Home / Pernikahan / AKU (BUKAN) WANITA KEDUA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of AKU (BUKAN) WANITA KEDUA: Chapter 31 - Chapter 40

64 Chapters

Banyak Keanehan

Wulan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Tak ingin membuat Akbar bingung. Cukup dirinya saja. Jika mendengar penjelasan pemuda ini, artinya Bik Atun memang pulangnya malam hari. Tapi mengapa bertepatan sekali waktunya saat mengantarkan makanan selalu ada Bik Atun di rumah ini? Hanya kebetulan saja atau memang Bik Atun tak pulang ke rumah ketika itu? Jika memang Bik Atun menginap di rumah ini, mengapa Damar harus berbohong dan mengatakan wanita itu hanya datang dua kali dalam seminggu saja? Dan jika Damar berbohong, untuk apa lelaki itu melakukannya? "Ibu terkejut saja, soalnya Bapak bilang Bik Atun hanya datang dua kali dalam seminggu untuk membersihkan rumah dan mengerjakan pekerjaan lainnya."Wulan berusaha menunjukkan ketenangannya, walaupun rasa penasaran menyelubungi hatinya. Tak mungkin harus ditunjukkannya kepada pemuda yang berada di hadapannya ini. "Oh begitu. Barangkali saja saat saya mengant
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Mabuk Asmara

Setelah menghabiskan separuh porsi makanan yang dikirimkan suaminya melalui kurir tadi, Wulan memutuskan untuk mandi. Membersihkan tubuhnya yang kotor karena berbagai aktivitas yang dilakukan sejak tadi pagi. Mulai dari melayani suami, merapikan kamar tempat mereka beristirahat, menyikat kamar mandi, merapikan lemari pakaian, dan mengelap debu di meja kecil di kamar tidur ini. Azan Zuhur berkumandang dari penanda waktu salat yang ada di gawainya, tepat saat Wulan keluar dari kamar mandi. Tanpa berpikir panjang, Wulan membalikkan tubuhnya kembali lantas melakukan gerakan berwudhu dari air yang mengalir dari keran di dinding sebelah kiri kamar mandi.Tak lama kemudian, Wulan pun langsung melaksanakan kewajiban empat rakaatnya. Berdoa di atas hamparan sajadah dengan lafal pinta yang terbaik untuk kehidupan rumah tangganya. Kehidupan yang masih baru, bahkan belum seumur jagung ini. Mata boleh melihat, telinga pun boleh mendengar, namun akhirny
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

Ragu

Setelah membersihkan debu dan menyapu ruang tamu itu, Wulan berpindah ke ruang tengah. Ruangan dengan ukuran yang lebih luas dari ruang tamu tadi. Tak ada kursi jati. hanya ada sofa saja sebagai tempat duduk di sini. Sama seperti di ruang tamu tadi, Wulan pun dengan lincah membersihkan debu yang menempel di sofa dengan menggunakan lap kecil yang kebetulan ditemukannya di dapur tadi. Membersihkan rumah memang pernah dilakukan Wulan di rumah kedua orang tuanya. Bukan hal asing lagi baginya. Walaupun tidak terlalu sering tentunya. Berbeda dengan ruang tamu tadi, tak ada bunga di atas meja. Ruang tengah ini sekaligus berfungsi sebagai ruangan untuk menonton televisi. Terlihat benda berlayar datar itu menempel pada dinding yang berseberangan dengan sofa.Wulan merasa lelah. Selama tinggal dengan ibunya, Wulan memang hanya ikut membantu membersihkan rumah sekadarnya saja. Apalagi untuk turun ke dapur, Wulan sangat jarang membantu. Seka
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

Menolak Percaya

 "Foto?"Kembali Damar mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya. Sepasang netra lelaki itu memicing seketika. "Iya, foto. Aku ambilkan dulu! Atau ... Mas mandi saja dulu. Setelah Mas mandi dan salat, kita lanjutkan pembicaraan ini," tawar Wulan sembari berusaha tetap tersenyum meskipun detak jantungnya tak karuan saat ini. "Ambilkan saja sekarang! Mas penasaran foto apa yang Adek maksud itu," balas Damar dengan cepat sembari kembali mendudukkan tubuhnya pada sofa. Wulan dengan sigap memutar tubuhnya.  Melangkahkan kaki dengan cukup tergesa menuju kamar tidur mereka. Dengan sigap, tangan kanannya menarik laci yang menjadi tempat penyimpanan foto yang membuatnya resah itu. "Siapa mereka? Mengapa foto ini ada terjatuh di antara dokumen Mas yang aku rapikan? Jangan bilang Mas tak tahu dengan foto ini!" ujar Wulan dengan tegas sembari menyodorkan foto berukuran 3R itu kepada s
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

Berusaha Percaya

Memilih untuk duduk mengendurkan ototnya yang terasa lelah, Wulan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.  Memejamkan mata sembari mengeja tanya yang masih tersisa. Apakah Damar tak menyembunyikan apa pun dari dirinya? Apakah lelaki itu memang telah berkata jujur kepadanya? Wulan tersentak ketika bahunya ditepuk perlahan. Membuka matanya yang sempat terpejam tanpa sadar kembali, Wulan menemukan sosok lelaki yang menyandang gelar sebagai suaminya itu sudah duduk di sampingnya saat ini. Aroma sabun masih menguar di penciuman Wulan, seketika menimbulkan efek yang menenangkan. Kerinduan itu kembali membuncah dalam bilik hati Wulan. Sungguh Wulan tak mampu meredamnya. "Adek sudah salat Asar? Bukankah Adek sudah tidur tadi? Masih mengantuk juga? Mendingan Adek mandi sana! Pasti nanti lebih segar. Bukankah Adek sempat bilang mau belanja kebutuhan dapur sore ini?" tanya Damar sembari merapikan rambut Wulan yang memang agak berantakan. 
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Kembali Curiga

"Siap, Tuan Putri. Nanti belanjanya dimana, Dek? Bukankah Adek bilang mau sekalian mencari bahan untuk memasak ya?" balas Damar seraya mulai menjalankan kendaraan roda empat itu kembali. Jalanan cukup ramai di jam-jam seperti ini. Kendaraan roda dua dan empat tampak berlalu-lalang tanpa henti. Rumah dinas yang diperoleh Damar sebagai fasilitas perusahaan berlokasi di Graha Loka, sebuah kawasan perumahan cukup elit di kota Pangkalpinang ini. Kebonafitan perusahaan jelas terlihat pada fasilitas yang diberikan pada lelaki dengan jabatan kepala cabang itu. Tak perlu diragukan lagi tentunya. "Belanja di Hypermart saja nanti, Mas. Lengkap di sana. Mas tak pernah belanja ya selama ini? Selalu Bik Atun yang membelikan semuanya?" tanya Wulan sembari menolehkan kepala, mengalihkan pandangan dari jalanan yang ada di hadapannya. Rahang tegas lelaki itu sungguh memunculkan pesona tersendiri bagi Wulan. Walaupun usianya sudah di angka kepala
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

Langit Menimpa Kepala

"Bu Wulan, ada telpon dari Bapak."Suara ketukan pintu kamar menyadarkan Wulan dari lamunannya.  Tangisan tanpa suara itu terhenti seketika. Susah payah Wulan meredam suaranya. Berharap Bik Tika tak akan mendengar isakan tangisnya. Dengan gerakan cepat Wulan mengelap air matanya. Bukan dengan tisu ataupun sapu tangan. Ujung kerudung yang sudah acak-acakan dipilih Wulan sebagai penghapus jejak bulir beningnya. "Bilang Bapak saya sedang tidur. Seperti itu saja, Bik Tika. Badan saya kurang nyaman."Wulan sengaja tak membuka daun pintu kamarnya. Tak ingin membiarkan wanita paruh baya itu tahu kondisinya saat ini. "Ibu sakit? Sejak pulang tadi Ibu belum keluar kamar."Wulan menghela napasnya dalam-dalam. Memastikan paru-parunya penuh terisi oksigen. Memastikan sistem peredaran darahnya tetap optimal. "Hanya kurang enak badan saja, Bik. Pusing dan sedikit masuk angin. Tapi saya sudah minu
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

Gagal

Dengan lincah Wulan melajukan kendaraan roda duanya. Membelah jalanan yang cukup padat di siang hari ini. Berusaha fokus pada kemudi dan jalanan yang ada di hadapannya. Damar memang pernah berniat untuk membelikannya kendaraan roda empat. Setahun yang lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya. Dengan tegas Wulan menolak. Lebih nyaman dengan kendaraan yang dibelinya dengan keringat sendiri. Lebih cepat menuju tempat yang ingin dituju, seperti saat ini. Jika memang lelaki itu tak lajang lagi, mengapa tak ada kabar itu sampai ke telinganya? Mengapa tak ada seorang pun pegawai kantor suaminya yang   mengatakan itu padanya? Mengapa mereka pun ikut tutup mulut dan menutupi kebenaran yang ada? Banyak tanya yang kembali menyeruak dalam pikirannya. Wulan sendiri tak mengerti mengapa selama ini dirinya tak pernah curiga pada suaminya. Tak pernah heran atas segala kejanggalan yang memang harusnya disadari.Mematikan mesin kendaraan, tanpa
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

Apa Yang Ditutupi?

"Saya merasa pernah berjumpa dengan Ibu sebelum ini. Saya yakin, tak akan salah," ucap Wulan dengan tegas. Tiba-tiba saja memori otak Wulan seakan menyadari sesuatu. Sel-sel sarafnya bekerja saat terhubung satu sama lainnya. Kisah kehidupan memang tak akan dapat diduga. Kadang Allah menghadirkan sesuatu tanpa diduga. Wanita paruh baya itu tampak memicingkan matanya. Membingkai wajah Wulan dengan penuh tanya. Tak lama berselang, dahi keriputnya mengernyit. "Kapan? Rasanya kita belum pernah berdua. Ini kali pertama kita berjumpa."Wulan melengkungkan bibirnya. Mengulaskan senyum ramah yang memang menjadi ciri khasnya. "Sudah lama. Tapi rasanya saya tak akan salah mengingat wajah. Meskipun dua tahun terlewati, saya masih ingat wajah Ibu."Wulan memindai wajah wanita itu dengan lebih seksama. Gurat keriput mulai terlihat di beberapa bagian area wajah. Tak salah. Wanita ini yang pernah dilihatnya. Ing
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

Bertemu Bik Atun

Nada memelas hadir seiring kalimat yang diucapkan wanita itu. Membuat Wulan berusaha menekan emosinya. Tentu saja agar nada bicaranya tak ikut naik nantinya. "Jika memang Ibu tak tahu apa-apa, mengapa harus pergi buru-buru? Saya tak akan memaksa Ibu mengatakan sesuatu yang tak Ibu ketahui. Yang penting Ibu sudah berkata jujur. Ibu jujur kan? Tak berdusta?"Masih dengan nada lembutnya, Wulan mencoba memancing sisi baik wanita ini. Dirinya yakin jika wanita yang ada di hadapannya saat ini sejatinya orang yang tak pandai berdusta. Gelagat itu jelas terlihat sejak Wulan mengajukan pertanyaannya. Lagi-lagi hanya gelengan kepala yang didapatkan Wulan. Lirih bibirnya mengucapkan istighfar agar kekesalannya mampu ditekan. "Saya akan melepaskan tangan Ibu. Tapi Ibu berjanji mau saya ajak duduk makan dulu di warung bakso itu. Saya lihat Ibu tampaknya pucat. Tubuh Ibu pun sedikit gemetar. Saya tak ingin terjadi sesuatu pada I
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status