Home / Rumah Tangga / Kerah Baju Bernoda Merah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kerah Baju Bernoda Merah: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

41. Dia Pelakor Atau Bukan?

"iya, tidak salah lagi. Tapi, gimana caranya biar Rani gak tahu?" Dika memutar otak agar bisa mengejar Perempuan yang ia lihat.Rani dan Lintang masih berpelukan erat. Seluruh air mata Rani tumpah begitu saja. Seketika lupa ada sosok Dika yang masih termenung. Lintang sedari tadi memerhatikan sangat serius."Dik, kamu sehat 'kan?" tanya Lintang sedikit cemas.Dalam sekejap pelukan mereka dilepas lalu berganti fokus ke raut wajah Dika. Netra tidak bisa tenang tidak lepas pandang dari perempuan yang berdiri cukup jauh dari dia."Dika? Kamu baik-baik aja?" tanya Rani ikut cemas lalu menoleh ke Lintang."Aduh, mau ke mana dia?" Batin Dika tiba-tiba beranjak berdiri."Eh, sebentar, ya? A-aku mau ke toilet." Dika berlari agak cepat dan hampir menabrak orang paruh baya."Astagfirullah, awas Dika!" Teriak mereka bersamaan. "Ya ampun, Dika! Hampir saja menabrak Kakek itu." Lintang gemas menghentakkan satu kaki ke lantai.Lintang menoleh ke belakang cukup lama. Rani tidak terlalu peduli dan ma
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

42. Sahabat Cemburu

Rani memasang muka sangat curiga dan bingung. Sementara dua sahabatnya masih diam belum keluar sepatah kata apapun dari mulut mereka. Tentu saja membuat hati dan pikiran Rani gundah."Kenapa kalian diam?" Rani melipat tangan di depan dada.Dika dan Lintang hanya bisa beradu tatap tanpa menjawab. Seketika Lintang menunduk sedikit melirik ke samping. Dika tersenyum manis berusaha mencairkan suasana."Ran, tadi Lintang gak sengaja lihat temannya ada di sini. Iya, 'kan?" tanya Dika menoleh ke Lintang."Oh, iya tadi aku kayak lihat teman SMA ku dulu."Lintang memalingkan wajah diiringi netra menutup. Merasa bersalah dan menyesal sudah membohongi Rani. Terpaksa ia dan Dika lakukan demi menjaga kondisi Rani."Oh, siapa memangnya?" tanya Rani masih curiga.Lintang menoleh ke Dika sembari menelan saliva kasar. Menggigit bibir bawah sibuk memutar otak. Lebih tepatnya mengingat semua nama teman SMA."Gawat! Kenapa Lintang mikirnya lama sekali. Pasti dia sangat gugup sekali." Batin Dika ikut meng
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

43. Oh, Citra

"A-aku, maksudku bukan seperti itu kok, Dik." Lintang agak gugup melirik ke Rani yang masih diam."I-iya, aku tahu kok, Lin. Kamu dan Dika tidak usah khawatir. Aku pastikan tidak akan terjadi sesuatu sama kalian. Em, maaf aku kayaknya harus pamit."Dika berpandangan dengan Lintang lalu menoleh kompak ke wajah Rani. Sangat teduh dan nampak kalem sekali. Tidak memungkiri kalau dibandingkan dari segi kecantikan masih ayu dan manis sosok Rani daripada Lintang.Dika sendiri merasa tidak nyaman berada di posisi yang sulit dan salah. Menjaga perasaan Lintang sekaligus memikirkan kondisi psikologis Rani."Kamu mau ke mana? Mau aku antar?" Dika tersenyum sedikit kikuk.Lintang kembali menoleh tajam ke depan. Tidak sengaja beradu tatap dengan Dika. Pikiran Dika merasa agak terbebani. Tidak munafik kalau Dika salah satu pria yang peka soal rasa."O-oh, tidak usah. A-aku bisa pesan taksi. Kamu sama Lintang aja di sini. Kasihan kalau dia sendiri. Em, ya udah aku duluan, ya?" Rani memeluk Lintang l
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

44. Baru Awal

Kedua pria dan wanita masih jongkok beradu tatap. Dalam hati Dika tidak menampik kalau kesan pertama bertemu sedikit tertarik. Paras ayu dan kulit putih bersih. Posisi diam saja sangat terlihat manis dan hampir tidak ada kekurangan sedikitpun. "Cantik juga. Pantas saja suaminya Rani sampai gila kayak gitu." Batin Dika terbius tanpa berkedip."Siapa cowok ini? Em, ganteng juga. Kalau dilihat-lihat cowok berduit nih." Batin Citra hingga menyapu semua sudut tubuh Dika bagian luar. Dan fokus ke saku celana.Pandangan Dika turun ke bawah dan sontak tersentak ke belakang hampir jatuh."Astagfirullah!" Dika bergegas berdiri mengatur napas."Maaf, Mas? Kamu kenapa? Kok kayak kaget gitu." Citra ikut berdiri sambil merapikan rok pendeknya."Ya Allah, terbuka sekali bajunya. Aku sampai tidak menyadari. Astagfirullah, aku akui Citra cantik. Tapi, penampilannya sangat berani." Dika menutup muka dengan satu tangan.Citra kelabakan sangat kaget sekali. Berusaha menenangkan pria yang baru dikenalnya
last updateLast Updated : 2023-04-09
Read more

45. Cinta Satu Malam

"Halo, Dik? Kok kamu diam? Mau bahas apa, sih? Soal Lintang?" Dika masih betah diam tidak menyadari kalau lagi menelepon sahabatnya. Teringat kembali Citra dan Adi sangat mesra. Berulang kali menggeser layar ponsel. Tidak ada tanda-tanda nomor baru masuk."Aku yakin sekali kalau mereka sedang bersama sekarang. Tidak salah lagi karena Citra belum menghubungi aku.""Dika, halo!" Rani sengaja berteriak."Astaga, aku lupa kalau lagi telepon Rani. Astagfirullah." Dika mendekatkan ponsel ke telinga lagi."M-maaf, aku tadi lagi minum sebentar, Ran."Rani sekilas ingat Dika pasti selalu minta izin saat sedang minum atau sekadar ke belakang. Entah, hanya perasaan Rani atau bukan. Ada yang tidak beres."Dika, ada apa? Kamu meneleponku jam segini, ada apa?""Em, Ran, sebenarnya tidak terlalu penting mungkin buat kamu. Tapi, kamu sudah komunikasi sama Lintang lagi?" tanya Dika menyembunyikan rasa gugup.Rani menoleh ke jam dinding besar di ruang tamu. Mendadak raut wajah sangat sedih. Sekilas
last updateLast Updated : 2023-04-12
Read more

46. Hampir Depresi

Mulut mendadak terkunci rapat. Masih terus dan terus berusaha mengingat semua kejadian. Sangat cepat sekali dan rasanya sangat lelah seluruh badan.Rani masih menutup kedua telinga dengan tangan. Menangis hingga tak ada suara yang terdengar. Lirikan Adi malah membuat Rani menjadi histeris."Sakit sekali," lirihnya lemas.Adi seketika menoleh ke karpet halus yang ada di depan matanya. Bibir bergetar melihat bekas darah keperawanan istrinya. "R-rani, kamu 'kan istriku. Jadi, wajar kalau kita berbuat seperti tadi malam. Dan itu juga menjadi kewajibanmu sebagai istri." Adi menggebu sangat merasa terpojok dan seakan bersalah.Dengan cepat melempar suami dengan bantal dan apapun yang ada di dekatnya. Berteriak histeris dan menjambak rambutnya sendiri."Astagfirullah, Rani! Hentikan, Ran! Cukup!" Teriak Adi menutup muka. Berusaha menghindar agar tidak terkena lemparan istrinya.Pintu tertutup sangat kencang. Adi mengatur napas di dalam kamar mandi. Menyalakan air shower dan membiarkan dari
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

47. Meriang

"Jangan sentuh aku! Pergi kamu! Pergi! Aku sudah tidak suci!" Rani mendorong suami hingga terjatuh berkali-kali."Rani, jangan gila kamu! Kamu ini kenapa? Hah!" Adi mengguncang tubuh Rani sekali.Mereka beradu tatap cukup dekat. Tangisan Rani tidak dapat ditahan lagi. Menangis histeris menunduk sangat dalam.Adi semakin bingung dan jujur merasa bersalah. Wajar semua yang dirasakannya. Menikah dengan seorang istri yang tidak pernah memperlakukan dirinya dengan baik. Bahkan, melepas kesucian untuknya saja seperti orang depresi dan penuh penyesalan."Sekarang aku tahu semuanya. Kamu tidak pernah mencintai aku. Kamu tenang saja. Mungkin berpisah adalah jalan terbaik."Adi meninggalkan istrinya masih menahan dingin hanya berbalut handuk saja. Tatapan Rani kosong dan ucapan terakhir Adi terngiang di kepalanya."Pisah?" Rani beranjak berdiri lalu menutup pintu kamar mandi perlahan.Setelah satu bulan berlalu...Adi termenung diam melamun sendiri. Berkas yang menumpuk sama sekali tidak ia sen
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

48. Kecurigaan Suami

Kepala Rani bertambah pusing. Menuruni tiap anak tangga sangat pelan. Tangan kiri memegang kepala yang sangat sakit."A-aku takut sekali. Bukankah Mas Adi biasanya masih di kantor. L-lalu suara apa?"Rani berjalan tertatih dan sempoyongan. Seperti sudah tidak ada tenaga lagi. Namun, ia penasaran dengan suara pecahan benda keras di dapur. "S-suara apa, ya?" Rani berjalan menuju dapur.Tiap selangkah berhenti lalu berjalan lagi. Setiap merasa pusing kembali berhenti dan diam sejenak. Apalagi rasa mual semakin kuat ia rasakan.Alangkah terkejutnya saat melihat suami nampak marah sekali. Menatap Rani dengan sedikit melotot dan kembali membanting gelas ke lantai."Astagfirullah! Cukup! Kamu kenapa?" Rani berjalan mendekati suaminya. "Kamu di rumah ngapain aja? Hah! Uang belanja habis? Kamu pakai buat apa?" Teriak Adi seraya mencengkeram kuat tangan istrinya."Lepas! Maksudmu apa?" Rani menahan rasa pusing yang semakin menyiksanya.Adi membanting tas kerja ke atas meja makan. Rani menut
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

49. Akal Licik

Adi meletakkan tangan di pinggang menatap tajam istri yang semakin pucat dan bingung. Tidak ingin melanjutkan obrolan karena ia tahu pasti terjadi masalah yang lebih serius kalau membahas kehamilan."M-maksudku telat makan. Aku cari makan di luar aja." Adi berjalan sedikit berat meninggalkan istrinya yang lemah di rumah.Rani menyandarkan kepala lagi seraya merindukan kasih sayang dari Bapak. Teringat jelas saat sakit ada seseorang yang selalu merawatnya. Jika butuh apa-apa pasti selalu dituruti dan dilayani."Bapak, Rani sakit, Pak." Tangisan Rani kembali pecah.Di Solo cuaca sangat cerah dan angin cukup kencang. Bapak seorang diri duduk di teras rumah. Ikatan batin Bapak dan anak ini lumayan kuat. "Kok aku kepikiran anakku, ya? Apa aku telepon saja." Bapak mengambil ponsel di atas meja."Lho, kok gak diangkat? Oh, mungkin sudah tidur atau bisa juga lagi sama Nak Adi." Bapak kembali meletakkan ponsel ke tempat semula.Kembali ke Kota Jakarta, Adi makan malam dengan Citra di restoran
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

50. Penyesalan Seumur Hidup

"Ada di mana dia? Oh, jangan-jangan pergi sama selingkuhannya!"Adi tidak berhenti mencari hingga berhasil menemukan istrinya. Naik ke lantai atas menyusuri semua ruangan. Turun ke bawah memastikan tidak ada ruangan dan sudut yang dilewatkan.Hampir putus asa lalu duduk di sofa ruang tengah. Mendadak bertambah emosi waktu melirik meja makan kosong tanpa makanan. "Arghhhhhhhh!" Teriak Adi sangat kencang."Di mana perempuan itu? Ada di mana dia?""Awas saja kalau berani macam-macam sama aku!" Adi berdiri meluapkan emosi ke atas meja. Memukul cukup kencang.Selang beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka. Adi menoleh cepat dengan kerutan di dahi. Tidak berjalan mendekati pintu depan. Masih tetap berdiri dengan posisi tangan mengepal di atas meja.Terlihat Rani membawa kantung plastik bening berisi makanan dan obat. Berjalan sangat pelan satu tangan memegang kepala. Adi menatap istrinya dari ujung kepala hingga kaki dan tidak fokus ke plastik bening di tangan istri."Heh, da
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status