Home / Romansa / Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita: Chapter 61 - Chapter 70

214 Chapters

Bab 61. Ulah Gus Barra

"Maksud Freya, Gus tuh terlihat tampan banget kalau lagi menjelaskan, pasti kalau menjelaskan materi kitab-kitab pesantren terlihat semakin tampan. Freya pengen lihat Gus seperti itu," ucap Freya dengan penuh hati-hati. "Ooo begitu, kita makan dulu," ucap gus Barra. 'Yah, responnya cuma begitu?' batin Freya. Gus Barra berdiri menadahkan tangannya untuk menggandeng Freya. Freya pun segera meraih tangan suaminya dan berdiri. Mereka menuju ruang makan, yang mana sudah ada abah, ummi dan para gus, ning, serta cucu-cucu dan menantu dari kyai Muwafik. Freya bilang seperti itu tadi, itu karena mendengar pembicaraan abah dan ummi. Mereka ingin melihat putranya mau mengajar kitab-kitab di pesantren. Sebenarnya gus Barra bukannya tidak bisa, cuma dia selalu berkata seperti itu karena belum mencoba. Saat di kelas pun biasanya ia menjelaskan. Tapi, ia tidak mau kalau mengajar secara resmi menjadi gurunya. Meskipun abah dan ummi menginginkan, tapi mereka tidak mau membuat putranya kecewa. Mer
Read more

Bab 62. Baby Permata

"Kalau belum ya usaha lagi dong, Sayang." "Memangnya kalau sudah ada, sudah cukup berhenti grak?" Freya lumayan malu dengan jawaban suaminya, sekalian ia belokkan saja bicaranya. "Hahaha … ya gak gitu jugalah, batin kita tersiksa entar kalau seperti itu. Intinya, aku mau kasih kado atas kedatangan tanaman permata kita, kalau belum ya kasih kadonya entar kalau udah ada." Gus Barra tidak berhenti tersenyum. "Iiiih curang. Waktu pernikahan aja, lagunya lagu lama," rajuk Freya. Bukan hanya Salma ternyata yang gampang merajuk. Si Freya juga sama saja. Gus Barra membelai kepala sang istri yang kini masih terlihat lemas. "Frey, maafkan aku yaa. Acara pernikahan kita itu tipe-tipe surprise gitu. Sebenarnya sudah banyak lagu aku yang masih tersimpan," "Aaah boong pasti cari alasan." Freya sangat berbeda dengan biasanya. Merajuknya Freya itu biasanya diwujudkan dengan diam. Gus Barra, semakin dibuat merasa optimistis kalau istrinya memang sedang hamil. Kini ia merajuknya dengan seperti it
Read more

Bab 63. Edisi Kangen

"Dari kapan? Mungkin semenjak kelas tiga MA, betul kan?" tebak Freya. "Hah? Salah besar," ucap Gus Barra. "Lah, kapan dong?" tanya Freya. "Sejak kelas satu MA," jawab gus Barra. Freya heran mendengarnya. Waktu itu ialah waktu-waktu saat Salma juga menaruh rasa pada gus Barra. Masa dimana mereka juga saling dijodohkan oleh para santri. Dan Freya pun juga belum menaruh rasa pada gus Barra. Freya tertawa. Ia jadi bercerita tentang masa lalu. Tidak lupa, Freya mengabarkan hal tersebut kepada sahabatnya. Ia sangat bersyukur punya gus Barra yang bisa memupuknya untuk menjadi wanita sholihah. "Salma, Alhamdulillaah garis dua, semoga kamu segera menyusul, biar anak kita entar seumuran," tulis Freya dalam chat. "Alhamdulillaah, aku senang sekali mendengarnya. Selamat bestie … Aaaa Freya udah OTW jadi ibu, pasti dikasih lagu tuh sama gus Barra," balas Salma. Salma bisa menebak seperti itu, karena dulu pernah ngobrol saat mereka akan tampil nyanyi bersama. Saat itu Salma menaruh rasa tapi
Read more

Bab 64. Tunda Dulu

"Freya nih, ngapain ya?" ucap Salma. "Angkat dong, Cama," ucap Fariz. "Angkatin coba, sepertinya gus Barra yang menelpon," ucap Salma. Fariz mengangkat teleponnya. Ternyata benar, gus Barra, yang memakai ponsel Freya. Ia meminta kehadiran mereka malam nanti dalam konser dan tasyakuran atas kehamilan Freya. "Tuh, entar malam ada acara di pesantren, tetap mau sekarang?" tanya Fariz. Hari itu Salma tidak masuk kuliah. Daripada bolak balik, Salma memutuskan untuk nanti saja ke pesantrennya sekalian acara. Ia ikut Fariz ke kantor lagi. "Ya sudahlah, nanti saja." Salma kembali duduk di ranjangnya. "Ikut Capa aja sekarang, mau kan?" ajak Fariz. "Gak mau kalau hanya untuk menonton perempuan lain mendekati Capa," ucap Salma. "Hhhh, kamu rela suami kamu dikejar perempuan lain?" Fariz ingin memulai perdebatan konyol mereka. Salma menatap suaminya yang masih berdiri. Jurus ampuh mereka mulai disimpan masing-masing. Pagi hari Tom and Jerry sudah tayang kembali. Fariz sering kali membuat
Read more

Bab 65. Ke Pesantren

"Dari mana-mana, yang aku kerjain tentang kerja sama dengan pabrik tahu," jawab Fariz. "Memangnya sejak kapan punya album ini? Aku aja gak tahu semua foto kecilku ini, dan yang berseragam sekolah, pasti nyuri, iya kan? Ngaku!" seru Salma. "Hahaha … kok istriku jadi galak? Ini fotonya semenjak kamu sah jadi istri aku sudah terkumpul rapi ini. Sebelumnya, ini memang pemberian dari mama kamu dan aku tambahkan foto-foto kamu yang aku dapat dari internet banyak kok. Kan kamu terkenal, Sayang! Ada yang aku curi juga saat menjaga ujian kamu, hehe," tawa Fariz sambil mengusap foto-foto itu. *** Sore menjelang maghrib, mereka berangkat ke pesantren. Jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga adzan maghrib sudah sampai di pesantren. Melihat dari mobil terdapat banyak santri berbondong-bondong berangkat berjamaah, hari Salma jadi terenyuh. Tak ia sadari kalau ia melamun dan meneteskan air mata. Jangankan Salma yang sudah lama di pesantren dan berhati lembut, Fariz saja juga terenyuh melihat peman
Read more

Bab 66. Konser

"Judulnya Baby Permata," jawab Freya. "Wah-wah enaknya jadi istri musisi, dapat kejadian menarik, dibikinin lagu," ucap Salma. "Hehe… enak juga kan jadi istri CEO? Jatuh cinta dapat milih hadiah sepuasnya, dapat panti asuhan. Gimana kabarnya, udah jadi?" tanya Freya yang balik memuji Salma. "Aaah iya, setiap pekerjaan punya bidang istimewa masing-masing. Alhamdulillaah sudah tinggal sedikit lagi. Rencana, minggu depan peresmiannya," jawab Salma. "Waw, terus anak pantinya sudah ada yang kira-kira akan ke situ?" tanya Freya. "Ada, beberapa sudah masuk daftar. Aku gak tahu ya langkah Capa tuh gimana, tiba-tiba, sudah ngasih catatan daftar anak panti. Aku tanyain katanya rahasia." Salma nampak sambil berpikir. "Itu karena suami kamu gak mau kamu ikutan puyeng mikir palingan, biar kamu tinggal terima hasil aja," ucap Freya. "Bebas juga, tapi ada yang kebetulan pengurus panti sebelah akan pindah ke luar negeri. Pengurusnya sudah menyerahkan seluruh anak panti supaya pindah ke tempat a
Read more

Bab 67. Payung

"Maksudnya istri seperti payung tuh begini, kalau kamu lihat bagian payung, ada bagian atas ada juga kan yang dalam yang tidak terkena air? Nah, itulah perempuan, bisa mencegah masuknya air karena hujan deras. Perempuan itu tamengnya keluarga. Tapi, suami itu juga sangat dibutuhkan. Posisi suami seperti jeruji yang menyangga bagian payung. Maka dari itu, perempuan yang paling atas, merupakan bukti kuatnya cengkraman penjagaan jeruji, dan seorang ibu derajatnya lebih tinggi dari ayah. Sedangkan anak itu ibarat orang yang memakai payung. Semakin payungnya terkendali dan baik-baik saja, maka keamanan tidak terkena hujan juga semakin besar." "Masya Allah … kok Capa pintar sih?" kekeh Salma. "Hmm … Cama, Capa kan juga pernah dididik, apalagi sekarang kamu yang juga mendidik," gemas Fariz dengan mencubit pipi istrinya. "Ahhh memerah kan?" keluh Salma dengan mengelus pipinya. "Malah cantik kok," "Capa juga semakin tampan kalau gak marah-marah dan bentak-bentak" ucap Salma. "Memangnya,
Read more

Bab 68. Resepsi

"Iiih, kan udah pernah tanya," ucap Salma. "Belum kok, dulu Capa cuma tanyanya, kenapa bisa manja? Kalau sekarang siapa yang mengajarimu? Beda, kan?" "Oh, hahaha … jawabannya diri Salma. Lanjut obrolan yang tadi dong, Cama nungguin loh." Salma menarik tangan suaminya. "Obrolan yang mana?" Fariz pura-pura tidak tahu. "Ahhh! Ya udah mending tidur," rajuk Salma melepaskan tangan suaminya dan membalikkan badan. "Yakin nih, tidur?" ledek Fariz. *** Sesuai hari yang telah ditentukan, pada hari itu merupakan hari resepsi Salma dan Fariz di gedung impian Fariz. Salma juga sangat bahagia karena kakaknya waktu pernikahan di pesantren, belum jadi hadir, dan hari itu bisa hadir. Adik Fariz dulu juga belum ada. Kerabat Fariz dan Salma sekarang lebih lengkap yang bisa hadir. Karena saat pernikahan di pesantren, memang mendadak dan banyak yang belum persiapan. Saudara serta kerabat Salma dan Fariz banyak yang tinggal di luar provinsi dan luar negeri. Jadi, mereka harus mempersiapkan yang le
Read more

Bab 69. Momen Luar Biasa

"Tentu suka dong, ternyata selera Capa sejoli juga dengan Cama. Cama kok lelah ya," ucapnya sembari bersandar ke suaminya. "Kamu lelah? Tapi terkesan dan bahagia, kan?" tanya Fariz. "Iya Capa," jawab Salma. Setelah semua selesai, Fariz dan Salma ke kamar. Mereka masih memakai kostum resepsinya. Rasanya, Salma sangat ngantuk dan ingin langsung tidur. Ia segera merebahkan tubuh tanpa ganti baju. Matanya terpejam, meski ia belum tidur. Fariz berusaha terus membangunkan Salma supaya membersihkan dirinya dulu. "Sayang, ganti baju dulu dan bersihin make upnya," ucap Fariz namun tak dianggap oleh Salma. "Cama, jangan begini, ah!" Fariz mengecup keningnya. Tapi hasilnya tetap saja. Salma tetap diam dan terlihat seperti sudah tidur beneran. Fariz jadi tidak tega mau melanjutkan membangunkan, tapi kostum yang dipakai juga pasti tidak membuat dirinya nyaman untuk tidur. "Bangun, nggak? Kalau nggak mau bangun, ya udah Capa yang melepas kostum kamu ini keseluruhan!" Seketika Salma terbangu
Read more

Bab 70. Ke Rumah Papa

"Eh, Asma ngomong apa, Sal?" tanya Rifki. "Asma minta dedek bayi, Ayah. Kan Ontynya Siska habis acara rame-rame juga punya dedek bayi," ucap Asma dengan polosnya membuat Rifki dan mamanya yang baru datang juga tertawa. "Hahaha … itu ceritanya Asma habis dari acara tujuh bulanan ontynya Siska waktu di luar negeri. Tapi permintaan bagus nih untuk kalian, udah ada belum?" tanya Rifki. "Ooo begitu, hahaha ... masih kosong Kak, dan," "Baiklah Asma. Onty Salma akan berusaha yaaa, do'akan cepat ada dedeknya," sahut Fariz. "Ah iya Asma. Minta juga ke Ayah sama Mama yaa, biar Asma bisa serumah dengan dedek bayi," lanjut Salma. "Emang Ayah dan Mama bisa ya, Onty? Kan nggak habis rame-rame." Celotehan Asma semakin mewarnai obrolan tersebut. Asma hanya berpikir, anak kecil itu memahami kalau habis ada acara rame-rame yang menyudutkan suami istri, itu berarti akan bisa ada dedek bayi. Padahal, yang ia hadiri itu ialah acara tujuh bulan kehamilan, sehingga dekat dengan proses persalinan. Asm
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status