หน้าหลัก / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Pembalasan Istri Kampungan: บทที่ 11 - บทที่ 20

117

Peran yang Digantikan

Keesokan harinya, langkah kaki Nara terdengar buru-buru meniti sebuah anak tangga. Napasnya terdengar sedikit tersengal, begitu pula dengan tetes keringat yang mulai terlihat di keningnya. Kedua netranya memandang sekitar, dan berhenti tepat di sebuah pintu besar yang ada di hadapannya.Tokkk! Tokk!"Permis—""Masuk!"Nara menghela napasnya pelan, sebelum akhirnya salah satu tangannya tergerak meraih kenop pintu dan mendorongnya secara perlahan. Sebelumnya ia telah menduga, pasti sosok pria pemilik ruangan itu akan sangat marah padanya karena telah terlambat datang satu jam dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya."Maaf, Mas. Aku—"Cupp!"Sudah tidak apa-apa, lebih baik kita langsung berangkat sekarang," sela Dimas yang ternyata tanggapannya sangat jauh di luar ekspektasi.Nara pikir Dimas akan sangat marah, tetapi nyatanya tidak. Pria itu malah dengan santainya mengecup pucuk kepalanya, hingga membuat dirinya membeku untuk beberapa saat. Akhir-akhir ini Dimas memang selalu bersik
อ่านเพิ่มเติม

Ancaman Nara

Kedua netra Nara menajam, setelah dirinya mendorong salah satu meja yang ada di sampingnya ke arah Evan. Ia akhirnya terlepas dari jeratan Evan, dan segera membalikkan keadaan dengan cara mendorong tubuh pria itu."Ingat ya, Mas! Mulai detik ini aku berikan peringatan padamu! Jangan pernah menuduhku yang macam-macam, kalau tidak mau hidupmu semakin hancur!" ancam Nara dengan hati yang kian berapi-api."Cih! Sampai kapan pun aku tidak akan hancur di tanganmu dan juga selingkuhanmu itu, Nara!" balas Evan yang masih mempunyai nyali."Asal kamu tahu, dulu aku sama sekali tidak mengenal Mas Dimas. Aku bertemu padanya, tepat di hari kau menikah dengan Bella, setelah kau berhasil merendahkanku di depan orang banyak dan mencampakkanku begitu saja! Dia pria yang sangat baik, dan tentu sangat berbeda jauh dengan pria berengsek sepertimu!" jelas dengan memberikan tamparan terakhir di wajah pria tersebut.Tanpa mau berbasa-basi lagi, Nara pun akhirnya langsung meninggalkan Evan yang masih belum b
อ่านเพิ่มเติม

Tinggal Satu Atap

Satu bulan setengah telah berlalu, tak terasa Nara bisa menyerap semua pembelajaran akting dari salah satu orang suruhan Dimas dengan begitu baik dan cepat. Perlahan-lahan, rating sinetron yang dimainkannya merambat maju ke peringkat yang paling tinggi. Nara sukses memainkan perannya, hingga kini dirinya bisa mengalahkan popularitas Bella dalam waktu yang cukup singkat.Berbagai tawaran iklan pun kini mulai berdatangan silih-berganti. Termasuk di saat ini, Nara sedang tersenyum sambil menjelaskan beberapa produk kecantikan yang telah mengontrak dirinya sebagai brand ambassador."Mbak Nara! Apakah benar kalau selama ini Pak Dimas adalah satu-satunya orang yang ada di balik kesuksesan Anda? Lalu apa tanggapan Anda, dengan desas-desus kabar yang menyatakan bahwa Anda dan Pak Dimas telah tinggal satu atap tanpa menikah?"Deghh!Kedua netra Nara sempat membulat, di saat ia mendapati beberapa pertanyaan yang sama sekali tak ada hubungannya dengan launching produk baru yang sedang di iklann
อ่านเพิ่มเติม

Rencana Tersembunyi

Gleghh!Nara bersusah-payah menelan ludahnya sendiri, tepat di saat Dimas menyudahi bisikannya.Kedua netra perempuan itu membulat, dengan degup jantung yang kini berbunyi lebih cepat."Aku tidak main-main! Sekali saja itu semua terbukti, aku tidak akan segan-segan melakukan hal tersebut padamu!" tekan Dimas yang langsung melangkah pergi dari ruangan kerjanya sendiri.Setitik peluh, kini telah terlihat di wajah cantik Nara. Jujur, ia sama sekali tidak menyangka dengan ancaman yang telah dikeluarkan Dimas. Seluruh tubuhnya sampai benar-benar mematung tadi!"Seharusnya aku tidak takut, karena aku sama sekali tidak seperti itu. Tetapi, kenapa sekarang hatiku jadi tidak tenang?" batin Nara yang kini berusaha untuk berdiri dari tempat duduknya.Dengan langkah yang sedikit bergetar, akhirnya Nara pun keluar dari ruangan kerja Dimas. Dengan tangannya yang masih terasa dingin, kini ia tengah mencoba menghubungi Marvori agar pria itu bisa segera menjemputnya di sini."Maaf, sebelumnya. Tetapi,
อ่านเพิ่มเติม

Paket dan Penelepon Misterius

Bughhh!Nara tercekat, ketika ada seseorang yang tidak sengaja menabrak dirinya dari belakang. Dengan segera ia pun berbalik, tanpa berani menampakkan wajahnya di hadapan Evan dan Bella."Mudah-mudahan saja mereka tidak mengenaliku," batin Nara dengan penuh harap.Setelah itu, entah kenapa tak terdengar percakapan lagi. Nara ingin berbalik untuk lebih mencari tahu, akan tetapi sayangnya ia juga tak mau terlalu mengambil resiko dengan berhadapan langsung dengan Evan dan Bella ketika sendirian seperti ini."Hmm, mungkin nanti aku akan bicarakan hal ini pada Mas Dimas," tutur Nara dalam hati, sambil memberanikan dirinya untuk berjalan ke arah kasir dan keluar dari area perbelanjaan itu.Untung saja saat ini Nara memakai sebuah masker dan kacamata, sehingga ia bisa sedikit menutupi identitasnya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Marvori? Apa sudah dengan urusan mobilnya? Kalau sudah, tolong jemput aku sekarang," ucap Nara dengan sesekali melihat ke arah sekelilingnya.***Setela
อ่านเพิ่มเติม

Pria Pengecut!

"Sebenarnya ada apa, Mas? Siapa penelepon itu?"Belum sempat menjawab, Dimas telah mengenakan jasnya kembali. Pria itu terlihat begitu terburu-buru, hingga memberhentikan langkahnya tepat di depan pintu."Kunci semua pintu dan jendela, dan jangan pernah membukanya kecuali aku yang datang!" ucap Dimas yang kian membuat Nara merasa kebingungan.Tanpa bisa bertanya-tanya lagi, pintu itu telah tertutup rapat. Dengan segera Nara pun ke sana, dan menguncinya tepat seperti apa yang telah kekasihnya sampaikan."Tapi aku tidak bisa diam begini saja! Ke mana Mas Dimas akan pergi? Sepertinya ada sesuatu yang penelepon itu katakan, hingga Mas Dimas langsung pergi tanpa mengembalikan ponselku," gumam Nara dengan perasaan tak tenang."Aku jadi takut, kalau Mas Dimas kenapa-kenapa di jalan. Dia benar-benar terlihat sangat terburu-buru dan emosi tadi," lanjutnya sambil terus mondar-mandir melangkah tidak menentu.Karena tak bisa lagi menahan rasa khawatirnya, akhirnya Nara pun mencoba menghubungi Mar
อ่านเพิ่มเติม

Firasat Buruk

"Sampai kapan pun Nara tidak akan pernah kembali pada pria sialan sepertimu!"Bughhh!Berbagai hantaman berkali-kali kini telah mengenai wajah tampan Dimas. Pria itu kini tengah duduk tak berdaya, dengan kedua tangan yang telah terkunci rapat oleh dua orang berbadan besar yang ada di belakangnya.Licik! Evan benar-benar licik!Andai saja pria itu tak membawa teman-temannya, sudah pasti Dimas akan bisa membalikkan keadaan dengan mudah."Bagaimana rasanya? Apa ini sakit?" tanya Evan dengan senyum miringnya, dengan sedikit menekan luka lebam di dekat rahang tegas milik Dimas."Sial!"Rahang Dimas kini semakin mengeras, dengan tatapan yang semakin menusuk ke arah Evan. Ia tak mau menyerah begitu saja, dan terus berusaha melawan. Namun sayangnya, kekuatannya saat ini benar-benar tak seimbang dengan lima orang pria yang ada di sekelilingnya."Tadinya niatku ke tempat ini, hanya untuk bersenang-senang saja dengan Nara. Akan tetapi ...."Ucapan Evan terhenti sesaat, karena kini kedua netranya
อ่านเพิ่มเติม

Benar-benar Jatuh Cinta?

"Akhh! Kenapa semuanya bisa seperti ini? Ini tidak mungkin 'kan, Dok?" Dimas terus berteriak, sambil terus memukul-mukul kedua kakinya yang terasa mati rasa. Ia sangat terpukul dengan penjelasan dokter, hingga tak bisa dengan mudah menerima semuanya."Mas?" panggil Nara yang langsung berlari dan memeluk erat kekasihnya itu.Air mata Nara tumpah begitu saja, seiring dengan hadirnya kenyataan yang sama sekali tak pernah diduganya. Ia sangat sedih, tetapi dirinya tahu pasti Dimas lebih terpuruk darinya.Sehingga saat ini, Nara hanya bisa membantu menguatkannya. Memeluknya, menenangkannya, dan terus berusaha memberi tahu kalau semuanya akan tetap baik-baik saja sampai ke depannya nanti.Hingga tak terasa, seminggu pun telah berlalu. Dimas berhasil menjalani hari-harinya yang cukup berat, dengan bantuan Nara yang selalu ada di sisinya. Termasuk pada saat ini, yaitu tepat di mana pria itu pulang dari rumah sakit dan hendak kembali tinggal di apartemennya."Kamu serius? Bagaimana jika nanti
อ่านเพิ่มเติม

Harapan Dimas

Bohong jika tadi Dimas mengatakan hanya sebentar saja, karena kenyataannya kini sudah hampir satu jam lebih pria itu sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda ingin bangun dari tempat tidurnya.Dimas masih terlelap di dalam posisi yang sama seperti awal, yaitu mendekap erat seorang perempuan yang ada di pelukannya seolah menjadikannya sebagai bantal guling hidup.Sementara Nara, perempuan itu justru tak bisa tidur. Jantungnya terus berpacu dengan cepat, terlebih di setiap kali Dimas semakin mengeratkan pelukannya dan bermanja-manja di dalam tidurnya."Huftt! Bagaimana kamu bisa tidur dengan begitu nyenyak di saat jantungku terus berdebar tak karuan seperti ini, Mas?" keluh Nara yang mencoba bergerak, guna memberikan sedikit jarak aman.Jujur saja, sebenarnya Nara merasa tak nyaman. Di masa pernikahan dulunya saja, ia tak pernah sampai tidur dalam posisi yang seperti ini. Sehingga sekarang dirinya terlihat sangat begitu kaku, dan canggung."Hmm ...."Sebuah suara erangan, langsung membua
อ่านเพิ่มเติม

Posesif

Selepas pertemuanya dengan Bella yang tidak disengaja, Nara pun terus-menerus memikirkan segala tuduhan yang telah dilontarkan oleh wanita itu padanya. Pikirannya tak pernah berhenti memikirkan hal tersebut, hingga ia tak sadar telah sampai tepat di depan apartemennya sendiri."Eh, Nyonya Nara? Sini, biar Bibi bantu bawakan barang belanjaannya," ucap salah seorang pembantu di apartemennya, yang langsung sigap membantunya menaruh beberapa bahan makanan ke dapur."Ada yang bisa bibi bantu lagi, Non?" tanya pembantu itu lagi, karena merasa tak enak telah membiarkan atasannya memasak sendirian di dapur."Hmm ... Sepertinya tidak, Bi. Bibi cukup jaga-jaga saja di sana, takut-takut nanti Mas Dimas membutuhkan bantuan," jawabnya dengan sedikit tersenyum, dan kembali melanjutkan aktivitasnya memotong beberapa sayur yang ada di hadapannya.Kalau urusan memasak, Nara memang cukup handal. Dari dulu ia selalu memasak untuk ayahnya, sehingga terbiasa melakukan semuanya sendiri. Hingga kurang lebih
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
...
12
DMCA.com Protection Status