Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 11 - Chapter 20

149 Chapters

BAB 11_APA DIA USTADZAH?

Setelah banyak detik yang terbuang di antara mereka, akhirnya Dahlia bicara. "Andai kamu mengatakan ini pada Belinda saat kamu melamarnya, aku yakin, dia dan ibunya pasti langsung menerimanya." "Aku sangat mencintainya, tak melihat apakah dia wanita berada atau tidak. Jika seadainya, Belinda pun hanya seorang pembantu sepertimu. Aku pun akan tetap mencintainya." Dahlia mengelus ujung meja yang terbuat dari akrilik itu. Entah apa yang di pikiran gadis itu. Namun kalimat dari bibir mungilnya menjawab pertanyaan Aditya. "Jadi begitu rendahnya status seorang pembantu di matamu." "Bukan begitu. Jangan salah kaprah. Beda otak, beda pandangan, dan beda persepsi. Itu hanya perumpamaan. Jangan salah, pasangan yang kubawa saat melamarmu itu adalah dua pelayanku. Aku menghargai mereka bahkan menyayangi mereka seperti kedua orang tuaku. Tidak ada yang salah dengan art, justru mereka sangat luar biasa. Namun, marilah kita bicara dari segi strata sosial dan logika." Aditya menatap serius pad
Read more

BAB 12_HATI YANG MENGHANGAT

"Dasar gadis aneh. Ya kamu, harus menyesuaikanlah! Kamu kerja siang malam berbulan-bulan di rumah Belinda juga takkan mampu beli hp yang akan kuberikan. Jangan banyak protes. Aku tak hanya omong besar, aku yang fasilitasi! Sudah, buang saja hp jadulmu itu, sekalian nanti pakai lempar tikus di rumahmu."Ketimplaaaak!!! Hp jadul Dahlia sempurna mendarat di dada Aditya. Sakit sekali. Kekuatan lemparan Dahlia benar-benar membuatkan Aditya meringis menahan sakitnya. "Aku hanya praktek lempar tikus, gimana? Kira-kira tikusnya mati gak kalau lemparnya kayak gitu?""Cewek gila! Ini sakit tau! Lepas jantungku rasanya! Iiissh!"Aditya mengelus dada, menikmati sakit yang semakin mudar. Ingin rasanya dia mencekik gadis di depannya itu, tapi ekspresi tawanya yang berbinar menyipitkan mata cantiknya itu membuat Aditya luluh. Sekarang Aditya justru yang terlihat payah. "Ambil lagi hpmu sebelum kuinjak s
Read more

BAB 13_TERKEJUT!

Ttttiiiit!   Dareen mengklakson motor yang membawa Dahlia. Gadis itu menoleh ke belakang.    "Pak! Kenapa mobil itu ngejar-ngejar kita?!"   "Masak, Mbak?"   "Iya!"   "Oawaduuuh!"    Husen melajukan motornya makin kencang. Dareen pun terus mengikuti mereka. Husen memutuskan masuk gang yang berbelok-belok juga becek. Semalam hujan turun dengan sangat deras. Setelah merasa aman, mereka pun masuk gang komplek perumahan.    "Mbak, kayaknya mobil itu sudah gak kelihatan lagi! Mbak turun di sini aja ya, soalnya saya ada orderan online!" seru Husen sedikit tegang.   "Oooh ... gimana dong, Pak. Saya takut mobil tadi datang, Pak!"   "Tenang aja, Mbak. Gak mungkin juga mobil bagus gitu ada urusannya sama kita. Mungkin Mbaknya aja yang kepedean mentang-mentang sedang cantik sekarang," seloroh H
Read more

BAB 14_CEO

Pagi sekali, Aditya sudah berada di kantor, berkutat dengan data yang harus segera diselesaikan. Sudah dua hari ini, ia meliburkan diri. Jangan sampai, ayahnya berubah pikiran karena dikira malas. Sesuai janji, harus selesai secepatnya sehingga Aditya bisa fokus dengan rencana pernikahannya.  "Kamu kemana aja, Dit? Kok sampe dua hari ngilang?" tegur Mita, rekan satu devisi dengannya.  "Aku sibuk mau lamar anak gadis orang," kekeh Aditya terus fokus.  Toni, teman samping meja kerja Aditya langsung melebarkan telinganya. Laki-laki kurus itu cukup terkejut sebab itu artinya, ada yang akan mengakhiri masa singel sedangkan dia masih bertahan dengan status jomblo.  "Iiih seriusan kamu, Dit?!" "Tapi ditolak! Hahahaha!" timpal Aditya terus mengetik.  Mita dan Toni ikut tertawa. Tiba-tiba, gadis berambut lurus sebahu dengan tubuh semampai meng
Read more

BAB 15_PERMINTAAN MAAF

"Terimakasih atas sambutannya, Pak Nyoman. Anda sudah banyak membantu," ujar Aditya sedikit membungkuk untuk menghormatinya. Selama ini, dialah yang menghendel tugas ayah Aditya. Kerjanya bagus dan orangnya tegas. Sekarang Aditya berdiri tegak lalu melihat seluruh penghuni ruangan itu satu-satu. Tak ada yang berani mengangkat wajah. Jangan tanya bagaimana Belinda. Nampaknya, gadis itu sebentar lagi akan pingsan. Lihat saja, ia sedang berpegang pada ujung meja di sampingnya. Belinda hanya menunduk. Jelas terlihat, tangannya yang mulus itu sedang gemetar. Gatal juga tangan Aditya, ingin menyediakan kursi karena takut Belinda akan ambruk. 'Gimana Bel?! Masih bernafas kamu?!' batin Aditya tersenyum puas. "Sebelumnya, aku minta maaf karena tak jujur pada kalian. Aku hanya ingin mengenal perusahaanku lebih dalam. Aku juga ingin mengetahui setiap karakter kalian secara langsung. Semua takkan murni jika kalian tahu siapa aku. Kalian begitu luar biasa. Tanpa kerja keras kalian, perusahaan
Read more

BAB 16_JANGAN SENTUH!

Belinda mendekati kursi Aditya, mencoba meraih tangan pemuda itu. Aditya langsung menepisnya.  "Tolong, jangan sentuh aku, Bel! Kita tak selevel!" "Adit! Segitunya kamu!" "Looh ... kamu sendiri yang bilang kok. Beberapa kali dan yang terbaru, sekitar tiga jam yang lalu, di depan semua orang! Di kantorku!" Tubuh Belinda sempurna luruh di dekat kaki Aditya. Tangannya mencoba meraih betis pemuda di depannya. Aditya semakin muak. Kenapa sampai segitunya dia merendahkan diri? Setelah dia tahu siapa laki-laki yang ditolaknya. Aditya makin tak sudi.  "Bangun. Aku tak suka caramu ini," tegur Aditya memalingkan wajah.  "Please, Dit. Maafin!" Belinda memaksa.  "Terus, kalau aku sudah maafin kamu. Mau apa?!" "Kita akan memperbaikinya," ujarnya seolah tanpa beban. Enak sekali dia berujar.&
Read more

BAB 17_HADIAH

"Uhuuk! Uhuuuk!!" Aditya sampai terbatuk-batuk. Ia sadar, wanita yang sudah menyiramnya sudah berlari jauh. Pemuda itu meludah dengan cepat. Nafasnya memburu.  "WOooi! Berhenti!!! Ooooi!!!" Aditya meludah berkali-kali sembari kakinya melangkah berlari. Dareen langsung melompat dengan cepat menahan kakaknya. Pemuda itu menarik bahu Aditya.  "Jangan dikejar, Bang! Dia hanya perempuan yang agak sedeng dikit." "Huuuftt!!!" Aditya mendengkuskan air yang terkumpul di hidungnya.  "Kenal di mana kamu a?! Iiishh!" Aditya berkali-kali memencet hidungnya dan menggoyang-goyangkan kepalanya. Ia pun mencongkel telinganya lalu berpose miring, berharap tak ada air yang terperangkap.  "Gak kenal juga, Bang! Udah ah! Masuk sana. Aku mau habisin kopiku dulu," ujar Dareen santai. 
Read more

BAB 18_SHOCK BERAT

Aditya CEO calling ... "Mas Adit nelpon, Ma!" pekik Dahlia.  "Loh diangkat dong!" timpal Marni gemas karena anaknya menghindar.  Kapan lagi ada pemuda kaya yang mau sama anaknya. Marni tak mau tinggal diam. Dahlia mundur seperti ketakutan. Ia memegang kepalanya. Rambutnya masih terurai indah. Gadis itu segera berlari ke kamarnya meraih kerudungnya.  "Dahlia! Cepetan! Jangan buat calon suamimu menunggu, Nak!" omel Marni tak sabaran. Ia memperbaiki kerudung anaknya dan memastikan, wajah Dahlia tidak ada lumpur seperti tadi.  "Aku izin bicara di kamar, ya Bu!" seru Dahlia berlari membawa ponsel barunya ke dalam kamar. Sudah ada dua panggilan whatsapp vidio yang terlewatkan.  Derrrrt .... Dengan jantung bertalu-talu, Dahlia menekan tombol hijau. Nampak wajah Aditya memenuhi ponsel itu.  
Read more

BAB 19_SHOCK BERAT

"Ka-kamu jangan bo-bohongin Mama, Bel! Ja-jangan main-main kamu!" Yuni menopang tubuhnya dengan dua tangannya. Hampir saja ia jatuh ke lantai karena rasa terkejutnya yang luar biasa. Ia berharap, Belinda hanya sedang mengerjainya. "Sungguh, Ma! Hari ini aku hina dia di depan teman-teman kantor, rupanya hari ini Pak Nyoman, bossku membuat pengakuan! Serasa habis nafasku, Ma!" teriak Belinda menangis histeris. Kedua tangan Yuni menopang dadanya karena ia merasa jantungnya tidak aman. Rasanya, udara di rumah itu berubah seperti duri yang terasa sakit saat dihirup. Yuni menggeleng-geleng. Sudah pucat basi wajah tuanya. "Ini Ma, buktinya!" Belinda mengeluarkan ponsel dan membuka web kantornya. Ia menunjukkan pemangku jajaran jabatan di sana. Sempurna, posisi ke-dua di bawah foto Hadi Pratama, ada Aditya Dafa Pratama. Begitu cepat websitenya diperbaharui. Membeliak kedua bola mata Yuni seperti akan melompat keluar. Berkali-kali ia mengusap kelopak matanya yang berembun. "Eng-engg
Read more

BAB 20_DI-PRANK

Esok hari, pukul 11.00 siang.  Tok! Tok!  Belinda yang izin libur sehari karena kondisi kesehatan, agak terperanjat. Ia sedang menemani ibunya yang masih lemah tapi sudah sadar sepenuhnya.  "Siapa itu, Bel?" tanya Yuni sembari menikmati salad buah. Rasa manis asam hidangan itu membuatnya lebih segar dan relax.  "Gak tahu, Ma," jawab Belinda datar.  "Assalamu'alaikum!" Melebar mata Yuni dan Belinda.  "Suara cowok, Bel! Jangan-jangan Aditya! Cepet buka! Cepeeet!" seru Yuni tak sabaran.  Ia memperbaiki sanggul rambutnya lalu merapikan pakaiannya. Ia tak ingin, Aditya melihatnya kusut. Pastilah pemuda itu tak bisa jauh dari anak gadisnya.  "Bel! Bel! Perbaiki rambutmu. Itu pasti Aditya!" Hampir mendekati pintu, Yuni menangkap pu
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status