Home / Rumah Tangga / Misteri di Rumah Mertua / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Misteri di Rumah Mertua: Chapter 61 - Chapter 70

138 Chapters

Bab 61 Damai Tanpa Teror

"Gimana kabarmu, Tsa? Dania ada ganggu kamu lagi?" Aku menyesap teh yang sudah terlanjur menyentuh bibir ketika Sabrina bertanya. Melihatku yang belum memberikan jawaban, wanita karir yang belum menemukan tambatan hati itu pun menyeruput teh miliknya, yang aku suguhkan sesaat dia tiba di rumahku. "Tidak ada, Na. Rasanya duniaku damaaaai banget. Aku jadi lebih tenang, lebih bahagia juga setelah tidak ada lagi teror Dania," ujarku akhirnya. Kepala Sabrina manggut-manggut. "Syukurlah kalau gitu. Tapi, apa kamu enggak penasaran sama dia? Apa yang terjadi, kenapa dia tidak neror kamu lagi? Rendra tidak mencari keberadaannya, gitu? Secara ... dia, kan kakaknya." Sabrina memberikan beberapa pertanyaan. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Memang sudah satu minggu lamanya aku maupun Mas Rendra tidak lagi mendapatkan gangguan dari Dania. Teror ringan maupun berat, ancaman ataupun tekanan. Karena terlalu menikmati kedamaian, tidak terpikirkan olehku dan Mas
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 62 Cemburu

"Loh, kok ngomongnya gitu, Na?" ujarku seraya memperhatikan wajah Sabrina yang masih ditekuk. Sepertinya dia sangat sedih karena Ayu tidak nyaman digendongnya. "Aku kecewa aja, Tsa. Kenapa, sih aku gak seperti kamu yang bisa membuat semua orang nyaman. Perkara nenangin anak kecil aja, aku tidak bisa. Gimana mau jadi ibu, kan?" Aku menggeleng-gelengkan kepala pelan, lalu duduk kembali di tempatku semula. Dan Ayu tidak menangis sama sekali. "Bukan tidak bisa, tapi belum. Kalau kamu nikah dan punya anak, nanti juga bisa dengan sendirinya, kok. Jangan baper sama anak bayi, ah. Makanya, jangan buka kafe terus, tapi buka hati juga buat para pria yang deketin kamu."Sabrina berdecak, lalu bibirnya komat-kamit dengan tidak jelas. Dia menggerutu, menanggapi candaanku yang menyuruhnya segera mengakhiri masa gadisnya. Sudah biasa. Jika membahas tentang menikah, Sabrina akan seperti dukun yang baca mantra. Bibirnya maju mundur, tapi entah apa yang dia ucapkan. Dan aku sudah pasti tertawa me
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 63 Khawatir

"Tsa, ini bagus, gak?" Aku mengangkat kepala, melihat pada Kak Anna yang memamerkan satu stel pakaian bayi padaku. "Bagus, Kak," jawabku. "Tapi motifnya cowok, Tsa.""Emangnya, anak yang kakak kandung berjenis kelamin perempuan?" Kak Anna menutup mulut seraya melebarkan mata, membuatku mengerutkan kening melihatnya. Sepertinya, kakak iparku itu kelepasan dalam berucap. Dia mengatakan sesuatu yang mungkin saja belum mau dia bagi dengan kami. Yaitu mengenai jenis kelamin anaknya. "Aduh, Tsa .... Tolong jaga rahasia ini, ya? Aku diminta Bang Ben untuk tidak mengatakan pada siapa pun tentang jenis kelamin anak kami. Pliiiiiss, jangan bilang siapa-siapa," ujar Kak Anna seraya menangkupkan tangan di bawah dagunya. Mata bulat Kak Anna melirik ke sana kemari, memastikan jika suaminya tidak mendengar percakapan kami. "Emangnya kenapa harus ditutupi, Kak? Kan, kita ikut seneng kalau tahu jenis kelamin si jabang bayi. Kita juga bisa menyiapkan kado yang sesuai nantinya," kataku menanggap
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

Bab 64 Kacau!

"Mama, kenal?" tanya Kak Anna seraya menunjuk wanita yang masih berdiri mengamati situasi di meja kami. Bersamaan dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir Kak Anna, reaksi Bang Ben membuatku langsung mengalihkan pandangan padanya. Abangku itu terbatuk, seperti tersedak makanan yang tengah dikunyahnya. Dia pasti mengenali wanita itu. Wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya hingga ada Ayu di dunia ini. "Dia ini—""Sebaiknya kamu pergi dari sini!" ujarku seraya berdiri. Mama yang hendak mengatakan siapa dia, diam seketika ketika aku memotong ucapannya. Dania tamu yang tidak diundang dalam acara makan siang ini tersenyum penuh arti. Dia merasa senang karena aku ketakutan dengan kehadirannya yang tidak diprediksi."Aku akan pergi, tapi tidak sendiri. Aku akan membawa anakku.""Ayu bukan anakku!" sergahku cepat. Tangan Dania yang terulur hendak menyentuh Ayu, aku tepis dengan kasar. Jika saja dia waras dan tidak punya maksud lain dari keinginannya mengambil Ayu, mungkin ak
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Bab 65 Ingin Kejujuran, Bukan Dusta

Tiga pertanyaan dari tiga orang yang berbeda membuatku kelimpungan mencari jawaban. Lidahku seperti terkunci, tidak dapat mengucapkan satu kata pun yang bisa menenangkan mereka. "Tsania, apa sekarang kamu mulai bisu? Katakan. Apa maksud dari ucapan wanita itu yang mengatakan aku adalah ayah dari Ayu?"Suara Bang Ben mengalihkan pandangan dari Mama dan Kak Anna, tapi masih tidak bisa membuka bibirku yang terkunci ini. Bingung. Entah jawaban apa yang harus aku katakan kepada mereka. Dan kenapa semuanya jadi menuntut jawaban dariku? Bukankah yang seharusnya memberikan penjelasan adalah Dania? "Tsa, kamu kenapa diam saja? Jawab, dong!" Kak Anna mulai menuntutku bicara. Namun, aku masih tetap membisu. Kulirik Dania yang tersenyum penuh kemenangan. Dia puas karena sudah membuka rahasia yang selama ini kujaga. Sia-sia. Rencana yang kususun serapi mungkin, malah berakhir dengan seperti ini. Menyedihkannya lagi, ini terjadi di tempat umum, hingga kami jadi pusat perhatian banyak orang.
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Bab 66 Membuka Rahasia

"Anak Dania dan Bang Ben.""Ben ...?""Astaghfirullah, Abang ...."Papa dan Kak Anna langsung bereaksi ketika aku mengatakan kejujuran tentang Ayu.Air mata Kak Anna tak bisa lagi dibendung. Dia tersedu di sampingku dengan begitu pilu. "Kekonyolan apa ini, Tsania? Kamu bekerja sama dengan wanita tadi untuk memfitnahku?!" ujar Bang Ben, tidak terima. "Aku tidak memfitnah, Abang. Aku mengatakan yang sebenarnya. Ayu, memang anak Abang. Anak yang tidak Abang sadari kehadirannya.""Enggak. Itu tidak mungkin. Aku tidak pernah tidur dengan wanita itu!" ujar Bang Ben lagi. "Sayang, semua yang dikatakan Tsania, tidak benar. Dia bicara asal," lanjut Bang Ben, berlutut di depan istrinya. Kak Anna tidak mempedulikan suaminya. Dia terus menangis hingga hijab bagian depannya basah oleh air mata. Tidak mendapatkan respon dari istrinya, kini mata Bang Ben kembali mengarah padaku. Dia menatapku tajam dengan rahang yang mengeras, membuatku takut dengan sorot matanya itu."Apa maumu, Tsania? Berapa
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Bab 67 Papa Meminta Penjelasan dari Rendra

"Maksud Mama, Dania hamil oleh pria lain, tapi dia mengaku dihamili Bang Ben?" tanyaku, mengatakan yang ada di dalam pikiran. "Iya." Mama menjawab singkat. Aku memundurkan tubuh, bersandar pada sandaran sofa seraya kembali memikirkan ucapan Mama tadi. Apakah benar, seperti itu?"Tsania, sekarang Mama ingin bertanya tentang hubungan Dania dan suamimu. Benar, Dania itu adiknya Rendra?" Pandangan yang tadi menatap ke depan, kini berpindah pada Mama yang juga menatapku serius. Wajah tua ibuku itu sudah nampak jelas dengan adanya kerutan di beberapa bagian kulit wajahnya. Namun, tetap terlihat cantik dan segar. "I–itu ...." Aku terbata. "Iya, Mah," ujarku akhirnya. "Jadi, bukan omong kosong yang dikatakan Dania, Tsa? Dia sungguh adiknya Rendra?" Mama kembali bertanya untuk memperjelas. Aku hanya bisa menganggukkan kepala melihat raut terkejut dari ibuku. "Kandung?" tanya Mama lagi. Lagi-lagi aku hanya mengangguk. "Astaga ... Tsania. Papah ... kita dibohongi, Pah. Rendra dan ibun
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Bab 68 Bertengkar

"Aku terlalu mencintai Tsania, Pah," ujar Mas Rendra seraya menunduk. "Aku takut kehilangan Tsania, aku tidak bisa tanpa Tsania. Itulah kenapa, aku meminta dia merahasiakan semuanya dari kalian. Aku terlalu pengecut. Ketakutanku sangat besar akan kemarahan Papa, yang nantinya bisa berimbas pada pernikahan kami. Maaf, Pah. Ini memang salahku."Papa bergeming. Sedangkan pria yang baru saja bicara, masih menundukkan kepala, tidak berani menatap wajah Papa. Di samping Mas Rendra, aku pun hanya diam memperhatikan suamiku itu. Beberapa kali dia menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya sangat pelan.Sejenak, aku melupakan tentang foto dia bersama wanita yang entah siapa, dan merasa bahagia mendengar pengakuan Mas Rendra. Namun, itu tidak berlangsung lama. Batinku mengatakan, jika apa yang keluar dari mulut suamiku hanyalah dusta semata, untuk menutupi kesalahannya. Aku memalingkan wajah, membuang pandangan dari pria yang sekarang menoleh ke arahku. "Jika kamu mencintai Tsania, seh
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Bab 69 Siapa Wanita Itu?

"Kamu selingkuh, kan, Mas?" Aku menatap tajam Mas Rendra. "Astaga, Tsa .... Kamu kenapa? Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba menuduhku selingkuh?""Jawab saja! Kamu selingkuh, kan?" tanyaku lagi. Mas Rendra mengusap wajah. Kepalanya menggeleng dengan kembali melihat ke arahku. "Tidak.""Bohong!" Aku berteriak dengan air mata yang mulai berjatuhan. Sekuat apa pun aku menahan, nyatanya sakitnya dikhianati membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Aku rapuh, aku terluka dengan kelakuan Mas Rendra. "Tsania, ayolah, Tsa. Kita lagi dihadapkan pada masalah yang rumit. Jangan kamu tambah dengan tuduhan dan kecurigaan kamu itu. Iya, maaf, jika tadi aku tidak membalas pesan darimu. Itu, kan, yang membuatmu menganggapku selingkuh?""Ya Allah, Mas .... Bukan aku yang menambah masalah, tapi kamu! Dengan mata kepalaku sendiri, jelas-jelas aku melihat kamu memeluk seorang wanita di salah satu tempat makan. Jadi itu, sibuk kamu? Sibuk dengan wanita lain?!" semprotku tambah
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Bab 70 Wanita Ular

"Dia siapa?" Untuk yang kesekian kalinya aku bertanya karena Mas Rendra tak kunjung menyebutkan nama wanita yang dia maksud. "Tsani, sebelum aku mengatakan nama wanita itu, aku ingin bersumpah atas nama Tuhan, jika aku dan dia tidak berselingkuh."Aku mengerlingkan mata seraya berdecak kesal karena Mas Rendra malah bicara yang tidak ingin aku dengarkan. Bersumpah. Dia bahkan membawa-bawa nama Tuhan dalam pengkhianatannya tersebut. Lucu sekali suamiku itu. Dia menyebut dirinya tidak selingkuh, tapi bermesraan dengan wanita lain. Lalu apa namanya jika bukan berselingkuh? "Siapa wanita itu?" Lagi-lagi aku bertanya. "Wanita yang menemuiku tadi siang, itu temanmu."Deg!Temanku? Temanku yang mana? Aku tidak punya banyak teman. Dan satu-satunya teman yang sangat dekat denganku, ialah ...."Dia Sabrina," ujar Mas Rendra, membuatku langsung membulatkan mata. "Kamu selingkuh dengan Sabrina?" kataku tak percaya. "Sudah kubilang, aku tidak selingkuh!" Mas Rendra menyanggah. "Dia sendir
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status