Beranda / Romansa / Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita / Bab 69. Momen Luar Biasa

Share

Bab 69. Momen Luar Biasa

Penulis: Azizah Bounty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Tentu suka dong, ternyata selera Capa sejoli juga dengan Cama. Cama kok lelah ya," ucapnya sembari bersandar ke suaminya.

"Kamu lelah? Tapi terkesan dan bahagia, kan?" tanya Fariz.

"Iya Capa," jawab Salma.

Setelah semua selesai, Fariz dan Salma ke kamar. Mereka masih memakai kostum resepsinya. Rasanya, Salma sangat ngantuk dan ingin langsung tidur.

Ia segera merebahkan tubuh tanpa ganti baju. Matanya terpejam, meski ia belum tidur. Fariz berusaha terus membangunkan Salma supaya membersihkan dirinya dulu.

"Sayang, ganti baju dulu dan bersihin make upnya," ucap Fariz namun tak dianggap oleh Salma.

"Cama, jangan begini, ah!" Fariz mengecup keningnya.

Tapi hasilnya tetap saja. Salma tetap diam dan terlihat seperti sudah tidur beneran. Fariz jadi tidak tega mau melanjutkan membangunkan, tapi kostum yang dipakai juga pasti tidak membuat dirinya nyaman untuk tidur.

"Bangun, nggak? Kalau nggak mau bangun, ya udah Capa yang melepas kostum kamu ini keseluruhan!"

Seketika Salma terbangu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 70. Ke Rumah Papa

    "Eh, Asma ngomong apa, Sal?" tanya Rifki. "Asma minta dedek bayi, Ayah. Kan Ontynya Siska habis acara rame-rame juga punya dedek bayi," ucap Asma dengan polosnya membuat Rifki dan mamanya yang baru datang juga tertawa. "Hahaha … itu ceritanya Asma habis dari acara tujuh bulanan ontynya Siska waktu di luar negeri. Tapi permintaan bagus nih untuk kalian, udah ada belum?" tanya Rifki. "Ooo begitu, hahaha ... masih kosong Kak, dan," "Baiklah Asma. Onty Salma akan berusaha yaaa, do'akan cepat ada dedeknya," sahut Fariz. "Ah iya Asma. Minta juga ke Ayah sama Mama yaa, biar Asma bisa serumah dengan dedek bayi," lanjut Salma. "Emang Ayah dan Mama bisa ya, Onty? Kan nggak habis rame-rame." Celotehan Asma semakin mewarnai obrolan tersebut. Asma hanya berpikir, anak kecil itu memahami kalau habis ada acara rame-rame yang menyudutkan suami istri, itu berarti akan bisa ada dedek bayi. Padahal, yang ia hadiri itu ialah acara tujuh bulan kehamilan, sehingga dekat dengan proses persalinan. Asm

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 71. Peresmian Panti

    "Aku Wildan, masih ingat, kan?" tanya Wildan dari telepon. "Oh iya, kita sejurusan kan, ya?" tanya Salma sengaja loudspeaker. "Iya betul. Kamu ada waktu hari ini?" tanya Wildan. "Maaf, aku sibuk," jawab Salma. "Mmm, sama laki-laki itu ya. Dia siapa sih? Kalian sudah seberapa dekat?" Salma sangat tidak suka mendengarnya. Siapa dia? Terlalu penasaran saja dengan orang lain. Papa Rahman hanya tertawa mendengarnya. Hal-hal semacam ini juga yang ingin papa Rohman hindarkan, kenapa papanya menjadikan sebuah syarat harus menikah dulu sebelum kuliah. "Dia suamiku," jawab Salma mematikan sambungan telepon dengan kesal. "Hahaha … bisa mencerna nasihat Papa?" tawa papa Rohman. "Hehe, iya Pa." Salma jadi malu mengingat waktu dulu di depan papanya. *** Akhirnya setelah beberapa hari, hari itu peresmian panti dilakukan. Semua yang akan menempati panti itu, beserta teman-teman Salma yang siap membantu juga datang. Asma juga tidak lepas dari dekat Salma. Ia ikut saja dari sebelum acara dim

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 72. Dipanggil Daddy Ummah

    "No! Kan Asma ingin ikut beli," ucap Asma."Ya sudahlah, Capa ikut ke tempat pentol juga aja mendingan," ucap Salma.Sebenarnya itu tidak beli. Karena Fariz sudah menyediakan berbagai makanan di sana. Mulai dari makanan ringan, jajanan dan juga makanan berat.Mereka sudah bilang ke Asma kalau itu gratis. Tapi ia tetap ngeyel pokoknya beli pakai uang. Salma dan Fariz pun tidak mempermasalahkan hal tersebut."Asma mau yang besar apa kecil?" tanya Salma."Yang besar Onty, yang isi telur," jawab Asma.Fariz iseng mencuri untuk mencium Asma karena gemas. Hasilnya Asma malah nangis karena nggak suka dicium Fariz. Anak kecil itu pun merajuk tidak mau melihat Fariz dan minta pergi dari tempat itu."Aaaaaah, huaaaaaaa …Onty ... Om Fariz jahat," tangis Asma dalam gendongan Salma.

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 73. Mendidik Anak

    "Suka main boneka. Tapi bonekaku sudah sobek," jawab 'Izzi. Salma dan Fariz tersenyum. Mereka saling berpandang dan seakan bicara melalui mata. Fariz janji akan membelikan mainan sesuai kesukaan 'Izzi maupun anak panti yang lain. Setelah acara peresmian, Salma, Fariz dan beberapa pengurus yang telah dibentuk untuk mengurus panti tersebut membantu anak-anak menuju kamarnya. Asma juga sudah terbangun dan dengan wajahnya bangun tidur yang masih sedikit mengantuk berjalan mengikuti Salma. "Asma, masih ngantuk?" tanya Salma. "Iya Onty, itu mainan apa? Main ah." Ngantuknya langsung hilang saat melihat sebagian mainan yang sudah tersedia di ruang bermain. *** "Capa, setiap anak yang tinggal di panti itu punya cerita pahit sendiri-sendiri. Salma ingin melihat mereka bahagia di jalan yang benar, Capa. Itulah kenapa Cama minta dibuatkan panti asuhan," ucap Salma. "Capa paham kok, Cama. Kamu bahagia nggak dipanggil Ummah?" tanya Fariz. "Sangat dong. Rasanya seperti belum pantas, tapi ini

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 74. Kurang Kerjaan Kedua Kalinya

    "Maulah Cama, ya udah yuk!" ajak Fariz langsung menggendong Salma."Capa duluan aja ke pantinya, entar Cama menyusul bawain kopi," ucap Salma setelah sampai dapur."Aku tunggu saja," ucap Fariz."Baiklah." Salma beranjak membuat kopi.Sejak dulu ia iseng menaruh garam di kopinya pada saat Fariz mengawasi ujian, kini hal tersebut belum terjadi lagi. Dulu, Fariz bilangnya suka kopi asin, entahlah kalau sekarang apa yang akan Fariz katakan.Mereka masih duduk di taman samping kopi. Salma ingin menunggu suaminya menghabiskan kopi dulu. Satu tegukan Fariz membuat menatap nanar ke istrinya.

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 75. Hunaisa Aina Zaylin

    "Boleh, tapi kan gak ada boxnya, kasihan kalau kena tendangan kita, gimana?" ucap Salma. "Siapa bilang tidak ada? Capa udah nyiapin kok, sudah ada di kamar sebelah," jawab Fariz. "Waaw, ya udah karena anak-anak juga sudah tidur, kita kembali ke rumah. Capa bisa gak gending bayi?" tanya Salma. "Eh, kalau sambil berjalan Capa belum lancar, hehe …" "Hahaha … ya udah sini Cama gendong." Serasa itu benar-benar anak kandung mereka. Ternyata, dengan bayi pun Fariz begitu peduli. Ia tidak jijik membersihkan kotoran Hunaisa. Ia tahu kalau ia tidak membersihkan, akan membuat Hunaisa tidak nyaman. Salma kagum dengan sikap suaminya. Dia terlihat semakin membuat Salma ingin mencubit gemas suaminya saat mengobrol dengan Hunaisa. Mereka menaruh box itu tetap satu kamar dengan mereka. Hunaisa berwajah cantik, imut dengan kulit putih kemerah-merahan dan mata khas bayi bule. Dan ternyata mengurus bayi juga perlu kesabaran super. Mereka berdua sering terbangun sesaat dari memjamkan mata. Melihat

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 76. Turki

    "Kalau kamu nyaman, Capa ngikut saja, kamu siap?" tanya Fariz. "Insyaallah, lagian Cama kan masih lama masuk kuliah lagi. Jadi banyak waktu untuk bersama Naisa. Namun, seenaknya Hunaisa saja, b8sa di panti bisa di sini juga," jawab Salma. "Oh iya, waktu Capa dapat Naisa dari rumah sakit, identitas ayahnya bagaimana?" tanya Salma. "Itu dia, pihak rumah sakit juga tidak tahu. Karena ibunya Naisa pergi sendirian ke rumah sakit dan tidak memberi alamat apapun tentang keluarganya," jawab Fariz. "Tapi, Naisa punya tanda lahir di betisnya, siapa tahu itu bisa menjadi petunjuk," ucap Salma. "Udah-udah gak usah bahas itu dulu, tuh Naisa jadi sedih," Fariz mengelus pipi merahnya Naisa. *** Senangnya Fariz dan Salma bisa honeymoon ke Turki. Tepatnya mereka mengunjungi Pamukkale. Mereka mengunjungi Pamukkale di hari kedua. Hari pertama masih istirahat dan menghabiskan waktu di hotel. Fariz sudah beberapa kali ke Turki, tapi dengan otak yang berpikir mengurus pekerjaan. Bukan honeymoon sepe

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 77. Pamukkale

    "Mau baju tiga dan warnanya pink, Onty," jawab Asma. "Oke Asma, Onty pasti beliin kok. Tapi sekarang harus," "Tidur, yeee baju pink. Baiklah Onty, Asma mau tidur," jawabnya penuh semangat. "Naisa kenapa? Rindu ya? Sabar Sayang, di rumah sama Oma dulu." "Iya Nais, Daddy senengin Ummah dulu di sini. Biar lebih semangat lagi entar kalau udah pulang," ucap Fariz. Naisa tersenyum dan berceloteh. Membuat mereka juga semakin rindu dengan Naisa juga yang lain. Namun, perlahan Naisa menangis dan seperti ingin bilang kalau dia ingin ikut. Salma mulai menerka-nerka keadaan tersebut. Wajah Naisa khas sekali seperti bayi bule Turki. Salma jadi berpikir apa ia ada kontak batin dengan ayahnya yang siapa tahu orang Turki. "Capa, apa Naisa kontak batin ya ingin ikut kita karena ayahnya di sini?" tanya Salma. "Hahaha …" tawa Fariz. "Kok malah ketawa sih." Salma heran. "Ngawur kamu Sayang, ya Naisa menangis tuh karena ingin bersama kita, kamu kejauhan deh mikirnya," "Eh, ini gak ngawur. Asli,

Bab terbaru

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab Ending Season 2. Capa Cama Cimes Cioy

    "Mmm … terima kasih banyak, Mi. Ada kok, kalau Cioy udah beberapa hari, kita akan ngonten bareng. Dibuat jadwal khusus podcast wanita tangguh bareng Nuura," jawab Salma. "Masyaallah, bagus. Mami ke belakang dulu," ujar Reva. Tidak ada yang harus minder karena pernah berbuat salah. Orang yang pernah khilaf, tetap memiliki hak untuk menjadi orang baik. Berhenti men-judge orang karena kekhilafan di masa lalu adalah hal yang Salma kokohkan untuk menguatkan Nuura. *** "Apa yang kamu tahu tentang cinta?" tanya Salma. Fariz menatap lekat kedua mata istrinya. "Cinta itu luas. Sebuah rasa yang bertahta tanpa aba-aba, mendaki dan menggali untuk terus mencari arti meskipun bercak dan pikulan luka menghampiri." "Apa yang kamu tahu tentang mencintai?" tanya Salma. Tidak ada keraguan untuk Fariz memberi jawaban. Cinta memang luas dan yang ditanyakan Salma itu masih umum, bukan hanya khusus cinta Fariz kepada Salma. Mereka bercerita di tengah Cimes Mika yang sibuk mengajak bermain dan bercanda

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 29. Salma di Hati Reva

    "Daddy ingin dipeluk Kakak Cimes," ucap Fariz. "Gak mau! Cimes mau minum kembar juga gak diberi," sahut Cimes Mika. "Kakak kok dendam?" Salma membelai rambut putrinya. "Maaf, tapi Kak Cim nggak suka dilarang terus, pertanyaan Cimes gak dijawab sama Ummah," keluh Cimes Mika. "Masyaallah, anak pinter! Eaaa … kena deh ke pelukan Daddy!" Fariz mengangkat Mika begitu saja mumpung tangannya tidak berpegangan tangan dengan baju ummah-nya. Dari tadi Fariz ingin menggendong putrinya secara tiba-tiba dan langsung dibawa keluar. Namun, tangannya masih mencengkram baju Salma. Fariz sudah wanti-wanti dengan teriakan juga sebenarnya, tapi sekarang akan nekat ia lakukan dengan langsung membawanya keluar dari kamar. "Daddy, huaaa!" teriak Cimes Mika yang sudah di pintu karena Fariz cepat untuk lari keluar. "Hehe, sudah di pelukan Daddy sekarang. Kamu nggak rindu apa, Nak? Dari semalem nggak mau dipeluk Daddy, maunya sama oma dan eyang terus!" Fariz terus mendekap dan membelai putrinya. Cimes M

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 28. Cimes Kangen Minuman Kembar

    "Besok aja, hahaha," ucap Salma. "Adik sebentar lagi lahir, nggak sampai besok, Nak. Udahan dulu ya sama Ummah-nya!" Fariz melihat istrinya menahan sakit sedari tadi, tapi berusaha membuat Mika bahagia. "Nggak mau! Cimes kangen minuman kembar ini!" seru Cimes Mika. "Nak … Ummah lagi sakit. Mau nggak doain Ummah di masjid, beli minumnya es krim dua aja biar jadi kembar," ungkap Salma yang merasakan perutnya semakin sakit. "Ummah sakit? Cimes kangen ini dari kemarin nggak dikasih, tapi Cimes mau do'ain Ummah, Ummah sembuh! Huaaaaaaaa!" Cimes Mika memeluk Salma lalu menangis sambil berjalan turun dari brankar Salma. "Hahaha … biarin dulu coba, Ma! Cimes kok lucu ya kesannya. Nangis aja tetep imut banget," ucap Fariz dengan tawa kecilnya. Sedih, disuruh pergi saat waktu rindu-rindunya, tapi lebih sedih kalau melihat perempuan hebatnya merasakan kesakitan. Cara jalannya Cimes Mika juga membuat mereka tetap gemas. Apalagi kalau melihat raut wajahnya, Salma yang sedang kesakitan pun iku

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 27. Detik-detik Bertemu Cioy

    "Hehe, belum nih. Abinya belum setuju," jawab Freya. "Sama aja, Aa Wildan belum tega katanya," sahut Clarissa. "Kalau kata Mas Rifki mah, udah. Dua anak cukup," jawab Royya. "Tau ah, Mas William juga gitu!" rajuk Reca. "Cama! Kamu buat mereka resah, deh!' Fariz merangkul istrinya. Mereka terus bercanda dan juga berencana juga. Sangat hangat, bisa berkumpul gabungan seperti itu. Ada dari pihak keluarga, saudara, dan juga para santri. *** "Cap, Cimes nggak ikut?" tanya Salma. Rasa sakit saat kontraksi, kini Salma rasakan. Beruntungnya, saat itu ia hanya mimpi. Kalau tidak, entahlah bagaimana dia bisa kuat melawan rasa sakit tanpa usapan langsung dari suaminya. Di mana biasanya selalu siap memberi ketenangan dan kekuatan atas lara yang sedang menimpanya. Namun, di saat suasana menahan rasa sakit untuk kelahiran putri keduanya, perhatian untuk putri pertama tidak lupa ia berikan. "Masih nangis," jawab Fariz. "Kok nggak Capa ajak?" Salma menarik tangan suaminya. "Entar aja kalau

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 26. Pesona Gus Bafre

    "Capa, Capa gak pergi, kan? Nuura, baik-baik saja?" Salma terlihat sangat resah saat bangun tidur. "Sayang, kamu kenapa, sih? Semalem Capa di sini terus peluk kamu sama Cioy. Kok jadi aneh?" tanya Fariz. "Ehmm, Alhamdulillah, hanya mimpi berarti." Salma menghembuskan napas panjangnya. "Hahaha …" Fariz tertawa sembari mencubit hidung istrinya. Pagi itu mereka pergi belanja ke toko mainan. sudah banyak request dari anak panti sangat juga putrinya sendiri. Cimes Mika tidak lupa untuk minta dikepang rambutnya, dia ingin seperti Hunaisa meskipun rambutnya masih belum sebanyak rambut Hunaisa. "Mau dikepang," ucapnya. "Nggak mau diikat dua aja, Nak?" Salma memberi penawaran. "Maunya kayak Kak Nais," jawab Cimes Mika. "Iya, dikepang ya dikepang. Boleh cium dulu, nggak?" Salma mendekatkan pipinya. "Ummah bau, gak mau!" Cimes Mika malah menjauh. "Bau apa? Ummah udah mandi, udah pakai bedak, wangi ...." ujar Salma. "Mmmm, bauuuu .... tapi boong, hihihi," ucap Cimes Mika dengan tawa. F

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 25. Hamil Tua

    "Ehmmm, terserah Cama aja," jawab Fariz. "Mami ingin sama papi apa sama Cimes?" tanya Salma membuat mereka terkekeh. "Hahaha, Mami ngikut pilihan kamu aja, Sal! Kalau kalian mau salah Cimes, ya Mami sama Papi," jelas Reva. "Ya udah, Mi. Mami sama Papi aja, bikin adiknya Fariz!" goda Fariz. "Iiih! Dasar ya kamu, Riz!" Reva keluar kamar dengan lumayan salah tingkah. Fariz dan Salma masih ngobrol pelan di kamar putrinya. Anak kecil yang masih linguistik seperti itu, serasa ingin selalu di dekapan mereka berdua setiap saat. Seperti Salma tadi, ditiduri begitu putrinya merupakan sentuhan luar biasa yang sangat memberinya kebahagiaan. Fariz itu kalau melihat putrinya, sudah pasti ingat Salma, begitu pula sebaliknya. "Capa pengen cubit, Cam!" Fariz menahan jarinya di pipi mulus putrinya. "Ihh, jangan! Capa tuh kalau lihat putri cantik ini, selalu saha keinget dengan Capa," ungkap Salma. "Nggak cuma Cama. Capa pun begitu, Sayang!" Fariz menatap istrinya dengan tersenyum. Salma mengus

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 24. Foto Maternity

    Fariz segera mengambil album di dalam lacinya. Waktu memang sudah malam, tapi dia tidak mau membuat anaknya kecewa. Baim minta album foto dia dan juga kebersamaan di panti untuk dibawa ke pesantrennya besok pagi. Mintanya sudah dari kemarin, tapi Fariz memang benar-benar lupa. "Capa mau ke rumah Nuura dulu," ucap Fariz. "Kenapa? Kan belum dijawab, udah ke sana aja!" kesal Salma. "Hehe, iya-iya. Ini, Baim minta foto albumnya waktu di panti. Besok udah berangkat, mintanya tuh udah dari kemarin, cuma … Capa aja yang pelupa." Fariz melemparkan senyum untuk istrinya. "Ya udah, hati-hati!" Salma mencium punggung tangan suaminya. "Siap," jawab Fariz. "Jangan bikin gara-gara lagi, ya. Pusing! Jangan sok kenal dengan Nuura!" Salma masih memegang tangan suaminya. Peringatan, Salma tidak ingin kejadian-kejadian yang menurutnya sangat mengerikan itu terulang kembali. Sudah cukup dengan rasa-rasanya di waktu kemarin itu, sekarang ia ingin momen kehamilannya benar-benar terjaga dengan baik du

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 23. Rasa Sayang Mertua

    "Cama mual lagi!" rintih Salma. "Kamu pucat sekali, Sayang! Kita pulang, yuk!" ajak Fariz. "Jangan!" Salma menangkis uluran tangan suaminya. "Bandel kamu nggak tahu tempat banget, sih!" Fariz kembali meraih tangan istrinya. "Loh, Salma kenapa?" Reva datang dan langsung menyentuh menantunya. Reva melihat putranya menahan emosi. Melihat pula menantunya kesakitan. Namun, ia yakin itu bukan perkara Fariz menyakiti Salma. Raut wajah putranya terlihat kalau ia sedang khawatir. "Cama mual lagi, perutnya sakit, tapi gak mau pulang, kesal Fariz, Mi!" Fariz melepaskan sentuhan ke tangan Salma. "Riz, Salma itu tidak mau karena nggak tega sama krucil-krucil. Kamu yang peka dong dengan istrimu! Istrimu hamil karena ulah kamu, loh. Ya yang sabar ngadepinnya!" Reva mengusap perut menantunya. Bukan perkara sakitnya yang membuat Salma meneteskan air mata. Seorang ibu yang hadir dan tulus merawat ia yang bukan dari darah daging sendiri itulah yang membuat Salma semakin berderai air mata. Memilik

  • Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita   Bab 22. Anak China dan Korea

    Miss Na: 'Iya, sampai sekarang belum ada yang menjemput. Ponsel keluarganya tidak bisa dihubungi. Bisakah Ibu Salma yang ke sini?' Salma: "Iya-iya, bisa kok." Sekolahnya Hunaisa memang sedang pulang pagi. Namun, Hunaisa belum juga dijemput. Orang tuanya tidak bisa dihubungi. Gurunya mencoba menghubungi Salma untuk menjemput Hunaisa. "Kenapa Hunaisa?" tanya Fariz. "Kita ke sekolahnya sekarang! Orang tuanya gak bisa dihubungi." Salma mencari tasnya dengan raut wajah khawatir. "Tenang dong! Kenapa panik begitu? Nais sakit, jatuh, kena pelanggaran, disakiti atau apa?" tanya Fariz penasaran. "Capa! Kenapa malah nebak yang miring? Menyuruh tenang, tapi dilanjutkan dengan dugaan miring, ngeselin!" kesal Salma. Fariz minta maaf dan sedikit terkekeh juga. Karena dia tahu, kalau anak-anak seusia Hunaisa pada pulang pagi. Hanya saja, dia belum tahu kalau Hunaisa belum dijemput. Fariz hanya lewat begitu saja di depan sekolahnya Hunaisa dan langsung pulang. "Sayang, maaf! Kita jemput seka

DMCA.com Protection Status