Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SEPEDA TUA WARISAN KAKEK : Chapter 31 - Chapter 40

165 Chapters

BAB 31 USAHA ANGGA

Pagi hari yang cerah dan indah. Suara burung yang berkicau menambah kesan betapa indahnya hari ini dengan angin sejuk yang menyapa membawa daun berguguran di ujung musim kemarau yang akan tiba. Suasana masih sama, lalu lalang para penduduk membuat pemandangan yang setiap hari selalu dilakukan oleh para petani menuju sawahnya untuk menanam berbagai macam palawija.Ayah dan Mas Yanuar menikmati sajian pagi di teras depan rumah sebelum bertugas seperti biasanya di ladang milik Mbah Darma. Obrolan ringan membuat dua lelaki itu saling melempar tawa bahagia. Sungguh sebuah pemandangan yang menyejukkan mata.Seusai sarapan, kami semua kembali pada aktivitas masing-masing. Aku yang memang sedang kebanjiran pesanan membuat diri ini lupa untuk mandi. Gamis dan celana yang aku jual begitu banyak peminatnya. Sehingga setiap hari akan selalu seperti ini, sibuk dan sibuk terus. Online maupun offline membuat aku harus memutar otak untuk mencari seseorang yang membantu dalam pekerjaan. Saat sedang m
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

BAB 32 MAAF

Aku mencebik dan tersenyum sinis. Hati ini terasa terbakar amarah, tapi Mas Yanuar hanya mengangguk dan tersenyum seakan tahu apa yang aku pikirkan. Sebab aku tidak tahu siapa yang sudah berada didalam ruangan yang akan kami tuju. Berbagai macam pikiran buruk mulai muncul dan menggoyahkan segala kalimat yang akan aku berikan kepada Angga, andai dia berbuat curang. Namun, itu semua hanyalah sebuah ketakutan yang menggerogoti keberanianku saat ini. Di dalam ruangan hanya ada Pak lurah dan Angga dengan menunduk. Aku mengikuti langkah para aparat itu yang juga duduk disamping Angga. Meski dia enggan untuk mendongakkan kepalanya, tapi rasa gemuruh dalam dada ingin kutumpahkan semua di depan wajahnya yang dulu terlihat garang jika memaki dan menghadiahkan tamparan di pipi."Mbak, saya disini selaku pengayom masyarakat ingin memberikan penjelasan tentang laporan anda ke kantor kami. Sudah kami terima, tapi apakah yakin jika anda ingin meneruskannya?" tanya Pak Polisi memulai pembicaraan in
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

BAB 33 MENOLAK

Mata kami saling beradu, tapi dia seolah ingin membuang muka ke samping. Namun, Pak Lurah menggeleng cepat saat mereka pun saling berpandangan. "Maafkan saya, Mbak Suci. Saya salah, saat itu emosi dan khilaf. Sekali lagi saya minta maaf, lagian kita ini saudara, apa salahnya jika saling memaafkan," ucapnya dengan wajah sendu."Bagaimana, Mbak? Apa dimaafkan? Mas Angga lho, sudah berbesar hati untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sebagai manusia kita ini tempatnya salah dan khilaf dan wajib hukumnya saling memaafkan, bukan begitu Pak Lurah?" ujar Pak Polisi panjang lebar."Kamu bilang kita saudara? Sejak kapan kamu menganggap kami sekeluarga sebagai saudara? Aku nggak salah dengar, 'kan? Kalau saudara itu tidak saling sikut-sikutan dan tidak akan pernah berani ringan tangan seperti kamu! Hanya karena dihadapan semua orang yang berpangkat disini lalu kau meminta maaf? Soal memaafkan itu urusan kamu sama Tuhan. Namun, hukum tetap berjalan dan saya akan tetap maju untuk melapork
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

BAB 34 MELANJUTKAN

Aku dan Mas Yanuar berdiri dan bersalaman dengan semua orang yang ada di ruangan ini, kecuali Angga. Sengaja kami melewati jabatan tangan dengan lelaki yang menunduk itu. Saat Mas Yanuar mengucapkan salam kepada Pak lurah, justru kata-kata terakhir itu membuat aku semakin membencinya."Terima kasih, Pak. Maaf jika nanti akan merepotkan Bapak lagi." Mas Yanuar berucap sedikit lirih diiringi dengan anggukan kecil. "Lain kali kalau ada masalah kami tidak akan bisa membantu lagi, ini saya suruh untuk tidak berlanjut saja nggak mau mendengarkan perkataan saya. Urus sendiri saja, Mas!" ucapnya yang membuat diri ini mendongakkan kepala dengan tatapan tajam. "Ayo, Mas, biarkan saja mereka tidak mau membantu. Ayo kita lanjut ke Polsek!" ajakku dengan menggandeng tangan suamiku tersebut. Kami berdua melangkah keluar, tidak ada lagi suara yang keluar. Kami sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Samar, aku mendengar Angga bertanya kepada seseorang dengan pertanyaan yang sedikit membuatn
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

BAB 35 MAJU

Kami sampai di kantor polisi, rasa aneh yang menjalari seluruh tubuh ini seakan mengambil kesadaran dan kekuatan besar yang bisa membuat kuat. Ada sisi lemah yang tiba-tiba menyerang dari sisi gelapku. Hingga membuat tubuh ini mematung di pintu masuk.Mas Yanuar menghentikan langkah ini kala hampir mencapai pintu masuk. Sedikit tersentak, aku mendapati mata tajam itu menyorot ke arahku yang tampak bingung seperti seseorang yang kehilangan arah."Tetap semangat, jangan pernah gentar. Ada aku," bisiknya dengan mengelus punggung ini berulang-ulang.Aku mengangguk dan kami pun meneruskan langkah menuju ruangan sang kepala bagian. Mas Yanuar mengetuk pintu tiga kali, hingga suara dari dalam mengizinkan untuk membuka dan menyuruh masuk. Lelaki yang hampir seusiaku duduk dengan senyum ramahnya, mempersilahkan duduk lalu menghadap kami yang telah duduk berjajar di kursi panjang sampingnya."Ada apa, Mbak? Kenapa nggak mau di selesaikan di balai desa?" tanyanya ramah. Aku tersenyum masam sam
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

BAB 36 DI TEMPATNYA

Hampir dua jam aku dan Mas Yanuar dicerca beberapa macam pertanyaan. Sesekali aku menangis karena teringat kejadian demi kejadian antara aku dan Angga beserta keluarganya. "Baiklah kalau Mbak Suci dan Mas Yanuar tetap pada pendiriannya, akan saya proses. Namun, sekali lagi saya ingatkan, andai nanti berhenti di tengah jalan maka itu semua bisa dikenakan denda. Paham?" tanyanya mengulangi lagi hingga tiga kali. Aku mengangguk lalu dia pun meneruskan tugasnya dengan menerima laporan kami. Ada sedikit rasa lega di dalam dada sini, semua telah aku pikirkan matang-matang. Andai Angga masuk jeruji besi, itu bukan karena sikap sombong dari diriku, tapi sekedar memberikan kejutan kecil atas sikap mereka. Karena diam tak selamanya menjadi emas. Adakalanya seekor semut itu menggigit lawannya yang tengah menyakiti berulang kali, bukan begitu pembaca? Kami pulang seusai memberikan penjelasan secara rinci kepada pihak berwajib. Meskipun ada sedikit rasa takut yang mencoba mengusik ketenangan j
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

BAB 37 MAS AGUS

"Kayak orang pintar saja bisa tahu, sudahlah tidak akan ada apa-apa. Mungkin mau berganti musim jadi ya seperti aneh cuaca malam ini." Ibu menjawab sebentar lalu meneruskan tugasnya. Aku keluar memandang langit yang menghitam, bulan dan bintang yang biasanya selalu menghiasi indahnya malam tidak muncul juga. Mungkin benar apa kata Ibu, jika pergantian musim akan terjadi. Musim penghujan yang selalu dinanti oleh para petani akan datang. "Agus!" teriak Ayah dari dalam rumah, sontak aku kaget dan berlari menuju ke dalam. Diri ini mematung kala melihat Mas Agus yang tiba-tiba kejang dengan mata melihat ke atas. Wajahnya pasi, sedang Ibu membuat aku seperti tak bertulang. Tubuh itu luruh ke lantai dengan pandangan kosong. Entah apa yang terjadi selanjutnya karena pandangan mata ini tiba-tiba gelap.Suara orang mengaji terdengar sayup-sayup di telinga, serta aroma khas minyak aromaterapi begitu mencuat seiring dengan terbukanya mata ini perlahan. Tak ada suara, hanya air mata yang terus
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

BAB 38 AKU HAMIL

Kutuntun Ibu yang memang berniat ingin mensucikan raga anak lelakinya tersebut. Banyak dari anggota keluarga meminta beliau untuk tidak melakukan ritual itu, tapi Ibu tetap bersikukuh untuk melakukannya. Tangisan kami pecah kala memandang wajah yang tengah tertidur pulas itu, tak bisa berdiri dengan tegak meskipun niat dalam hati begitu kuat. "Bawa Ibumu masuk, biarkan Ayah sama yang lain meneruskan ini! Masuklah, Bu!" bisik Ayah lembut. Ibu setengah berontak saat tubuhnya aku gandeng untuk masuk ke dalam rumah, tapi berbagai macam bujukan dari saudara membuat hatinya akhirnya melemah dan menurut. Alhasil, Ibu tergugu di dalam kamar ketika menanggalkan pakaiannya yang basah karena memandikan Mas Agus barusan."Ibu, minum dulu! Jangan membuat Suci bersedih, kita jangan terlalu larut dalam kesedihan ini. Yang Mas Agus harapkan adalah doa dari kita yang masih hidup, semangat, Bu, ada Suci!" bisikku dengan mencium pipi beliau yang masih basah karena air mata. "Ibu belum siap ditinggal
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

BAB 39 BERITA BAIK

Iya, aku hamil, Bu." Diraihnya kembali tubuh ini untuk berada di pelukannya, tangis kami pecah. Hingga tak terdengar jika ada ketukan di pintu dan terbukalah lebar. Ayah memandang ke arah kami berdua yang saling berpelukan. "Ayo keluar, jenazah Agus sudah mau diberangkatkan! Ikhlas, ya, percayalah jika Agus akan bahagia dan tenang di alamnya sana," ujar Ayah dengan memalingkan muka secepat mungkin. Pundak yang kokoh itu ku pegang saat hendak membuka pintu kamar. Ayah lalu terdiam mematung tanpa menoleh. Aku tahu jika hatinya terluka dalam, tapi dengan pintarnya Ayah menyembunyikan itu semua dari kami. Ku peluk erat tubuh itu dan sedetik kemudian berguncang keras. Ayah menangis tanpa suara. Lelaki hebat di depanku ini sedang mengeluarkan rasa sesak dalam hati sama seperti apa yang kamu rasakan."Ayah, jangan sembunyikan luka ini sendiri, kami tahu Ayahlah yang paling sedih di sini dan tidak sepatutnya Ayah menyimpannya dalam. Masih ada aku, Ayah kuat." Sebelum mengangguk, Ayah mem
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

BAB 40 SEMAKIN BENCI

Mbak Tika menoleh dan mengajak keluar mengikuti jenazah mas Agus yang sudah keluar dari rumah. Tangis keluarga pecah, bahkan Ibu pingsan saat iring-iringan pelayat mengantar ke tempat peristirahatan terakhir. Tubuh ini terasa melayang tinggi, bagaikan kapas putih yang terbang ke langit biru. Pandangan pun tiba-tiba menjadi buram dan suara-suara orang yang berbicara semakin lama semakin hilang. Akhirnya akupun …. Wangi aromaterapi menusuk hidung, perlahan kubuka mata ini dan melihat Ibu yang duduk di sampingku berbaring mengelus lembut punggung tanganku berulang-ulang dengan pandangan kosong. Lagi-lagi aku harus merasakan duka yang mendalam, apalagi melihat orang yang aku sayang seperti tidak bergairah. Kupeluk tubuh Ibu, tangannya pun membelai lembut rambut ini lalu mengecup pelan. Kami sama-sama terbawa suasana hati yang tidak pernah sekalipun terlintas selama ini. Mas Agus yang aku pikir sehat-sehat saja selama ini justru dia berpulang terlebih dahulu dan tanpa diduga-duga. Takd
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status