Home / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pembalasan Istri Kampungan: Chapter 31 - Chapter 40

117 Chapters

Kalah Telak!

"Menurutku hidup dia tidak ada apa-apanya!" Sosok wanita itu melangkah dengan langkah yang kian mendekat. Senyum sempurna terpatri di wajah, di mana hal tersebut cukup menggambarkan bahwa ia sama sekali tak menyesali perkataannya."Bagaimana tidak ada apa-apanya, Bu? Menurut saya hampir seluruh wanita di negeri ini merasa iri dengan Ibu Nara. Dia artis hebat, dan mempunyai kekasih yang sangat perhatian seperti Pak Dimas," ucap sang perawat kecantikan yang tak setuju.Mungkin perawat itu tak begitu mengenali, bahwa sosok wanita yang kini sudah berdiri tegap di hadapannya adalah mantan seorang artis yang juga pernah terkenal. Ya, memang pernah walau hanya dalam waktu yang cukup singkat. Apa lagi saat ini Nara berhasil mengungguli kesuksesan yang telah dicapai oleh Bella sebelumnya."Hmm, mungkin kau bisa berbicara seperti itu karena tidak terlalu mengenalinya dari awal. Menurutku, dia hanya seperti sampah! Dibuang begitu saja, dan tiba-tiba dipungut oleh orang yang bisa memanfaatkanny
Read more

Dress yang Meresahkan

Untuk sesaat, kedua netra tajam Dimas terpaku pada seorang perempuan yang tengah berdiri di hadapannya. Ia memang sudah melihat riasan di wajah Nara sebelumnya melalui pantulan kaca cermin, akan tetapi tetap saja dirinya terpukau di saat netranya bertatapan langsung seperti ini. Bulu mata lentik, bibir merah merona menggoda, sungguh membuat fokusnya teralihkan. Dimas memperhatikan lama penampilan perempuan itu dari atas sampai bawah. Hingga untuk yang sekian kalinya, hatinya pun kembali terasa bergetar hebat."Cantik!" Salah satu sudut bibir Dimas terangkat, hingga memunculkan sebuah lesung pipi kecil di pipi kanannya."Apa, Mas?""Ah, tidak apa-apa," jawab Dimas cepat sembari menggeleng.Nara yang memang tak sempat mendengar jelas perkataan kekasihnya tadi pun akhirnya hanya mengangguk saja. Ia beranjak mengambil tas kecilnya yang seharga puluhan juta itu, hingga tiba-tiba saja langkahnya terpaksa terhenti tepat setelah Dimas menahannya
Read more

Pesta Keberhasilan

Berbagai kelap-kelip lampu cahaya, kini mulai terlihat bergerak memenuhi seluruh ruangan. Di sana, terdengar suara dentuman musik yang cukup keras. Pesta yang awal katanya hanya diselenggarakan secara kecil-kecilan untuk merayakan keberhasilan sinetron yang telah berhasil menghibur orang banyak, kini terlihat sebaliknya. Semuanya berlangsung sangat megah dan meriah, bahkan terdapat sebuah karpet merah yang menyambut langkah kaki para artis yang melewatinya."Mbak Nara! Pak Dimas!"Beberapa para fotografer profesional, seolah tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Mereka semua kompak memanggil pasangan yang akhir-akhir ini sedang naik daun tersebut, agar mendapatkan hasil foto terbaik malam ini. Sudah bisa dipastikan, pasti wajah kedua insan itu akan menghiasi berbagai cover majalah dan berita dalam satu Minggu ke depan."Terima kasih, Semuanya," ucap Dimas dan Nara secara bersamaan, yang langsung masuk ke dalam dengan berjalan beriringan.Se
Read more

Hilangnya Nara

Lama Dimas menunggu, akan tetapi sayangnya entah kenapa Nara tak kunjung kembali ke hadapannya. Padahal sudah sekitar dari seperempat jam yang lalu dirinya menyudahi panggilan bisnisnya, akan tetapi sampai sekarang ia malah tak kunjung melihat batang hidung kekasih yang juga telah menjadi calon istrinya itu."Pak Dimas! Ayo, kita berfoto. Sangat jarang sekali kita bisa berkumpul dan berpesta seperti ini," ucap salah satu artis yang juga bermain dalam satu sinetron bersama Nara.Akhirnya, mau tidak mau Dimas pun berfoto dengan para artis perusahaannya itu. Ia tetap berusaha tersenyum, meski kini pikirannya hanya tengah tertuju pada Nara. Dirinya benar-benar ingin mempercepat waktu, supaya bisa segera mencari keberadaan kekasih pujaan hatinya tersebut."Pak Dimas, selamat atas keberhasilan sinetronnya ya! DMS Hitz memang selalu berhasil menyediakan karya yang disenangi masyarakat! Mudah-mudahan saja setelah ini kita dapat bekerja sama kembali ya?" tutur sala
Read more

Misi Pencarian

"Astaga! Ke mana pakaianku saat ini?!" teriak Nara yang tiba-tiba saja terkejut, ketika menyadari dirinya yang sedang tak memakai sehelai kain apa pun di balik selimutnya.Nara berusaha bangkit dari tidurnya, akan tetapi sayang saat ini seluruh tubuhnya benar-benar terasa sakit. Ia tak mampu bergerak lebih jauh, hingga akhirnya pasrah untuk diam ditempat.Deggh!Degup jantungnya tiba-tiba saja terasa terhenti. Seluruh aliran darah yang mengalir di tubuhnya seolah dengan kompak tersendat, hingga membuat wajahnya semakin lama terlihat semakin pucat pasi.Apa yang telah terjadi dengan dirinya semalam? Siapa yang telah membawanya ke tempat asing ini? Siapa yang telah melakukan ini semua? Kenapa sekarang dirinya sama sekali tak memakai pakaian apa pun? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Ya Tuhan, sungguh kepala Nara benar-benar hampir pecah memikirkan semuanya!Nara memang baru saja terbangun dari tidur pulasnya yang amat panjang. Ke
Read more

Upaya Untuk Kabur

"Awh! Lepaskan! Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut dengan kalian!" teriak Nara yang lagi-lagi berusaha memberontak. Ia ketahuan sudah sadar, tepat setelah selesai memakai pakaian tadi. Sehingga kini, dirinya diseret-seret paksa oleh seorang pria berbadan besar dan juga seorang wanita bertubuh tinggi ke arah luar."Diam kau! Ikut saja dengan kami!" hentak pria yang sedang menyeretnya itu tak kalah tegas.Pria tersebut semakin mencengkram kuat kedua pergelangan tangan Nara. Ia benar-benar menyeretnya dengan kasar, seolah tak menyadari bahwa yang ada di hadapannya ini adalah seorang artis terkenal yang baru saja menyelesaikan syuting sinetronnya."Mau ke mana kalian membawaku? Hah? Tolong, lepaskan aku! Aku mau kembali pulang!" pekik Nara kembali, dengan berusaha sebisa mungkin menahan langkahnya."Akhh! Diam kau! Kita akan membawamu ke tempat yang lebih jauh lagi! Dan ini semua karena ulah kekasihmu!" hentak pria berbadan besar itu dengan terus menyeret Nara sampai bergerak maju."A–apa?
Read more

Sosok yang Tak Disangka

Bughh!"Ayo, ikut denganku!"Belum sempat selesai keterkejutan Nara, yang baru saja dipergoki oleh penculiknya. Tiba-tiba saja, ada hal lain lagi yang lebih mengejutkan dirinya.Ya! Itu semua karena kedatangan seseorang yang sama sekali tak pernah diduganya. Pria itu telah berhasil memukul penculiknya sampai pingsan tak sadarkan diri, di mana hal tersebut sungguh membuatnya tercengang.Orang itu bukanlah Dimas yang sempat dilihatnya, atau bukanlah Marvori yang selalu ditugaskan untuk menjaganya. Akan tetapi melainkan, sosok yang selama ini cukup jarang ditemuinya."Nara! Ayo! Tunggu apa lagi? Kita harus segera kabur, sebelum para penculikmu ke sini!" ucap sosok yang tak disangka-sangka itu, sambil menarik salah satu lengan Nara dan membawanya pergi menjauh begitu saja.Sungguh, sebenarnya Nara sama sekali belum bisa mencerna semua ini. Posisinya ia masih sangat syok, hingga tak bisa menolak atau pun melawan."Ayo! Cepat, Nara! Kita bersembunyi dulu di sini!" ucap pria itu dengan langs
Read more

Nara Sakit

"Nara!"Dengan segera perempuan itu menoleh, tepat di saat kedua telinganya mendengar sebuah suara yang sangat tak asing. Kedua sudut bibirnya pun seketika saja terangkat, seiring dengan kemunculan sang kekasih yang kian semakin mendekat."Akhh! Sial!" rancau Evan tak jelas.Kedua tangan pria itu terkepal erat saat ini, berkat kedatangan Dimas di waktu yang sangat tak ia harapkan olehnya."Kau kenapa, Mas? Bukannya seharusnya kau senang, karena akhirnya ada Mas Dimas yang menemukanku? Dengan begitu kau jadi tidak perlu repot-repot mengantarkan aku pulang," tutur Nara yang ternyata belum melepas sepenuhnya rasa curiga pada sang mantan suami."Ck! Bukan itu yang aku maksud, Nara. Dengan adanya Dimas yang menemukanku nanti, ia pasti akan menuduhku yang macam-macam. Kalau dituduh denganmu mungkin masih bisa aku tahan, tetapi kalau dia? Bisa-bisa nanti aku berkelahi dengannya di tempat ini!"Jika dipikir-pikir, benar juga ucapan Evan. Kalau Dimas tahu ada mantan suaminya itu di tempat ini,
Read more

Menerimamu Dengan Tulus

Bughh!"Ah, sial! Kenapa mereka berdua bisa tertangkap sih? Bukannya aku sudah bilang untuk segera pergi dari tempat itu!" geram seorang pria yang tengah terduduk di kursi, sambil mencengkram erat ponsel yang digenggamnya.Sedetik kemudian, ia tak lagi melanjutkan percakapan teleponnya. Pria itu melempar ponselnya ke arah ranjang dengan kesal, hingga akhirnya pintu kamarnya terbuka dan langsung menampilkan seorang wanita cantik yang wajahnya nampak sedikit lelah."Dari mana saja kau?" tanyanya singkat, sambil terus menatap wanita yang notabene sebagai istrinya itu."Cih! Tumben sekali kau bertanya padaku, Mas? Bukannya beberapa hari ini kau sangat sibuk?" jawabnya acuh, sambil bergerak membuka satu per satu kancing baju yang dikenakannya.Sosok yang menjadi otak penculikan Nara itu mendengkus keras. Dari tempatnya saat ini, dirinya bisa melihat dengan jelas sebuah tanda merah yang ada di beberapa bagian tubuh istrinya itu. Hingga akhirnya, bantal yang ada di sampingnya pun menjadi temp
Read more

Hari Bahagia

Bughh!"Awh! Kamu memukulku dengan bantal?" ucap Dimas seraya meraih sebuah bantal yang dijadikan Nara sebagai senjata.Namun sayangnya, Nara tak mau menyerahkan begitu saja. Ia berusaha menahan bantal tersebut, hingga sempat terjadi tarik-menarik di antara kedua insan yang sudah dewasa itu."Aku tidak mau punya anak sebanyak itu, Mas. Bagaimana dengan badanku nanti? Kalau mau, kamu saja yang merasakan hamil dan melahirkan sendiri," tutur Nara yang kembali memukul kekasihnya dengan bantal gulingnya.Mendapatkan perlakuan seperti itu, Dimas justru semakin tertawa lepas. Ia sungguh sangat senang karena telah berhasil menggoda Nara. Hingga akhirnya sedetik kemudian, dirinya pun langsung mendekap tubuh perempuan itu dengan cepat. Dimas melakukan semuanya, sebelum Nara sempat kembali memukulnya dengan bantal."Mas, aku belum mau memikirkan berapa jumlah anak yang harus kita punya. Cukup satu satu saja dulu," ucap Nara yang akhirnya pasrah di d
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status