Home / Pernikahan / Kerah Baju Bernoda Merah / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kerah Baju Bernoda Merah: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

31. Bertemu Pria Lain

Hanya dalam hitungan beberapa detik menutup telepon lalu mendekati Citra. Meluapkan semua emosi yang dipendam sedari tadi. "Citra, kamu bisa jaga sikap sedikit saja atau tidak? Hah!" Adi naik pitam hingga wajah memerah."Kamu kenapa sih? Memangnya aku kenapa? Stop! Aku gak suka kamu bentak!" Citra tidak kalah kencang.Adi membekap mulut Citra sangat kasar. Tidak sengaja noda merah menempel di telapak tangan Adi. Kini bibir Citra berantakan dan polesan warna merah memudar."Hentikan, Mas! Bibirku sakit!" Citra meraba bibirnya seraya merintih kesakitan.Tangan membalik sangat pelan. Terkejut sekali melihat penampakan seluruh tangan terkena noda merah. Menatap wanita di depannya dengan wajah sangat heran."C-citra, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud kasar sama kamu. Aku beneran gak sengaja. Lagian juga kamu pakai perona bibir apa? Cepat sekali luntur." Fokus Adi masih ke telapak tangan."Heh, sempat-sempatnya kamu peduli sama lipstik yang aku pakai. Lihat ini! Lihat! Bibirku sakit seka
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

32. Aku Cemburu?

Adi terus melebarkan netra sengaja melihat lebih jelas. Masih tidak percaya bisa menyaksikan penampakan di depannya. Istri yang selama ini dianggap salehah dan lugu bertemu dengan seorang pria lain.Dalam hati ingin lebih mendekat dan sengaja memergoki istri untuk memberi pelajaran. Namun, semua urung dilakukan ketika melihat Rani menitikkan air mata."Istriku menangis? Di depan pria itu. Ada apa ini?" Adi terheran-heran masih serius mengawasi.Di tempat yang tidak begitu jauh, Dika sangat serius sekali mendengarkan kata demi kata yang diutarakan Rani. Sesekali Adi menggelengkan kepala dan memegang dagu nampak heran."Sudah, kamu jangan sedih lagi. Sekarang kamu tarik napas dulu, ya." Dika berusaha membuat tenang sahabatnya.Tangan Adi mengepal seperti tidak terima diperlakukan layaknya pria bodoh di belakang istrinya. Merasa sudah tidak kuat memilih keluar dari restoran itu."Kurang ajar! Berani sekali Rani diam-diam bertemu pria lain. Pantas saja tidak mau ku antar. Ternyata dia ber
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

33. Adu Mulut

"Dika, kamu ngomong apa? Mana mungkin Mas Adi cemburu?" Batin Rani menatap wajah suami yang masih memerah.Entah karena benar-benar cemburu atau naik pitam melihat Dika mengucapkan perkataan yang menyinggung perasaannya."Oh, maaf ya, Mas? Saya tidak bermaksud apapun. Silakan kalau ingin mengajak Rani pulang. Soalnya saya juga masih ada urusan. Permisi?" Dika melewati Rani seraya tersenyum lalu dihadang Adi dengan kaki kiri."Urusan kita belum selesai, Bro!" Adi merentangkan tangan dengan lirikan tajam.Postur keduanya hampir sama tinggi. Dari segi wajah sama-sama tampan dan berkulit bersih putih. Dika pasrah berhenti memasang wajah datar."Sudah, tidak perlu kayak gini, Mas! Ayo, kita pulang, Mas!" Rani menggandeng tangan suami.Adi menepis sangat kasar hingga berhasil menjadi pusat perhatian banyak orang. Dika menoleh kanan kiri lalu mengedipkan ke Rani agar diam dan tidak bertindak apapun."Ya Allah, aku malu sekali. Dika, aku minta maaf sama kamu? Dan aku sangat kecewa sekali sama
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

34. Belum Selesai

"Diam kamu, Ran! Jangan bikin saya tambah emosi!" Bentak Adi dengan netra yang hampir lepas.Rani kembali menoleh ke sahabatnya berharap Dika tidak akan berbuat di luar batas lagi. Namun, tidak munafik menjadi sedikit ganjalan di hati dan pikiran Rani."Kamu di sini saja! Biar aku yang ke sana!" Adi berjalan menghampiri Dika."Ada apa? Mau bikin masalah lagi?" Bentak Adi."Tidak, saya cuma ingin mengembalikan ini." Dika membuka tangan dan terlihat bros kecil warna putih berkilau.Adi mengamati sangat serius benda kecil dan mungil di tangan pria di depannya. Masih tidak mengerti maksud dari Dika."Apa ini?" tanya Adi masih sangat fokus mengamati."Rani, ini milikmu 'kan?" Dika menoleh ke Rani yang diam menunduk."A-apa? Ada apa, Dik?" Heran Rani tidak berani mendekat.Dika meremas benda di tangannya lalu diberikan ke Adi. Tangan Adi membuka dan dalam sekejap benda sudah berpindah tangan."Kenapa bisa ada di kamu?" tanya Adi dengan nada datar."Ya Allah, ada apa lagi ini? Benda apa itu
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

35. Siapa Citra?

Adi nampak tak bisa lagi menahan perasaan jengkel dan marah. Kasar sekali merebut ponsel di tangan istrinya. Hampir saja terjatuh ke bawah. Rani gesit menangkap kembali ponsel. Tepat digenggam sangat erat."Astagfirullah, Mas.""Sini ponselmu!""Enggak, Mas. Aku gak mau kamu ribut sama temanku."Adi berkali-kali merebut, tetapi tidak berhasil. Satu kali gagal. Dua kali gagal. Tiga kali akhirnya berhasil. Mimik wajah Rani tidak suka sikap kasar suaminya."Heh, ini aku!""Astaga, Mas! Kenapa kasar sekali? Dika, itu temanku. Jangan bikin aku malu, Mas." Rani menepuk dadanya tiga kali. Sudah lelah menahan."Iya, kenapa?" tanya Dika santai.Adi menghela napas panjang lalu menoleh ke istrinya. Masih sangat kesal dan marah sekali. Di seberang telepon Dika senyum-senyum sendiri."Kamu sama cewek itu sama saja ya ternyata! Benar-benar saya gak abis pikir. Kok bisa istri saya bisa berteman sama kalian." Geleng-gelang kepala heran.Rani terkejut sekali mendengar perkataan Adi. Tangan mengepal da
last updateLast Updated : 2023-03-31
Read more

36. Suami Murka

Tangan Adi mendadak lemas dan sama sekali tidak bertenaga. Netra berkaca-kaca tatapan tidak berpaling sedikit saja dari istrinya. Melirik ke layar ponsel sangat berdebar."C-citra, karyawan di kantor. Buat apa kamu mau angkat telepon ini? Ini hanya karyawan paling tanya dokumen atau apa aku juga gak tahu." Adi menggeser layar hingga telepon mati."Enggak, kalau Citra hanya temanmu ya kamu gak perlu gugup dan gelisah kayak gitu. Oh, contoh kemarin Nina. Kamu gak kayak gini." Setetes air bening menetes di bawah mata.Ponsel disimpan di dalam saku baju lalu menyalakan mesin mobil. Namun, tangan kanan Rani menutup lubang kunci. Sontak saja Adi kaget mengernyitkan alis."Ran, ada apa lagi?" tanya Adi berusaha tenang."Belum selesai. Aku gak mau pergi dari sini! Sebelum aku menghubungi Citra.""A-apa? Buat apa, Ran? Dia cuma karyawan biasa di kantorku! Gak usah aneh kamu!" Bentak Adi naik pitam."Wow, kamu kenapa sampai kayak takut gitu? Kelihatan banget lho, Mas. Emang siapa Citra? Suamiku
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more

37. Mencari Masalah

Adi melajukan kendaraan sangat pelan mengikuti Rani dari belakang. Terhanyut dalam lamunan sontak kaget saat ponsel kembali berbunyi. "Siapa lagi, sih? Gak tahu ada orang yang lagi banyak pikiran," gerutu Adi mengambil ponsel.Mimik muka terlihat bosan waktu melirik nama Citra di layar ponsel. Adi melempar ponsel hingga ke bangku samping.Netra masih fokus mengawasi istrinya dari jarak yang lumayan jauh. Ponsel terus berbunyi tanpa ia pedulikan."Mau kemana, Rani? Aku sudah kasar sekali sama dia." Adi mengeluh teringat sikap yang seharusnya tidak ia lakukan."Apa aku telepon Dika aja, ya? Aku gak tahu harus kemana. Pernikahanku kemungkinan sangat kecil untuk diselamatkan." Rani mengelap keringat terkena panas matahari.Rani berhenti sejenak berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Sangat serius menekan layar ponsel hingga Adi mengerutkan dahi ikut penasaran."Kok gak diangkat? Dik, angkat teleponku! Please, Dik!" Rani tidak tenang menoleh kanan kiri."Ya Allah, kenapa gak angkat?"
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

38. Pilihan Sulit

Adi diam mematung tidak bergerak sama sekali. Mobil dan kendaraan lain yang berseliweran seakan tidak mengeluarkan suara. Sangat hening dan seolah hanya ada mereka bertiga.Suasana mendadak menjadi kikuk dan sangat tidak nyaman sekali untuk Rani. Sama sekali tidak nyaman. Menggelengkan kepala pelan tidak menyangka kata yang keluar dari mulut Dika."Apa maksud Anda?""Heh, asal kamu tahu kalau Rani ini istri saya. Dan kamu?" Adi menoleh ke istrinya yang menunduk nampak bingung."Kamu cuma sahabat dia. Yang lebih berhak atas Rani itu saya! Ngerti?" Adi sedikit mengangkat kerah baju Dika."Ya Allah, udah Mas. Udah! Aku bilang udah!" Rani berdiri di antara suami dan sahabatnya.Dika merapikan kemeja yang agak kusut karena cengkeraman tangan Adi. Tidak gentar terus menatap sosok pria gagah dan tinggi di depannya."Dika, maaf? T-tapi, aku harus ikut sama suamiku." Rani gugup sekali tidak ada nyali melirik ke suami."Bisa dengar, gak? Punya telinga? Rani, ingin ikut sama saya! Bukan sama kam
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

39. Tidak Pantas

Mereka bertiga masih betah saling bertatapan di area yang cukup sepi. Hanya satu atau dua kendaraan yang lewat. Dika sengaja memilih jalan yang tidak ramai antisipasi kejadian yang tidak diharapkan."Iya, kamu pilih minta maaf sama temanku atau?""Atau apa? Kamu sengaja menggertak suamimu sendiri?" Rani menutup mulutnya rapat. Tidak ada tenaga melanjutkan ucapannya. Dika hanya tersenyum penuh makna. Lebih tepatnya meledek Adi."Bro, kalau tidak niat minta maaf ya jangan minta maaf. Kamu tahu 'kan kalau minta maaf itu harus tulus dari hati. Sementara kamu? Maaf ya, kayak gak niat gitu." Dika memasukkan kedua tangan ke saku celana. Sengaja memasang muka kesal."Iya, itu kamu tahu. Aku gak mau minta maaf sama kamu. Kenapa? Masalah buat kamu?" Adi tidak ingin kalah memasang wajah tengil."Aku pulang sendiri saja! Aku gak ingin ikut salah satu dari kalian!" Rani mundur beberapa langkah sudah pasrah.Dika dan Adi tanpa sengaja maju selangkah bersamaan. Keduanya beradu tatap semakin jengkel
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

40. Akhirnya Bertemu

Rani melengos lalu membuka pintu mobil sangat kasar. Adi tersentak sedikit menaikkan bahu. Mengelus dada sambil menggeleng heran."Rani! Tunggu! Ran!" Adi mengejar istrinya dari belakang.Rani terus berjalan tanpa peduli panggilan suami. Dada masih terasa sesak dan mata ingin mengeluarkan air tiada henti. Kembali menyeka sendiri tanpa bantuan suami."Minggir!" Rani sekuat tenaga mendorong tubuh suami, tetapi gagal. Tubuh Adi kekar dan gagah. Tinggi badannya dan istri juga selisih cukup jauh. Jadi, sangat mudah sekali untuk mengendalikan istrinya."Ran, tolong jangan seperti ini!" pinta Adi dengan memohon."Begini gimana? Kamu yang mulai bukan aku! Kapan kamu bisa tinggalkan perempuan itu?" Ancam Rani penuh sorot tajam."P-perempuan apa, sih?" tanyanya terbata."Udahlah, Mas! Aku capek! Kenapa kamu menikahi aku? Kalau hati dan pikiran kamu tertuju ke perempuan di luar sana!"Rani mendengus sangat kesal seraya melipat tangan di depan dada. Kepala menoleh samping tidak sudi menatap ke ar
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status