Share

33. Adu Mulut

Penulis: Nana Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-28 23:26:12

"Dika, kamu ngomong apa? Mana mungkin Mas Adi cemburu?" Batin Rani menatap wajah suami yang masih memerah.

Entah karena benar-benar cemburu atau naik pitam melihat Dika mengucapkan perkataan yang menyinggung perasaannya.

"Oh, maaf ya, Mas? Saya tidak bermaksud apapun. Silakan kalau ingin mengajak Rani pulang. Soalnya saya juga masih ada urusan. Permisi?" Dika melewati Rani seraya tersenyum lalu dihadang Adi dengan kaki kiri.

"Urusan kita belum selesai, Bro!" Adi merentangkan tangan dengan lirikan tajam.

Postur keduanya hampir sama tinggi. Dari segi wajah sama-sama tampan dan berkulit bersih putih. Dika pasrah berhenti memasang wajah datar.

"Sudah, tidak perlu kayak gini, Mas! Ayo, kita pulang, Mas!" Rani menggandeng tangan suami.

Adi menepis sangat kasar hingga berhasil menjadi pusat perhatian banyak orang. Dika menoleh kanan kiri lalu mengedipkan ke Rani agar diam dan tidak bertindak apapun.

"Ya Allah, aku malu sekali. Dika, aku minta maaf sama kamu? Dan aku sangat kecewa sekali sama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kerah Baju Bernoda Merah   34. Belum Selesai

    "Diam kamu, Ran! Jangan bikin saya tambah emosi!" Bentak Adi dengan netra yang hampir lepas.Rani kembali menoleh ke sahabatnya berharap Dika tidak akan berbuat di luar batas lagi. Namun, tidak munafik menjadi sedikit ganjalan di hati dan pikiran Rani."Kamu di sini saja! Biar aku yang ke sana!" Adi berjalan menghampiri Dika."Ada apa? Mau bikin masalah lagi?" Bentak Adi."Tidak, saya cuma ingin mengembalikan ini." Dika membuka tangan dan terlihat bros kecil warna putih berkilau.Adi mengamati sangat serius benda kecil dan mungil di tangan pria di depannya. Masih tidak mengerti maksud dari Dika."Apa ini?" tanya Adi masih sangat fokus mengamati."Rani, ini milikmu 'kan?" Dika menoleh ke Rani yang diam menunduk."A-apa? Ada apa, Dik?" Heran Rani tidak berani mendekat.Dika meremas benda di tangannya lalu diberikan ke Adi. Tangan Adi membuka dan dalam sekejap benda sudah berpindah tangan."Kenapa bisa ada di kamu?" tanya Adi dengan nada datar."Ya Allah, ada apa lagi ini? Benda apa itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • Kerah Baju Bernoda Merah   35. Siapa Citra?

    Adi nampak tak bisa lagi menahan perasaan jengkel dan marah. Kasar sekali merebut ponsel di tangan istrinya. Hampir saja terjatuh ke bawah. Rani gesit menangkap kembali ponsel. Tepat digenggam sangat erat."Astagfirullah, Mas.""Sini ponselmu!""Enggak, Mas. Aku gak mau kamu ribut sama temanku."Adi berkali-kali merebut, tetapi tidak berhasil. Satu kali gagal. Dua kali gagal. Tiga kali akhirnya berhasil. Mimik wajah Rani tidak suka sikap kasar suaminya."Heh, ini aku!""Astaga, Mas! Kenapa kasar sekali? Dika, itu temanku. Jangan bikin aku malu, Mas." Rani menepuk dadanya tiga kali. Sudah lelah menahan."Iya, kenapa?" tanya Dika santai.Adi menghela napas panjang lalu menoleh ke istrinya. Masih sangat kesal dan marah sekali. Di seberang telepon Dika senyum-senyum sendiri."Kamu sama cewek itu sama saja ya ternyata! Benar-benar saya gak abis pikir. Kok bisa istri saya bisa berteman sama kalian." Geleng-gelang kepala heran.Rani terkejut sekali mendengar perkataan Adi. Tangan mengepal da

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Kerah Baju Bernoda Merah   36. Suami Murka

    Tangan Adi mendadak lemas dan sama sekali tidak bertenaga. Netra berkaca-kaca tatapan tidak berpaling sedikit saja dari istrinya. Melirik ke layar ponsel sangat berdebar."C-citra, karyawan di kantor. Buat apa kamu mau angkat telepon ini? Ini hanya karyawan paling tanya dokumen atau apa aku juga gak tahu." Adi menggeser layar hingga telepon mati."Enggak, kalau Citra hanya temanmu ya kamu gak perlu gugup dan gelisah kayak gitu. Oh, contoh kemarin Nina. Kamu gak kayak gini." Setetes air bening menetes di bawah mata.Ponsel disimpan di dalam saku baju lalu menyalakan mesin mobil. Namun, tangan kanan Rani menutup lubang kunci. Sontak saja Adi kaget mengernyitkan alis."Ran, ada apa lagi?" tanya Adi berusaha tenang."Belum selesai. Aku gak mau pergi dari sini! Sebelum aku menghubungi Citra.""A-apa? Buat apa, Ran? Dia cuma karyawan biasa di kantorku! Gak usah aneh kamu!" Bentak Adi naik pitam."Wow, kamu kenapa sampai kayak takut gitu? Kelihatan banget lho, Mas. Emang siapa Citra? Suamiku

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-01
  • Kerah Baju Bernoda Merah   37. Mencari Masalah

    Adi melajukan kendaraan sangat pelan mengikuti Rani dari belakang. Terhanyut dalam lamunan sontak kaget saat ponsel kembali berbunyi. "Siapa lagi, sih? Gak tahu ada orang yang lagi banyak pikiran," gerutu Adi mengambil ponsel.Mimik muka terlihat bosan waktu melirik nama Citra di layar ponsel. Adi melempar ponsel hingga ke bangku samping.Netra masih fokus mengawasi istrinya dari jarak yang lumayan jauh. Ponsel terus berbunyi tanpa ia pedulikan."Mau kemana, Rani? Aku sudah kasar sekali sama dia." Adi mengeluh teringat sikap yang seharusnya tidak ia lakukan."Apa aku telepon Dika aja, ya? Aku gak tahu harus kemana. Pernikahanku kemungkinan sangat kecil untuk diselamatkan." Rani mengelap keringat terkena panas matahari.Rani berhenti sejenak berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Sangat serius menekan layar ponsel hingga Adi mengerutkan dahi ikut penasaran."Kok gak diangkat? Dik, angkat teleponku! Please, Dik!" Rani tidak tenang menoleh kanan kiri."Ya Allah, kenapa gak angkat?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Kerah Baju Bernoda Merah   38. Pilihan Sulit

    Adi diam mematung tidak bergerak sama sekali. Mobil dan kendaraan lain yang berseliweran seakan tidak mengeluarkan suara. Sangat hening dan seolah hanya ada mereka bertiga.Suasana mendadak menjadi kikuk dan sangat tidak nyaman sekali untuk Rani. Sama sekali tidak nyaman. Menggelengkan kepala pelan tidak menyangka kata yang keluar dari mulut Dika."Apa maksud Anda?""Heh, asal kamu tahu kalau Rani ini istri saya. Dan kamu?" Adi menoleh ke istrinya yang menunduk nampak bingung."Kamu cuma sahabat dia. Yang lebih berhak atas Rani itu saya! Ngerti?" Adi sedikit mengangkat kerah baju Dika."Ya Allah, udah Mas. Udah! Aku bilang udah!" Rani berdiri di antara suami dan sahabatnya.Dika merapikan kemeja yang agak kusut karena cengkeraman tangan Adi. Tidak gentar terus menatap sosok pria gagah dan tinggi di depannya."Dika, maaf? T-tapi, aku harus ikut sama suamiku." Rani gugup sekali tidak ada nyali melirik ke suami."Bisa dengar, gak? Punya telinga? Rani, ingin ikut sama saya! Bukan sama kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Kerah Baju Bernoda Merah   39. Tidak Pantas

    Mereka bertiga masih betah saling bertatapan di area yang cukup sepi. Hanya satu atau dua kendaraan yang lewat. Dika sengaja memilih jalan yang tidak ramai antisipasi kejadian yang tidak diharapkan."Iya, kamu pilih minta maaf sama temanku atau?""Atau apa? Kamu sengaja menggertak suamimu sendiri?" Rani menutup mulutnya rapat. Tidak ada tenaga melanjutkan ucapannya. Dika hanya tersenyum penuh makna. Lebih tepatnya meledek Adi."Bro, kalau tidak niat minta maaf ya jangan minta maaf. Kamu tahu 'kan kalau minta maaf itu harus tulus dari hati. Sementara kamu? Maaf ya, kayak gak niat gitu." Dika memasukkan kedua tangan ke saku celana. Sengaja memasang muka kesal."Iya, itu kamu tahu. Aku gak mau minta maaf sama kamu. Kenapa? Masalah buat kamu?" Adi tidak ingin kalah memasang wajah tengil."Aku pulang sendiri saja! Aku gak ingin ikut salah satu dari kalian!" Rani mundur beberapa langkah sudah pasrah.Dika dan Adi tanpa sengaja maju selangkah bersamaan. Keduanya beradu tatap semakin jengkel

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Kerah Baju Bernoda Merah   40. Akhirnya Bertemu

    Rani melengos lalu membuka pintu mobil sangat kasar. Adi tersentak sedikit menaikkan bahu. Mengelus dada sambil menggeleng heran."Rani! Tunggu! Ran!" Adi mengejar istrinya dari belakang.Rani terus berjalan tanpa peduli panggilan suami. Dada masih terasa sesak dan mata ingin mengeluarkan air tiada henti. Kembali menyeka sendiri tanpa bantuan suami."Minggir!" Rani sekuat tenaga mendorong tubuh suami, tetapi gagal. Tubuh Adi kekar dan gagah. Tinggi badannya dan istri juga selisih cukup jauh. Jadi, sangat mudah sekali untuk mengendalikan istrinya."Ran, tolong jangan seperti ini!" pinta Adi dengan memohon."Begini gimana? Kamu yang mulai bukan aku! Kapan kamu bisa tinggalkan perempuan itu?" Ancam Rani penuh sorot tajam."P-perempuan apa, sih?" tanyanya terbata."Udahlah, Mas! Aku capek! Kenapa kamu menikahi aku? Kalau hati dan pikiran kamu tertuju ke perempuan di luar sana!"Rani mendengus sangat kesal seraya melipat tangan di depan dada. Kepala menoleh samping tidak sudi menatap ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Kerah Baju Bernoda Merah   41. Dia Pelakor Atau Bukan?

    "iya, tidak salah lagi. Tapi, gimana caranya biar Rani gak tahu?" Dika memutar otak agar bisa mengejar Perempuan yang ia lihat.Rani dan Lintang masih berpelukan erat. Seluruh air mata Rani tumpah begitu saja. Seketika lupa ada sosok Dika yang masih termenung. Lintang sedari tadi memerhatikan sangat serius."Dik, kamu sehat 'kan?" tanya Lintang sedikit cemas.Dalam sekejap pelukan mereka dilepas lalu berganti fokus ke raut wajah Dika. Netra tidak bisa tenang tidak lepas pandang dari perempuan yang berdiri cukup jauh dari dia."Dika? Kamu baik-baik aja?" tanya Rani ikut cemas lalu menoleh ke Lintang."Aduh, mau ke mana dia?" Batin Dika tiba-tiba beranjak berdiri."Eh, sebentar, ya? A-aku mau ke toilet." Dika berlari agak cepat dan hampir menabrak orang paruh baya."Astagfirullah, awas Dika!" Teriak mereka bersamaan. "Ya ampun, Dika! Hampir saja menabrak Kakek itu." Lintang gemas menghentakkan satu kaki ke lantai.Lintang menoleh ke belakang cukup lama. Rani tidak terlalu peduli dan ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06

Bab terbaru

  • Kerah Baju Bernoda Merah   60. Jarang Pulang

    Tidak lama guyuran air hujan turun perlahan. Rani masih betah duduk di tengah terpaan air dingin. Meratapi semua luka dan kepedihan yang tertahan sangat lama.Hanya berharap suami bisa kembali dan rumah tangganya baik-baik saja. Tapi apa? Kenyataannya nihil dan tidak berbuah apapun."Ya Allah, apa tidak bisa rumah tanggaku seperti dulu lagi?" Teriaknya di bawah air hujan yang semakin dingin.Berselang cukup lama memilih masuk ke dalam rumah. Berjalan tertatih merasa sangat hampa dan kosong. "Benar kalau Mas Adi tidak akan pulang lagi. Ini sudah hampir pagi. Sampai kapan aku kuat?"Rani bolak balik dari ruang tamu ke teras depan. Saat galau memikirkan suami yang diharapkan berubah, tapi sia-sia.***Ruangan tidur terlihat sepi dan sunyi. Padahal sinar mentari sudah menembus jendela kamar. Rani masih terlelap di antara bantal dan selimut tebal putih. Nampak wajah letih dan sangat pucat.Namun, tidak ada sosok Adi yang ada di sampingnya. Kosong dan tanpa siapapun di sana. Rani duduk pel

  • Kerah Baju Bernoda Merah   59. Kenapa Berubah Lagi?

    Rani terpaku diam hanya bisa menahan air mata yang sudah mulai memenuhi mata indahnya. Sama sekali tidak membalas pelukan yang detik itu terjadi."Rani?""Ya Allah, apa maksud Mas Adi melakukan semua ini? Apa mungkin suamiku sudah putus dari pacarnya?""Ran, kok diam?" Adi sedikit mengguncang tubuh mungil itu."A-aku gak papa kok, Mas. Kaget aja kamu tiba-tiba meluk aku."Adi tersenyum lalu menurunkan tangan perlahan. Menatap indah wajah istri di depannya. Lalu membalikkan badan melihat penampakan foto pernikahan di dinding kamar. "Kita bahagia ya, Ran?"Rani masih terhanyut dalam kebimbangan dan rasa bingung yang menumpuk di dada saat itu. Kurang memerhatikan omongan suami.Sementara itu Dika masih kaget seraya memegang dada yang berdebar sangat cepat. Berulang kali menyeka keringat dingin yang terus membasahi wajah gantengnya."R-rani, pelukan sama suaminya. Kenapa bisa terjadi?" Dika mencoba mengatur napas dan berpikir lebih jernih lagi. Dahi berkerut dengan irama napas yang memb

  • Kerah Baju Bernoda Merah   58. Sebuah Pelukan

    "Dika, please! Kamu kenapa sih, Dik? Kenapa kamu lihatin aku terus?" Batin Rani sama sekali tidak berkedip.Dika dan Rani terhanyut dalam suasana yang hening dan dada kompak berdebar sangat kencang. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Rani sama sekali tidak menyadari dengan status istri detik itu."Rani, aku...aku..."Rani refleks berdehem lumayan kencang lalu menunduk merasa salah tingkah sekali. Sesekali melirik Dika yang lebih dulu memalingkan muka."Dik, a-aku mau pulang sekarang. Bisa antar sekarang atau kamu masih mau di sini?" Rani menoleh ke Dika lalu kembali menunduk."Oh, i-iya. Aku habiskan minumanku dulu terus baru aku antar pulang."Cukup berselang lama mereka hanya diam tanpa berkata atau mengobrol. Pandangan mereka lurus ke depan dan sangat canggung. Padahal kedua sahabat itu biasa bercanda dan ngobrol hingga lupa waktu."Ya Allah, kenapa jadi canggung kayak gini? Dika, juga dari tadi diam." Rani sedikit melirik lalu lihat ke depan lagi."Ran, kita pulang se

  • Kerah Baju Bernoda Merah   57. Masih Bertahan

    Tatapan Adi semakin tajam melihat tingkah Citra yang aneh dan senyum sendiri. Tidak butuh waktu lama merebut ponsel yang ada di dalam tas."Mas, apa-apaan sih kamu! Lihat ini! Semua jadi jatuh berantakan kayak gini!"Pandangan Adi kaget melihat semua barang di dalam tas jatuh tersebar di atas lantai. Citra jongkok perlahan mengambil satu per satu sedikit kasar.Tangan kanan gesit meraih ponsel lalu dimasukkan ke dalam tas. Lalu berganti dengan barang yang lain. Nampak sekali wajah sangat kesal dengan bibir mengerucut sempurna."Mas, kamu kenapa kasar sekali! Semua sampai jatuh kayak gini!""Kamu pikir aku akan minta maaf?"Citra menoleh kesal ke belakang. Bibir bergetar menahan amarah yang sudah memuncak. Adi masih santai memalingkan wajah."Bos, permisi! Saya besok gak masuk kerja! Malas lihat tampang membosankan Anda!" Citra sengaja membenturkan pundak kiri ke pundak kanan bosnya.Adi menarik tangan Citra hingga tersentak ke belakang. Pandangan sama sekali belum pernah dirasakan Cit

  • Kerah Baju Bernoda Merah   56. Masa Pendekatan

    Adi tidak cepat menjawab pertanyaan Citra. Masih diam dengan pikiran yang terlempar ke masa lalu. Dahi berkerut sedikit lelah merasa hampir putus asa."Mas, aku 'kan tanya. Jawab donk!" Citra melipat tangan di depan dada."I-iya, Sayang. Udah ya, semua itu gak penting lagi. Karena mulai sekarang hanya ada kita.""Kamu ini amnesia atau gimana? Istrimu mau ditaruh di mana? Kamu cerai aja gak mau pakai bilang hanya ada kita!" Nada bicara Citra meninggi.Adi mau tidak mau kembali teringat ke masa lalu yang terpaksa harus diingat kembali. Di tengah lamunan Adi ada wanita yang nampak manyun dan sangat kesal.Flashback..."Rani, kamu mau cokelat atau sesuatu yang segar?""Em, gak usah. Aku bisa beli sendiri."Suasana taman sore hari itu cukup ramai. Udara sejuk dan terpaan sinar mentari senja yang menghangatkan badan. Terlihat dua manusia yang sekilas seperti orang yang tidak saling mengenal."Susah sekali mengambil hatimu, Ran. Aku harus gimana lagi?" Batin Adi yang bersandar pada pohon sam

  • Kerah Baju Bernoda Merah   55. Mulut Manis Citra

    Citra hanya bisa menghindar dengan wajah kesal. Berdiri seolah menantang Adi tanpa ada rasa takut. Adi terdiam bengong melihat sikap acuh yang ditunjukkan wanita yang ia cintai.Suasana menjadi asing dan sedikit mencekam saat Citra perlahan melepas cincin. Tatapan Adi menjadi melebar dan tidak percaya semua yang dilihat siang itu."Citra? Mau apa kamu? A-aku gak mau kehilangan kamu, Sayang. Aku mohon p-pakai lagi cincin itu!" Adi berusaha mendekati wanita seksi di depannya.Perkataan Adi seakan hanya menjadi angin lalu saja. Cincin jatuh perlahan ke atas lantai. Netra menutup perlahan seraya membuang muka."Semua sudah selesai!" Citra mundur selangkah lalu membalikkan badan penuh tatapan kecewa."Enggak! Citra! Tunggu! Kamu gak bisa kayak gini! A-aku gak bisa hidup tanpa kamu!" Adi memeluk tubuh mungil dan berisi itu dari belakang.Hati tidak bisa dibohongi. Rasa tidak bisa dipaksakan. Munafik jika tidak merasakan sakit hati. Pria yang diharapkan bisa menjadi suaminya sudah menanam be

  • Kerah Baju Bernoda Merah   54. Suami Kasar

    "Yang pasti dan harus kamu tahu kalau anak yang aku kandung ini adalah darah dagingmu, Mas!" Teriakan Rani membuat Dika berlari ke depan ruangan Adi.Adi hanya diam mematung. Tatapan tidak lepas dari istrinya yang terengah-engah meluapkan kemarahan. Rani sengaja membiarkan air mata terus menetes tanpa jeda."Aku tidak sudi terlihat lemah di depanmu! Tapi, aku ingin kamu tahu kalau aku sakit dan hancur!" Batin Rani dengan bibir bergetar hebat."Astaga, masalah mereka sangat rumit. Benar-benar rumit. Kasihan sekali kamu, Ran." Dika mengelus dagu. Telinga masih menempel di pintu."Rani, jangan menuduh orang sembarangan! Kamu gak ada bukti!" Adi mulai naik pitam."Apa? Bukti? Kamu ingin bukti apa? Hah! Bilang sama aku, Mas! Mau bukti apa kamu?" Rani terus berteriak di depan wajah Adi.Adi melipat tangan di depan dada seraya membuang muka. Senyuman sedikit takut dengan gertakan istrinya."Kamu berharap punya anak dari perempuan yang kamu cintai? Iya, 'kan?" Rani senyum kesal.Tangan Adi me

  • Kerah Baju Bernoda Merah   53. Bujuk Rayu

    Rani hanya bisa diam seraya mengusap tetesan bulir air mata. Dada terasa sesak seraya meremas pelan perut yang sedikit buncit. Sekilas masih rata, akan tetapi dirinya sendiri yang merasa berbeda."Ran, a-aku menolak permintaanmu karena demi kamu juga. Kamu ngerti, 'kan?" Dika memelankan suara menjadi lebih lembut.Pandangan Rani beralih ke wajah Dika yang tampak sekali cemas. Merasa sangat malu dan memilih mengalihkan muka sejenak."Rani, pikir ulang lagi kalau kamu ingin ke sana. Apapun bisa menimpa kamu. Apalagi di dalam kantor itu juga ada pelakor yang merusak rumah tangga kalian."Rani mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Dika. Menarik napas panjang lalu membuang perlahan. Berulang kali hingga merasa sedikit tenang dan nyaman."Iya, aku minta maaf ya, Dik? Aku emosi sekali tadi." Rani menunduk lemas.Senyuman tipis mengembang terlihat sangat tulus. Dika kembali melajukan mobil dengan hati yang cukup tenang."Ran, kalau boleh tahu alasan apa yang membuat kamu ingin ke kan

  • Kerah Baju Bernoda Merah   52. Susah Lepas

    Rani menitikkan air mata hingga kepala menjadi pusing dan sakit. Memegang kepala sangat kencang sambil menunduk lemas. Dika masih sangat terkejut dan tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata dari bibir."Coba k-kamu ulangi lagi, Ran? Kamu kenapa?" Dika lebih menatap sahabatnya dan seakan melebarkan telinga."Dik, a-aku gak sanggup kalau harus melanjutkan. A-aku merasa sangat hancur, Dik. Tolong aku!" Rani menutup wajah dengan dua tangan.Dika membuang napas perlahan lalu menyandarkan badan ke belakang. Ikut merasa sangat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa."Aku jujur sangat bingung. Kamu itu istri sah dari Adi. Dan wajar kalau k-kamu hamil. Bahkan, mungkin Bapak dan yang lainnya juga tidak sabar menimang cucu. Tapi...""Di satu sisi menjadi hal yang sulit kalau kamu ingin lepas dari Adi. Jadi, aku ngerti semua perasaan yang berkecamuk di hatimu, Ran." Dika memijit kening sesekali melirik ke samping."Iya, Dik. Sekarang aku mengandung anaknya Mas Adi. Dan suamiku tidak mau mengaku

DMCA.com Protection Status