Semua Bab AKU (BUKAN) WANITA KEDUA: Bab 21 - Bab 30

64 Bab

Gawai Baru?

Baru saja Pak Wawan hendak menimpali ucapan istrinya, terdengar deru suara mobil memasuki halaman rumah mereka. Wulan cepat melangkahkan kakinya ke arah depan, menuju sumber asal suara.Dua laki-laki turun dari kendaraan roda empat berwarna hitam itu. Wulan sangat mengenal salah seorang di antara mereka.Memilih tetap berdiri di teras menyambut kedatangan suaminya, Wulan melihat Damar menyerahkan sesuatu kepada laki-laki yang menjadi sopir kendaraan roda empat itu. Wulan menduga itu merupakan lembaran uang sebagai bentuk pembayaran jasa laki-laki itu."Assalamu'alaikum," ujar Damar sembari melangkah ke arah Wulan yang sudah menunggunya. Tangan kanan laki-laki itu menarik koper hitam kecil sementara bahu kirinya menyandang tas kecil berwarna coklat. Ada satu kantong plastik di tangan kiri Damar. Dengan setelan celana bahan dan kemeja berwarna biru dongker membuat penampilan laki-laki itu paripurna di mata Wulan."
Baca selengkapnya

Pengalaman Pertama

Tangan Wulan baru saja terulur menyentuh koper hitam milik Damar saat terdengar pintu kamar dibuka seseorang dari luar."Dek, kopernya tak usah dibongkar! Besok kita pamitan dengan Ibu dan Ayah. Kita ke rumah dinas Mas saja. Lebih nyaman di rumah sendiri menurut Mas."Ucapan Damar yang tiba-tiba membuat gerakan tangan Wulan berhenti mendadak tepat di pegangan koper itu. Wulan menolehkan kepala dan melihat langkah kaki sang suami mendekat ke arahnya. "Harus besok ya, Mas? Kenapa tak dua atau tiga hari lagi kita di rumah ini?" tanya Wulan sembari menegakkan kembali posisi tubuhnya dari berjongkok."Apa bedanya besok dengan dua atau tiga hari lagi, Dek? Sama saja kan?" balas Damar sembari mengusap rambut basahnya dengan handuk.Wajah Wulan sempat merona melihat tubuh bagian atas Damar yang polos, tanpa penutup apa pun. Laki-laki itu hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos tebal. Rambut basah Dama
Baca selengkapnya

Penasaran

Wulan membuka pintu kamar lantas keluar dari ruangan berukuran enam belas meter persegi itu. Damar mengikuti langkah istrinya dari belakang.Mengisi piring putih dengan nasi, lantas Wulan menambahkan piring itu dengan satu ekor utuh nila cabai hijau berukuran sedang."Sayurnya Mas isi sendiri atau mau aku yang mengisinya?" tanya Wulan sembari menatap wajah Damar.Ada sepiring capcai dan beberapa iris tempe goreng tepung di hadapan laki-laki itu."Adek saja yang mengisinya. Mas mau merasakan dilayani seorang istri untuk pertama kalinya."Posisi Wulan dan Damar yang bersebelahan membuat Wulan kembali melayangkan cubitan ke pinggang laki-laki itu."Cukup Mas menggodanya! Bilang saja mau, selesai!" sahut Wulan sembari menambahkan tumpukan capcai dan dua potong tempe goreng ke piring putih berisi nasi milik Damar.Tak ada sahutan, hanya kekehan saja yang terdengar dari mulut Damar. Ekor mata
Baca selengkapnya

Siapa Mereka?

Ponsel Mas jatuh setelah menelepon Adek di pagi Senin itu. Tersenggol saat Mas makan. Layarnya retak dan sama sekali tak bisa dihidupkan. Karena itu mungkin Adek tak dapat menghubungi Mas seharian."Tampak sekali Damar menunjukkan rasa penyesalannya. Dan itu membuat Wulan merasa bersalah. Mengapa dirinya langsung menghakimi suaminya tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu? Harusnya Wulan bertanya, bukan justru menuduh tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. "Aktivitas Mas seharian itu sangat padat. Mas tak bisa pergi kemana-mana karena banyaknya agenda kegiatan yang harus Mas ikuti. Akhirnya Mas memutuskan malam harinya untuk meminta tolong salah seorang karyawan hotel membelikan ponsel dengan spesifikasi yang sudah Mas tentukan."Damar menatap wajah Wulan dengan penuh kesungguhan. Rasa bersalah dan penyesalan jelas terbingkai pada rahang tegas lelaki itu. Wulan merasa suaminya benar-benar mengatakan yang sesu
Baca selengkapnya

Penjelasan Damar

"Jelaskan siapa mereka!" pinta Wulan dengan penuh ketegasan. Damar terdiam. Membuang pandangannya ke arah lemari pakaian tiga pintu milik istrinya. Tak lama berselang, lelaki itu menghela napas panjang dan memilih menatap langit-langit kamar. "Hanum dan Raya merupakan pasangan ibu dan anak. Hanum, wanita itu merupakan ibu dari Raya."Tampak Damar menyugar rambutnya dengan kasar. Entah apa yang coba disampaikan laki-laki melalui sikapnya itu kepada Wulan."Hanya itu yang dapat Mas jelaskan tentang mereka?" tanya Wulan dengan nada gemetar.Tak mungkin hanya itu penjelasan yang berhak didapatkannya. Harus ada penjelasan yang lebih atas keresahan yang dirasakannya karena postingan itu. Tak hanya sesingkat ini. "Mas memang pernah memiliki hubungan dengan Hanum. Dulu sekali."Mau tak mau Danar harus memberikan penjelasan yang lebih panjang kepada Wulan. Sungguh, Damar tak ingin suara istri
Baca selengkapnya

Rumah Baru

Wulan melangkahkan kakinya dengan sedikit ragu. Menatap bangunan minimalis berwarna cokelat muda yang berdiri di hadapannya. Inikah istana sekaligus surga mereka hingga masa kerja suaminya akan berakhir di kota ini nantinya?Ingatan Wulan tiba-tiba kembali pada percakapannya dengan Damar satu minggu sebelum akad kemarin diucapkan."Mungkin Mas tak selamanya menjadi kepala cabang di kota ini. Bersediakah Adek ikut kemanapun Mas bertugas nantinya?"Pertanyaan itu dilontarkan Damar saat keduanya baru saja melakukan fitting kebaya untuk acara akad nikah mereka. Sebuah rumah jahit kenamaan menjadi pilihan Damar untuk hari sakral mereka. Wulan memilih mengikuti saja permintaan lelaki itu tanpa membantah. "Insya Allah, Mas. Aku akan ikut, mungkin mengajukan mutasi memang membutuhkan watu nantinya. Tapi aku juga tak ingin kita menjalani hubungan jarak jauh. Terlalu banyak resiko yang terjadi nantinya," ucap Wulan dengan penuh keyakina
Baca selengkapnya

Siapakah Bik Atun?

Ucapan lirih Damar di telinga Wulan membuat kulit wanita itu kembali merinding. Ada gelegak kerinduan yang seketika menjalar di sekujur tubuhnya. Gejolak yang sama seperti tadi malam. Wulan memilih tak berkata. Menerima semua belaian itu dalam desahan lembutnya. Tak ingin menolak semua sentuhan yang diberikan laki-laki yang menjadi suaminya itu. Wulan bahkan sangat menikmatinya.Matahari baru naik sepenggalah, namun kedua insan manusia itu sudah berpeluh keringat kembali. Mengulang rasa yang sama seperti tadi malam. Dua jantung seakan saling berpacu. Dua hati semakin menyatu. Sampai akhirnya keduanya menuntaskan hasrat halal bagi pasangan suami istri. Kecupan di dahi Wulan menjadi penutup aktivitas yang menggairahkan itu. Bisikan kata cinta diucapkan Damar sebelum mengangkat bibirnya dari dahi sangat istri. Dan Wulan memilih membalasnya dengan sebuah senyuman. Cukup untuk menyatakan perasaannya. 
Baca selengkapnya

Bingung

"Mas lupa, Dek! Nanti kalau Adek mau makan, pesan pakai aplikasi saja ya! Tak usah masak dulu hari ini! Tak ada bahan makanan apa pun yang dapat dimasak di dalam kulkas."Tiba-tiba Damar yang sudah meninggalkan kamar kembali lagi walaupun hanya sebatas di pintu saja. Wulan menolehkan kepalanya kepada sang suami yang berdiri di tengah pintu. "Tak usah menunggu Mas kalau mau makan! Mas belum tahu akan pulang jam berapa," ujar Damar kembali sebelum akhirnya benar-benar berlalu dari pandangan Wulan.Tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil dihidupkan. Wulan beranjak dari duduknya dan segera melangkah ke arah jendela kamar yang terhubung langsung dengan garasi yang ada di depan rumah.Tatapan Wulan langsung bertemu dengan kendaraan dinas milik suaminya. Kendaraan roda empat berwarna hitam itu sedang dipanaskan mesinnya. Wajar saja, sudah beberapa hari tak dihidupkan sama sekali. Mereka tadi pun berangkat dari rumah orang tuany
Baca selengkapnya

Sehelai Foto di Laci Lemari

Tak putus asa Wulan menundukkan pandangannya ke bagian bawah. Benar saja, ada dua seprai yang tersusun rapi di sana. Perlahan Wulan mengambil salah satunya. Seprai berwarna dasar krem dengan motif kotak-kotak menjadi pilihannya sebagai alas tempat tidur mereka mulai nanti malam. Sempat merasa takjub dengan motif seprai yang dimiliki suaminya. Motif dan warnanya cantik. Rasanya tak mungkin jika suaminya yang membeli seprai-seprai ini. Apakah Bik Atun yang membelikannya?Wulan segera memasangkan kembali seprai di kasur itu. Setelah itu memasangkan juga sarung bantal dan gulingnya. Aroma harum dari pewangi pakaian yang berasal dari seprai menguar memenuhi penciuman Wulan. Selanjutnya Wulan membawa seprai dan sarung kotor itu ke kamar mandi. Berusaha menemukan keranjang yang lazimnya ada di kamar mandi untuk meletakkan pakaian kotor. Sebuah keranjang berbahan plastik berwarna hijau langsung terlihat saat Wulan membuka pintu kama
Baca selengkapnya

Obrolan Dengan Akbar

Dunia seakan berputar seketika. Wulan melangkah mundur dengan perlahan lantas mendudukkan tubuhnya kembali ke tepi tempat tidur. Mencoba menenangkan diri atas apa yang baru dilihatnya tadi. Sungguh, sesak itu seketika menyeruak dalam ruang dadanya. Kembali memindai foto yang terjatuh dari laci lemari tadi, Wulan mencoba menebak siapa ketiga sosok tersebut. Mengapa foto itu ada di dalam laci lemari dalam kamar tidur suaminya? Apa hubungan ketiga sosok ini dengan suaminya? Andai saja Bik Atun masih bekerja di rumah ini, tentu Wulan punya kesempatan untuk bertanya. Barangkali saja wanita itu tahu tentang ketiga sosok dalam foto ini. Atau paling tidak, Bik Atun dapat memberikan informasi atas beberapa hal yang cukup membuatnya bingung saat ini. Memijat kepalanya yang mendadak nyeri, Wulan ragu apa yang harus dilakukannya saat ini. Apakah dirinya harus menghubungi Damar untuk menuntaskan rasa ingin tahunya sekarang juga? Atau membiarkan dulu s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status