Home / Romansa / Wasiat Cinta Untuk Chiara / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Wasiat Cinta Untuk Chiara: Chapter 51 - Chapter 60

70 Chapters

Bab 50 - kejutan berujung luka

Di saat sosok Nardo sudah tidak lagi terlihat karena menghilang di kelokan menuju toilet pria, saat itulah Evan bangkit berdiri secara tiba-tiba. "Mau ke mana, Van?" tanya Selena, gadis itulah yang pertama kali melihat pergerakan Evan. Sedangkan Chiara turut menatap si pemuda, sejenak mengabaikan ponsel di tangannya."Toilet." Evan menjawab singkat, sesuatu yang memancing kerut hadir di kening Chiara."Jangan bilang kalau kamu berniat menyusul Kak Nardo?!" ucap gadis manis itu, penuh selidik.Dan si pemuda yang dituduh tampak memutar bola matanya. Dari raut wajahnya, dia tampak cukup kesal. "Untuk apa? Aku mendapatkan panggilan alam," jawabnya. 'Panggilan alam' yang dirinya maksud adalah rasa mulas karena ingin buang air besar."Ya sudah, jangan lama-lama." Selena terkikik sejenak setelahnya."Bertelur yang banyak, ya?" tambah Chiara. Dia memang sengaja memberikan pancingan candaan, namun ternyata Evan sepertinya enggan menanggapi. "Hm." Pemuda itu hanya memberikan gumaman sebelum
Read more

Bab 51 - hancur lebur

"N-naomi?" kedua mata indah Chiara yang semula berbinar ceria, kini mulai berembun.Dia tidak salah mendengar kalau Nardo memanggil dirinya dengan menyebut nama mendiang kakaknya, kan?Sungguh, hatinya seakan ditusuk duri. Sakit sekali."Astaga! Bukan!" seakan baru tersadar dengan apa yang dia ucapkan, sesaat Nardo mengacak rambut pirangnya menjadi berantakan. Dia ... sudah melakukan kesalahan besar! "Maksud aku Chiara, kamu," koreksinya, "Maaf, Sayang ... aku tidak bermaksud—""Jadi, selama ini ... selama ini kamu cuma menganggap aku seolah Kak Nao?" Chiara menatap pedih pada Nardo. Pertanyaan yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban, karena gadis itu tahu pasti bahwa jawabannya adalah 'iya'. "Chia, bukan begitu!"Tanpa perlu berkedip pun, air mata itu luruh, jatuh berhamburan seperti perasaannya. Chiara menyentak tangan besar sang kekasih yang mencoba kembali menggapai kedua tanganya di atas meja. "Jangan sentuh aku!""Chia ..." desah Nardo. Ada berbagai macam emosi dalam pancaran
Read more

Bab 52 - khawatir

Evan berlari tunggang langgang keluar dari restoran, mencari sosok Chiara yang barangkali masih berada di parkiran. Namun, motor miliknya sudah tidak ada di tempat semula, yang artinya gadis itu sudah tancap gas dan pergi. "Sialan!" pemuda itu mengumpat kasar, entah pada siapa. Dan di detik selanjutnya, ekor matanya sempat menangkap sosok gadis manis itu sedang mengendarai motornya menuju jalan raya, melajukannya sangat kencang. Rasa khawatirnya semakin tidak terkira. Ingin berlari menyusul, tetapi dirinya sudah terlambat, sosok Chiara beserta motornya sudah melaju membelah jalanan."Taksi!" tanpa buang waktu, Evan segera mencegat taksi yang kebetulan lewat di depannya untuk membuntuti Chiara. Dia masuk pada jok belakang kendaraan itu dengan tergesa-gesa."Pak, tolong ikuti gadis yang mengendarai motor di depan sana. Jangan sampai kehilangan jejak!"Kepala sopir taksi itu mengangguk. "Baik, Mas."Ketika taksi yang dia naiki melaju dengan cukup kencang, secara spontan kedua tangan Evan
Read more

Bab 53 - kacau

Menyiapkan sarapan adalah rutinitas yang selalu Ambar lakukan setiap pagi. Jika biasanya dia dibantu oleh sang putri, sekarang dia hanya melakukannya seorang diri. Chiara, putri bungsunya sedang patah hati. Semalaman penuh gadis manis itu menangis memeluknya, namun sedikit pun tidak mengeluarkan kata. Namun, Harumi tahu jika perasaan anak gadisnya tengah hancur berkeping-keping. Ya, setelah Evan pulang semalam, Ambar berhasil membujuk putrinya untuk membukakan pintu. Dia menemani putrinya, mencoba untuk mengerti apa yang Chiara tengah rasakan saat itu.Sebagai seorang ibu, tentu Ambar mencoba untuk menenangkan semampunya. Bahunya harus selalu siap sedia untuk menjadi sandaran sang putri yang sedang beranjak dewasa. Dia paham betul jika Chiara masih belum siap untuk menceritakan permasalahannya, dan dia tidak akan memaksa putrinya untuk bercerita. "Pagi." Ambar sedikit terkejut saat suara lirih nan lembut yang sangat dia hafal menyentuh pendengarannya. Ketika dia menoleh ke asal suar
Read more

Bab 54 - tak sendirian

Bunyi bel lagi-lagi membuat Ambar menghentikan kegiatannya. Dia yang pada awalnya sedang mencuci peralatan makan segera mencuci tangan, lalu bergegas menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang.Dan ternyata sosok pria berdarah Jerman sudah berdiri di muka pintu saat wanita baya itu membukanya."Nak Nardo?""Selamat pagi, Ma. Chia-nya ada?" tanya pria bertubuh jangkung itu."Wah, Chia baru saja berangkat ke kampus bersama Evan.""Oh, begitu." Raut wajah pria itu berubah kecewa, namun tidak melunturkan gurat kekhawatirannya. "Tapi ... dia baik-baik saja, kan?"Seakan paham, Ambar merekahkan senyuman mencoba menenangkan. "Dia baik-baik saja, jangan terlalu khawatir begitu. Chia memang sengaja menonaktifkan ponselnya sejak semalam, tapi dia benar-benar tidak apa-apa," hiburnya."Syukurlah." Desah napas lega mengakhiri ucapan si pria."Mau masuk dulu?" Ambar memberikan tawaran. Dan anggukan Nardo adalah sebagai jawaban."Iya. Sekalian saya ingin melepas rindu dengan Naomi."Ambar s
Read more

Bab 55 - pencerahan

'Jadi, selama ini ... selama ini kamu cuma menganggap aku seolah Kak Nao?'Nardo kembali meraup wajahnya dengan kasar ketika ucapan Chiara lagi-lagi berputar di kepalanya. Mengingat wajah pilu kekasihnya membuat pria itu memaki dirinya sendiri, sebab dia sadar bahwa dirinya lah orang yang telah menorehkan luka. Tentu Nardo tidak pernah bermaksud seperti apa yang kekasihnya tuduhkan, meskipun sebenarnya dia pun terkejut kenapa bisa salah menyebut nama. Mungkin saja karena malam itu dia sempat menonton pertunjukan tarian ballet sehingga kilasan memori tentang Naomi kembali menyeruak ke permukaan. Atau mungkin ... jauh di dalam lubuk hati pria itu masih menyimpan rasa cinta pada sang mendiang?Nardo meremas rambutnya, lalu menutup notebook dengan keras. Napasnya memburu. Nyatanya dia tidak mampu sedikit pun fokus pada pekerjaan. Dia masih merasa syok dengan fakta yang Chiara ungkapkan, bahkan hingga detik ini. Selama ini dia sudah begitu ikhlas melepaskan kepergian Naomi, meskipun itu
Read more

Bab 56 - merindu

Jarum jam berbentuk hello kitty di atas meja belajar Chiara berdetak konstan, menimbulkan suara yang terdengar mendominasi ruangan kamar sunyi. Meskipun buku modul itu terlihat terbuka lebar, namun gadis itu sekali pun tidak menghiraukannya. Kedua tangannya justru sibuk dengan ponsel, menggeser foto-foto mesra dirinya dan Nardo yang berada di folder galeri. Chiara merindukan Nardo, jelas terlihat di kedua matanya."Sedang apa, Kak? Chia kangen," ucapnya dengan suara parau sambil membelai wajah tampan kekasihnya di dalam foto. Air mata yang kembali mengalir, dia seka dengan cepat."Kalau kangen, ya ditemuin, Sayang."Ucapan yang tiba-tiba terdengar membuat Chiara tersentak, lalu menoleh ke arah pintu kamarnya yang kini terbuka. Ah, sang ibu masuk tanpa mengetuk pintu rupanya."M-mama? Kenapa masuk ke kamar tidak bilang-bilang? Mama membuat Chia terkejut saja."Ambar terkekeh mendengar gerutuan putrinya. Tanpa menanggapi lagi ucapan Chiara, beliau melangkah menghampirinya. "Sedang apa?"
Read more

Bab 57 - good luck!

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, silakan melakukan panggilan beberapa saat lagi.""Shit!" Umpatan itu lolos seiring dengan cengkeraman tangannya yang menguat pada ponsel pintar di genggaman. Nardo berdecak kesal. Lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab panggilan teleponnya ke nomor Chiara, entah sudah kali ke berapa. Waktu istirahatnya dia habiskan hanya untuk semakin merasa gundah. Rasa bersalah itu selalu saja menghantuinya. Sudah puluhan pesan yang dia kirimkan ke Chiara, namun satu pun tidak mendapatkan balasan. Hanya terlihat centang dua, tanda pesannya hanya dibaca.'Sedalam itukah aku menyakitimu, Chia?' sorot mata biru itu kian menyendu ketika meratap dalam angan. Rasa sedih itu tidak mampu dia sembunyikan. "Kusut sekali mukanya. Kenapa lagi sekarang? Masalahmu belum selesai juga?" Rendy datang menghampiri dengan menjinjing sebuah kantung plastik di tangan kiri.Nardo tersentak saat pertanyaan tiba-tiba dari si asisten sutradara memasuki telinga. Dia mendong
Read more

Bab 58 - pertikaian

Ketika kelas telah usai, Nardo sudah bersiaga di sisi gerbang Universitas Nusa Bangsa, menunggu Chiara dengan bersandar pada kap mobilnya. Ya, pria itu memutuskan untuk menemui kekasihnya secara langsung, dia tidak tahan jika harus berlama-lama membiarkan masalah semakin berlarut-larut di dalam hubungan asmara keduanya.Dan tak lama sosok yang ditunggu itu sudah menampakkan diri. Chiara berjalan pelan dengan wajah muram, di sisi kanan ada Selena yang menggandeng tangannya, dan di belakang punggungnya ada sosok Evan. Sepasang kekasih itu terlihat seperti bodyguard yang siap siaga menjaga sang gadis jelita.Ketika tatapan mereka bertiga menangkap presensi dirinya, tak perlu berpikir panjang, Nardo segera melangkah menghampiri, meraih lengan kiri kekasihnya sebelum gadis itu berhasil menghindar."Chia, tunggu!" cegahnya. Nardo bisa melihat jika kedua bola mata gadis manis itu bergerak gusar saat menatapnya. "Lepaskan aku, Kak!" lirih Chiara. Getar lemah suara kekasihnya semakin mencabik
Read more

Bab 59 - I got you!

Jarum jam yang berdetak konstan menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Jarum pendeknya berada di tengah-tengah antara angka 11 dan 12, waktu hampir menunjukkan tengah malam. Meski sudah menuju dini hari, namun pria itu masih belum mampu terlelap. Mata biru itu menatap menerawang pada langit-langit kamarnya, dengan posisi terbaring di atas ranjang, dengan kedua lengan sebagai bantalan. Ya, hanya berbaring saja. Sebab pikiran Nardo sedang melanglang buana ke mana-mana, tentu yang paling mendominasi adalah pada kejadian siang tadi.'Setidaknya ANAK KECIL ini berusaha melindungi gadis yang dia sayangi. Bukan seperti pria dewasa yang satu ini, bisanya hanya membuat kekasihnya menangis!'Ucapan penuh emosi Evan kembali menggema di kepala, membuat sanubari si pria terasa nyeri."Sejahat itukah aku?" dia bertanya pada sunyi. Selanjutnya Nardo tampak memejamkan mata pedih.'Kalau Kakak tidak bisa membuat Chia bahagia, setidaknya jangan menyakiti dia.'Lagi-lagi kalimat yang Evan ucap tadi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status