Home / Urban / KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of KUKIRA MISKIN, RUPANYA CEO: Chapter 31 - Chapter 40

149 Chapters

BAB 31_BERDEBAR

"Mereka pasti hancur, Ma," timpal Belinda namun bulir bening di kelopak mata gadis itu tak bisa dibendungnya. Ia menangis dan kali ini sangat memilukan hati setiap telinga yang mendengar. Rasa di dalam dadanya hampa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. "Tenanglah sayang, kamu pasti bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari Aditya," ujar Yuni menenangkan anak gadisnya. "Tapi mengapa harus dengan Dahlia, Ma!? Harusnya aku yang di sana dengan cincin berlian itu, dengan semua hantaran dan lamaran itu. Harusnya aku yang jadi Nyonya Central Glory! Harusnya aku, Ma!" teriak Belinda histeris. "Sabar sayang, sabar." Yuni hanya bisa mengelus kepala putrinya yang menangis sesegukan tak henti. Andai ia pun bisa memutar waktu, ingin rasanya saat hari lamaran itu, mulutnya disumpal saja dengan lakban hitam. Tapi semua tak mungkin. Hatinya pun tak kalah sakitnya, jika membayangkan Marni Si Tukang Cuci itu sekarang jadi orang kaya. Sedangkan di sisi lain, Tarno gelagapan
Read more

BAB 32_KENAPA MENYIKSA?

Nampak Dahlia sedang berjalan mendekati jendela kamar hotel itu. Pandangannya sejenak menatap pemandangan dari balik kaca bening. Terlihat malam mulai menyapa, lampu-lampu sedang dinyalakan. "Aku tak pernah satu kamar berdua begini, Mas. Ada rasa takut dalam hatiku. Maafkan aku. Jangan sampai hal ini membuatmu tak ridho padaku. Hingga jadilah aku ini istri durhaka, dilaknat Allah dan malaikat-NYA." Mendengarnya berucap begitu, Aditya menelan salivanya kasar. Apakah itu artinya Dahlia benar-benar memposisikan dirinya sebagai istri? Yang artinya? Aaaah pikiran Aditya berselancar error. "Aku juga tak pernah masuk kamar hotel berdua dengan perempuan. Jangan kira aku sudah biasa ya," ketus Aditya membuang ser-ser di hatinya. "Maafkan aku, ya Mas." 'Eeih ... Kenapa dia begini? Sekarang aku yang dibuatnya tak karuan dengan sikapnya. Ini tak bisa dibiarkan!' pekik batin Aditya tak mampu berkata-kata. Sejenak dia diam, Aditya mengangkat sedikit tangannya memberi isyarat agar Dahlia mendeka
Read more

BAB 33_MALAM PERTAMA

"Aa-aaku ...." Habis perbendaharaan kataku sekarang. Kilau bibir Dahlia sungguh menggoda imanku. Aroma yang menyeruak dari tubuhnya yang hanya terbalut handuk itu membuatku tak karuan. "Aku kedinginan sendirian di sini, Mas," lanjutnya bagai nyanyian peri di telingaku. "Aa-aaku, anu ... tadi ...." Lututku gemetar. Tak ada kekuatanku mengendalikan tanganku untuk tidak menyentuh pipinya yang basah. "Dingin kan, Mas?" Kenapa suaranya begitu mendayu, mengikis kewarasanku. Aku hanya bisa mengangguk sembari menelan salivaku. Wajahku semakin mendekati wajahnya. Aku seperti ingin menghirup aroma nafasnya lebih dekat. Lebih dekat lagi. Dekat lagi. "Makanya aku tarik kamu ke sini biar kamu tahu rasanya. Udah ah, dingin. Kamu kalau mau mandi, lanjut saja. Aku mau pake baju." Dahlia menyingkirkan tanganku lalu meninggalkanku begitu saja. Cekleeek! Tangan lentiknya menekan tombol lampu hingga ruangan itu sangat terang. Tidak remang-remang seperti tadi. Sekarang aku masih melongo. Ya
Read more

BAB 34_PAPA PULANG

@Kediaman Bu Marni "Jadi Bapak bawa semua uangku, Bu?" tanya Dahlia dengan suaranya yang berat.  Marni mengangguk sembari mengusap air matanya.  "Maafkan Ibu, Nak. Ibu tak bisa banyak melakukan apa-apa untuk mencegah Bapakmu." "Gak apa-apa, Bu. Itu hanya sekitar delapan jutaan. Tak terbayang kalau Mas Aditya gak amankan hantaran dan lamaran itu," lirih Dahlia menatapku.  Aku tak merespon apa-apa. Bapak mertuaku itu memang keterlaluan. Aku yang barusan pulang kerja, harus mendengar berita ini jadi makin sumpek.  "Nanti kalau uangnya habis, dia pasti akan pulang," ujar Bu Marni.  "Terus Ibu akan tetap terima bapak?" tanya Dahlia.  Bu Marni hanya diam saja.  "Aku tak masalah jika Ibu dan Bapak cerai. Hanya kezoliman saja yang Ibu dapatkan darinya," ucap Dahlia berap
Read more

BAB 35_RESTU?

Plaaak! Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Ayahku menamparku dengan sangat keras. Kumisnya yang menyatu dengan jenggotnya terlihat bergetar dengan matanya yang menyala karena marah. "Kenapa kamu mengambil keputusan tanpa persetujuanku?! Kamu melakukan sesuatu dengan emosimu. Apa itu sikap pemimpin?! Apa itu yang aku ajarkan padamu, Aditya?!" Aku hanya menunduk menikmati panas bekas tangan ayahku. Berdenging rasa di telingaku. Padahal ayahku tidak sehat sepenuhnya, tapi ia bisa membuat gigiku terasa nyut-nyutan. Aku menelan salivaku sedikit menetralisir nyerinya. "Kamu tak hanya menghancurkan nama keluarga ini, kamu juga menghancurkan kepercayaan Papa!" berang ayahku setelah mengetahui segala kebenaran yang kuceritakan dengan rinci. "Maafkan aku, Pa," lirihku masih menunduk sembari mengelus pipiku. "Sekarang, setelah kamu membeli kesombongan orang lain, apa kamu merasa puas? Lalu kamu kira akan berakhir begitu saja tanpa ada akibatnya bagi dirimu lebih-lebih bagi keluarga jug
Read more

INFROMASI PENTING!

Aleksei menatap kedua bola mata Luna yang memerah. Tatapan yang selalu muncul disaat kemarahannya memuncak. Seolah ada iblis merasuki wanita itu. Pandangan wanita itu seperti tanpa rasa iba. Perlahan Luna mengangkat tubuh Babon. "Kalau sampai suamiku, anakku dan peliharaanku tak tertolong. Akan kulanggar sumpahku untuk kembali menghirup napas sekarat manusia. Kupastikan manusia biadap yang melakukan ini semua akan mati! Siapapun itu!" teriak Luna dengan suara gemetar. Wanita itu langsung melesat berlari keluar diikuti oleh Aleksei yang mengangkat tubuh Yudha. ***** MOHON MAAF, UNTUK BAB TERAKHIR YANG HARUSNYA BAB 6 seperti di atas,TERTULIS BAB 35, TERJADI KESALAHAN UPDATE ISI BAB. JADI MOHON MENUNGGU SAMPAI EDITOR MEMBANTU UNTUK MENINJAU PERBAIKANNYA. YANG SUDAH BUKA KUNCI TAK PERLU RISAU KARENA ISINYA NANTI AKAN DIGANTI. TERIMAKASIH DAN TETAP TENANG YA LUNA LOVERS🤗❤
Read more

BAB 36_BEBAN

Tiba-tiba pertanyaan ayahku membuat mulutku membungkam.  "Berdasarkan ceritamu di awal, kamu hanya bertemu dengannya sepintas. Sekarang kamu begitu teguh pendirian begini, apa kamu sudah mencintainya?!" Kuhentikan aksi pijitku, merenung mencari jawaban dari pertanyaan ayahku. Tidak mungkin aku bisa jatuh cinta dengan Dahlia. Tidak. Aku hanya sedang bertanggung jawab. Segera kugeleng-gelengkan kepalaku.  "Kalau begitu tidak akan sulit untukmu menceraikannya. Baiklah. Untuk menjaga namamu agar tak terlampau buruk, Papa berikan kamu waktu enam bulan untuk meninggalkan wanita itu." "Pa ...." lirihku.  "Jangan tentang Papa lagi, Aditya! Kamu juga sudah banyak melakukan tindakan yang merugikan keuangan. Sampai kamu berpisah dengan wanita itu, rekeningmu Papa blokir kembali! Kamu akan makan minum dari rumah ini" Aku tak bisa berkata apapun. Ayahku sud
Read more

BAB 37_DIA CUEK

"Ayahku mengajukan dua pilihan. Aku kehilangan semua yang kumiliki atau menceraikanmu. Dia memberikanku keringanan selama enam bulan. Setidaknya kamu tidak menjadi janda setelah dua hari pernikahan," ujar Aditya dengan suara berat.  "Aku berharap kamu bisa mengerti, Dahlia. Memang tidak semua bisa dibeli dengan uang. Tapi anggaplah kita sedang barter," lanjut Aditya dingin.  "Aku belum menyentuhmu, kamu masih suci. Jadi menurutku, tidak ada hal yang merugikanmu terlalu banyak. Maafkan aku, karena keegoisanku kamu menjadi korban. Tapi mungkin di luaran sana, banyak wanita yang ingin menjadi sepertimu. Percayalah, setelah kita berpisah, aku akan tetap menyantunimu sampai kamu menikah dengan laki-laki yang tepat." Aditya menatap Dahlia sendu. Ia merasakan ada duri yang menusuk hatinya setiap kali mengeluarkan kalimat. Tak ada jawaban apapun dari mulut Dahlia, membuatnya justru makin nelangsa. Aditya menarik nafasn
Read more

BAB 38_HAMILI AKU, MAS!

@Kediaman Marni "Lalu kalau sudah begitu, apa yang harus membuatmu sedih, Nak?!" tanya Marni membelai rambut anaknya.  Dahlia hanya terus terisak setelah menceritakan bahwa ia akan diceraikan oleh suaminya setelah enam bulan.  "Ibu tahu apa yang membuatmu sedih. Tak ada alasan lain kecuali karena kamu jatuh cinta padanya, Dahlia. Kamu sedih karena kamu berharap lebih pada suamimu." "Aku tidak mencintai dia, Bu!" "Kalau kamu tak mencintainya, kamu takkan sesedih itu. Jangan bohongi hatimu, Nak." Dahlia menggeleng berkali-kali.  "Baik. Sekarang Ibu tanya dan kamu harus jujur menjawabnya. Apakah kamu bahagia saat melihat dia?" "I-iiya, Bu. Bahkan sorot matanya bisa mengendali
Read more

BAB 39_MEMIKIRKAN

"Ka-kamu, aa-aapa kamu sudah tak waras?!" Aditya melepas tangannya dari pipi Dahlia. Gadis itu hanya tersenyum kecil. "Ya kan, kalau aku hamil, kurang elok diceraikan. Meskipun itu boleh. Mungkin saja kalau sudah dikasih cucu, ayahmu bisa luluh," timpal Dahlia tanpa beban. "Ka-ka-kamu tidak sedang berpikir menjadi istriku selamanya, kan?! Kamu menakutiku." Kaki Aditya melangkah mundur. Membayangkan menghamili wanita, itu membuatnya geli. Dia masih asing dengan istilah itu. "Siapa sih yang gak mau jadi istri CEO Central Glory, bisa hidup bergelimang harta dan keliling dunia," jawab Dahlia terus berusaha menyembunyikan tawanya. "Tidak-tidak! Kamu memang matre. Mahar dan hantaran yang kuberikan apa tidak cukup ha?!" Dahlia melipat tangannya di pinggang lalu menggeleng-menggeleng dengan bibirnya sengaja dimonyong-monyongkan. Adita semakin pias dibuatnya. Pemuda itu melangkah mundur. "Eh. Eh. Mau ngapain kamu itu?! Berhenti di situ! Berhenti kataku!" seru Aditya. "Aku mau bik
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status