal di kediaman Sailendra, dan tidak ingin pergi ke mana pun. “Syukuran rumah baru, sekalian kita undang teman-temanmu supaya mereka tahu, kamu itu sudah punya suami.” Sambil mengusap rambut basahnya yang panjang dengan handuk, Lintang menghampiri Raga yang masih berbaring di tempat tidur. Rencananya, Lintang akan memangkas rambut panjangnya itu dalam waktu dekat. Lelah rasanya jika harus keramas hampir setiap hari, karena ulah sang suami. Tidak lama lagi, mungkin Lintang akan masuk angin karena terus-terusan keramas seperti sekarang. “Mas—” “Aku nggak terima bantahan lagi.” Meskipun belum mendapatkan rumah yang cocok, tetapi niat Raga untuk pindah sudah bulat. Ia tidak akan lagi menerima protes dari Lintang, karena Raga ingin segera tinggal bertiga saja dengan keluarga kecilnya. “Hm, habis manis, egony
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 90

“Nggak usah merengut terus.” Raga mencapit bibir Lintang yang terus saja maju, ketika menginjakkan kaki di rumah baru mereka. “Coba lihat Rama, dia nggak pernah protes kalau aku ajak pindah rumah. Selalu hepi.” Lintang menepis tangan Raga, dengan pukulan yang sedikit keras. Kemudian, ia kembali menyantap keripik singkongnya. “Jangan samain aku sama Rama.” Lintang mencebikkan bibir ke arah Rama, yang sibuk mengendarai mobil-mobilan listrik yang baru saja dibelikan Raga. Bocah itu sibuk mengelilingi ruang tengah, yang sengaja tidak dipenuhi dengan furniture apa pun. “Dia disogok mobil-mobilan juga sudah nurut.” Raga mencomot sebuah keripik singkong dari tangan Lintang, yang duduk satu anak tangga di atasnya. “Memangnya, kamu mau disogok apa?” “Kadang, aku, tuh, heran sama Mas Raga.” Lintang terus saja memakan keripiknya tanpa jeda. “Dulu, jahaat banget sama ak—” “Kenapa itu lagi, itu lagi yang dibahas?” putus Raga kembali mengambil keripik singkong milik Lintang. “Kenapa harus ngom
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status