All Chapters of Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Bab 41: Borgol yang Dingin dan Para Polisi

Bab 41: Borgol yang Dingin dan Para Polisi“Jadi, begitu. Apa Mbok Sunem yang Anda maksud itu bisa datang ke kantor polisi untuk memberi kesaksian?” Polisi muda itu terus menginterogasiku.Dia bahkan tidak percaya saat aku bicara soal Mas Janu dan pernikahan kami yang hancur karena ulah Desty. Dia lebih memilih omongan Desty dan langsung mengunci tanganku dengan sebuah borgol yang dingin. “Lalu bagaimana dengan putri kecilku? Siapa yang akan menemaninya kalau Mbok Sunem kemari, Pak? Apa Anda juga berniat memintaku membawa bayi ke kantor polisi?” Aku mencerca balik.Polisi itu menghela napas. Dia melihat kembali bukti chat Mas Janu yang dikirim olehnya sebelum pintu terbuka dan kejadian na'as itu menimpa melalui gawai.Bukti yang menurutku sangat kuat itu terlihat tidak ada apa-apanya di mata para penegak keadilan ini. Bahkan, pesan tersebut sangat lemah kesaksiannya. “Kalau begitu, A
Read more

Bab 42: Pahit dan Manis (Mohon Bijak Membaca)

Bab 42: Pahit dan Manis (Mohon Bijak Membaca)Aku duduk di sebuah kursi panjang dengan ibu mertua. Kami saling menggenggam tangan dan berdampingan dalam resah.Berulang kali ibu mertua menghela napas di sebelahku. Dia terlihat sedih akan apa yang menimpa keluarganya, entah itu Mas Janu atau diriku.Bibirnya yang berkerut terus mengulang tasbih. Aku yakin hatinya juga sangat bergejolak setelah mendengar kabar dari Mas Janu.“Bu, kita ke rumah sakit saja sekarang?” pintaku padanya.Ibu mertua tetap saja diam. Dia menundukkan wajahnya ke lantai dan menatap sendal jepit kusamnya.Wanita itu pasti sangat terburu-buru sampai tidak mengganti daster dan asal ambil selendang untuk menutup kepala. Begitu juga dengan Mas Surya yang masih berbicara dengan para polisi itu.Pakaian rumahannya kusut, di bagian punggung paling parah. Rambutnya juga acak-acakkan. Jelas sekali jika Mas Surya baru saja bangun dari tidur dan
Read more

Bab 43: Keputusan Terakhirku

Bab 43: Keputusan Terakhirku“Mb ... Mbok?!” Mataku membelalak seakan ingin melompat.  Kudapati Mbok Sunem muncul dari arah dapur dengan sebuah botol susu di tangannya. Dia masih memakai daster yang sama sesaat lalu dan kini memandangi kami berdua. Dari sorot matanya saja, aku paham jika Mbok Sunem jijik padaku serta Mas Surya.“Bu? Apa ini ....” Dia berseru seraya menunjuk ke arahku dan Mas Surya.Barulah aku tersadar jika aku masih memeluk pria itu. Seketika aku melompat dan mendorong Mas Surya sejauh mungkin demi menutupi kesalahan besar yang telah kami lakukan.Mbok Sunem kini memandangku dengan sorot mata kecewa. Wanita itu langsung berlalu begitu saja tanpa sebuah kata yang mampu menenangkan diri ini.Mbok Sunem lekas menghilang di balik pintu kamarku. Dia menutupnya dengan erat dan meninggalkan sedikit bunyi berdebam. Aku paham benar, Mbok Sunem ingin marah namun terkendala posisinya di r
Read more

Bab 44: Wanita Pemarah dan Kekasihnya

Bab 44: Wanita Pemarah dan KekasihnyaAku memang cukup gila dengan keputusan yang kuambil tersebut. Di saat para wanita di luar sana melepaskan hubungan sepenuhnya dengan keluarga mantan suami, aku malah terjun kembali ke dalamnya.Kini, sudah tidak ada jalan mundur. Aku dan Mas Surya akan benar-benar menikah setelah jadwal pernikahan dikeluarkan kantor KUA.Sekarang, yang tersisa adalah memperbaiki semua dan berdoa siang malam agar apa yang kualami bersama Janu tidak lagi terulang dengan Mas Surya. Pria itu, memang belum sepenuhnya kukenal, tapi ada sebersit keyakinan jika dia bisa memberiku rasa aman di dalam rumah tangga.Hanya sebersit saja, sisanya akan kuupayakan sendiri. Entah itu dengan mengekorinya ke Kalimantan sana atau menjalin hubungan jarak jauh dan bertemu tiga bulan sekali, lalu melepas rindu dengan liar.“Apa pakaian pengantinnya harus sesederhana itu?” Tiba-tiba suara Mas Surya terdengar olehku, dia su
Read more

Bab 45: Dua Wajah

Bab 45: Dua WajahAku mengusap wajah dengan lembut menggunakan selembar tisu. Ekspresi getir tidak dapat kusembunyikan saat duduk dengan tiga orang itu di meja.Terpaksa, aku menghindar untuk beberapa menit sampai hidangan datang dengan ngacir ke toilet seorang diri. Alasan lainnya, agar tidak perlu melihat wajah atasan Mas Surya yang benci denganku.Padahal, hari itu dia yang memulai pertengkaran. Hari itu, dia juga yang membuat keributan. Tapi, dari caranya memperlakukanku, atasan Mas Surya jelas menuduh itu semua salahku.“Hufh, ada-ada saja!” gerutuku usai keluar dari kamar mandi.Lima menit di dalam sana sembari mematut wajah sudah cukup menenangkan diri. Mungkin, makanan yang akan disajikan untuk kami sudah tiba dan aku bisa bergabung kembali dengan mereka.Baru saja hendak pergi, aku dihadapkan dengan sosok bernama Retno tepat di depan pintu toilet perempuan. Pria itu muncul di depan wajahku denga
Read more

Bab 46: Tabir di Masa Lalu

Bab 46: Tabir di Masa LaluWajah putih, bibir senyum dan mata yang teduh kutemukan di ibu mertua yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparku. Wanita hebat yang masih membuka dirinya untukku dan Nandya meski kami membawa seribu masalah untuknya.Wanita itu duduk di meja, sedang membersihkan sebaskom taoge untuk menu makan setelah mendengar aku dan Nandya berkunjung. Dia sangat sehat di usianya, bahkan tidak memerlukan kacamata.Lama aku menatap seraya memangku Nandya. Ibu mertua juga bergeming di tempatnya.“Sari, Surya mana?” tanyanya memecah sunyi.Aku langsung tersadar. Rupanya, Mas Surya sudah tidak ada lagi di rumah. Entah ke mana pria tinggi itu melangkah dan meninggalkan kami tanpa sepatah kabar.“Enggak tahu, Bu? Mungkin ....”“Aduh, jadi siapa yang akan beli ayamnya?” sambung wanita itu lagi. “Pasti keluyuran anaknya. Kalau sudah keluar pasti lupa pulang.”
Read more

Bab 47: Ungkapan Pria Liar

Bab 47: Ungkapan Pria Liar“Apa yang terjadi denganmu setelah pulang dari rumah sakit?” lirih Ratna usai kami meluruskan kaki di dalam rumahnya.Aku memilih untuk duduk di atas karpet di depan TV agar bisa menidurkan Nandya dengan nyaman. Balita kecil itu sudah memejamkan kedua mata sampai tidak lagi terdengar rengekan dari bibirnya.Sekarang, aku bisa bertutur pada wanita di depanku. Ratna ... mungkin saja dia memegang kunci dari semua tabir yang membingungkan ini.“Aku tidak paham dengan apa yang terjadi, Ratna. Saat aku KKN dulu di sini, bagaimana dengan Mas Surya?” tanyaku padanya.Sorot mata ini tidak bisa menjauh dari wanita itu. Seraya memikirkan permasalahanku sendiri, aku ikut memikirkan Mas Retno yang berhubungan dengan atasan Mas Surya. Bahkan, wanita itu berniat membawa Mas Retno ke Kalimantan untuk tinggal bersama dengannya.“Mas Surya?” Ratna sedikit terkejut.Wanita i
Read more

Bab 48: Kisah di Masa Lalu

Bab 48: Kisah di Masa Lalu Masa-masa KKN itu, aku masih ingat dengan jelas setiap momen berharganya. Aku bahagia, senyumku lebar dan mataku berair karena tertawa.Baik teman atau keluarga Ratna memperlakukan kami seperti saudara. Kami datang disambut dengan hangat, dan pulang diantar deraian air mata.Namun, ada satu titik yang terlupa olehku kala itu. Dua bulan masa KKN, aku melewatkan momen saat bertemu dengan seorang pria di sebuah warung nasi.“Sar, beli makan di mana kita?” Ratna yang menemaniku berbelanja kebutuhan kala itu bersuara lembut.Dia menggelayut manja di lenganku sampai lengket. Kehadiran Ratna di balai desa membuat banyak anak KKN khususnya laki-laki terpesona dengannya. Sampai, banyak dari mereka meminta untuk dicomblangkan dengan Ratna.“Di warung desa pertama setelah persimpangan bagaimana? Aku lihat warung itu rame,” saranku padanya usai mengelap kedua tangan dengan tisu.
Read more

Bab 49: Pendusta Lain

Bab 49: Pendusta Lain Lama dia mendekap, hangat tubuhnya menjalar dengan cepat hingga berhasil menyentuh dasar dari hatiku. Mas Surya dan segala tentangnya memang mulai terasa nyata dan nyaman. Terdengar pula detak jantungnya yang berdebar hebat. Mas Surya seakan kesulitan mengontrol debaran itu sampai napasnya beradu. Entah apa yang membuatnya jadi sejauh ini pada wanita yang ditinggalkan oleh keponakannya sendiri. Entah benar semua ucapannya soal masa lalu itu, karena selama ini aku bahkan tidak mengingat apa pun tentangnya. Kala itu, aku takut akan Mas Surya. Saat itu, aku tidak ingin berurusan sama sekali dengannya. Mungkin inilah penyebab kenapa tidak ada kenangan apa pun soal dia di dalam kepalaku. “Mas, tolong lepaskan!” Aku meminta dengan intonasi yang dingin. Semua perasaan yang membuncah sesaat lalu kutepis dengan kejam. Mas Surya punya banyak hutang penjelasan terhadapku. Karena itulah, aku tidak akan bermud
Read more

Bab 50: Penjelasan Yulia dan Pilihanku

Bab 50: Penjelasan Yulia dan PilihankuSemilir sejuk menyapu helaian anak rambutku yang terurai. Menerpa lembut dan menyentuh wajah. Dinginnya menusuk hingga ke relung. Pucuk ilalang menyentil betis dan pinggang. Kemudian, semburat jingga yang muncul di langit menjadi latar belakang dari kehadiranku di taman sepi ini.Sesaat lalu, aku memutuskan untuk berhenti di sebuah taman terdekat dengan perumahan Yulia. Sebuah tempat sepi yang ditinggalkan banyak orang, meski masih asri dan layak untuk dinikmati.Aku berdiri di tengah rumput dan beberapa bunga liar yang berwarna. Di sana, kutengadahkan wajah ke langit, memejamkan mata demi menyerap damainya. Hatiku berperang, jiwaku diserang, aku terluka sampai tidak lagi punya cela tanpa noda darah.“Sar, kenapa kamu bisa muncul di depan rumahku begini?” Suara Yulia membuatku tersadar jika taman ini juga didatangi olehnya.Aku terkekeh mendengar ucapannya barusan. Masih saja, dia
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status