Semua Bab Wanita Simpanan Pilihan Mertua: Bab 121 - Bab 130

146 Bab

Bapak Koma

"Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" tanya ibu. "Operasi sudah selesai dilaksanakan. Kita akan memantau perkembangan kondisi bapak anda dalam beberapa hari ini. Bapak akan dipindahkan ke ruang ICU supaya kami dapat memantau setiap waktu kondisi dan perkembangannya," jawab dokter itu. Untuk sementara Dahlia, ibu, dan Bima bisa menarik nafas lega. Mereka berharap operasi ini akan memberikan hasil yang baik. "Sayang, kita kembali ke kamarmu, ya," kata Bima. "Tapi aku mau melihat bapak, Mas," ucap Dahlia. "Nanti saja, ya. Saat ini bapak belum bisa ditemui. Pasti dokter dan perawat sedang melakukan observasi," bujuk Bima. "Iya, Nak. Ayo ibu temani ke kamarmu!" kata ibu. Dahlia menuruti perkataan Bima. Bima mendorong kursi roda Dahlia menuju ke kamar. Bima kembali menggendong Dahlia dan memindahkannya ke tempat tidur. Bima menyelimuti Dahlia dan mencium keningnya. "Sayang, aku ke kantor sebentar, ya. Hanya ada sedikit urusan pekerjaan. Setelah semuanya selesai, aku akan segera kemba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-04
Baca selengkapnya

Bapak meninggal dunia

Bima tidak beranjak dari sisi Dahlia, ia menggenggam tangannya sampai istrinya itu tidur dengan lelap. Ibu juga kembali ke kamar dan tidur di sofa. Wajah Dahlia dan ibu menyiratkan rasa lelah dan cemas. Sekitar pukul dua dini hari, seorang perawat mengetuk pintu kamar itu. Bima yang masih terjaga segera membuka pintu. "Ada apa, Sus?" tanya Bima. "Mas, kami mau menginformasikan kalau bapak anda saat ini sedang dalam kondisi kritis. Kami sedang berusaha menyelamatkan nyawa pasien. Kami mohon pihak keluarga dapat mendukung dalam doa," jawab perawat itu. Untuk sesaat Bima merasa limbung. Ia segera duduk di kursi yang tersedia di depan ruangan itu. Ia menunduk dan memegang kepalanya. 'Bagaimana aku bisa menyampaikan ini pada ibu dan Dahlia?' pikir Bima. Bima segera beranjak dan masuk ke dalam ruangan. Bima melihat Dahlia yang baru saja terlelap. Jejak air mata masih terlihat di wajah istrinya itu. Bima memutuskan untuk memberi tahu ibu terlebih dahulu. Bima berlutut di samping sofa,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

Pemakaman Bapak

Suasana rumah sudah ramai ketika mereka tiba di rumah. Beberapa tetangga dan saudara sudah berkumpul. Mereka dengan suka rela membantu persiapan acara pemakaman bapak. "Sayang, aku pulang sebentar untuk mengambil pakaian ganti untuk kita, ya," kata Bima. "Iya, Mas," jawab Annisa lirih. Bima mencium kening Annisa sebelum meninggalkannya.Annisa dan ibu duduk berdampingan dan berpegangan tangan. Mereka memandang dan menyentuh wajah bapak untuk terakhir kalinya. Beberapa teman bapak dan ibu mulai berdatangan. Mereka mengungkapkan rasa dukacita yang mendalam atas kepergian bapak yang sangat mendadak. Bima kembali dan membawa pakaian ganti untuk Annisa. Bima mengajak Annisa untuk masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian.Di dalam kamar, Bima memeluk Dahlia dengan erat. "Sayang, kamu harus kuat dan tegar. Aku tahu ini sangat berat bagimu," kata Bima. "Iya, Mas. Aku sadar, kita harus menjadi penopang untuk ibu. Perasaan ibu saat ini pasti sangat sedih dan hancur. Kita harus kuat demi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

Ibu Aditya kecewa

"Mas, aku harus menjawab apa kalau ibumu menanyakan tentang kehamilanku?" tanya Ratih. "Jawab saja program kehamilan masih berjalan," jawab Aditya lesu. "Sampai kapan kita bisa menutupi semua ini dari ibu, Mas? Suatu saat ibu pasti akan mengetahuinya," ucap Ratih. "Aku belum siap mengatakan kebenarannya pada ibu. Pasti ibu akan merasa sangat kecewa padaku," Aditya memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Tapi aku juga tidak mau disalahkan terus menerus oleh ibu, Mas. Aku tidak mau disebut mandul seperti mantan istrimu itu," keluh Ratih. "Ah, aku tidak tahu, Ratih. Kita coba saja, bertahan selama mungkin dan menutupi semua ini dari ibu," kata Aditya menerawang. Sebenarnya Ratih juga memikirkan orang tuanya. Mereka pasti juga mendambakan hadirnya cucu di tengah keluarga Ratih dan Aditya. Namun Ratih belum punya keberanian untuk mengungkapkan semuanya pada orang tuanya. Ratih masih berharap ada keajaiban bagi rumah tangganya. Akhir pekan itu Ibu Aditya mengunjungi rumah Aditya dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

Rumah Baru Bima dan Dahlia

Beberapa hari setelah bapak dimakamkan, Bima dan Dahlia kembali beraktivitas seperti biasanya. Kondisi Dahlia mulai membaik, meskipun tidak bisa terlalu lelah. Perut yang semakin besar membuatnya cepat merasa lelah dan terbatas melakukan aktivitasnya. "Sayang, aku ke kantor dulu, ya," kata Bima pagi itu. "Iya, Mas. Selamat bekerja," Dahlia mencium tangan Bima. "Jangan terlalu lelah ya, Sayang. Aku mencintaimu," Bima mencium kening Dahlia. "Dan juga kamu, anakku tersayang," ucap Bima sambil membungkuk dan mencium perut Dahlia. Dahlia tersenyum dan membelai rambut Bima."Hati-hati di jalan, Mas," pesan Dahlia. Dahlia duduk di kursi kasir di salonnya. Ia tidak banyak melayani konsumen, karena kondisi perutnya yang mulai membesar. Jika ada konsumen yang meminta pelayanan dari Dahlia, barulah ia turun tangan."Mbak, kapan perkiraan lahirnya?" tanya Nina. "Sekitar bulan depan, Nin," jawab Dahlia. "Wah, sebentar lagi kami punya keponakan. Senangnya," kata Nina. "Iya, doakan supaya l
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

Syukuran Rumah Baru

"Sayang, rumah ini sudah jadi. Kapan saja kita bisa pindah kemari. Bagaimana kalau minggu depan kita pindah?" tanya Bima saat dalam perjalanan pulang ke rumah. "Kalau dua minggu lagi bagaimana, Mas? Ada beberapa barang yang harus kita pindahkan ke rumah yang baru, aku harus membereskan dan mempersiapkannya dulu. Sekalian nanti kita membuat acara keluarga untuk rumah baru kita," jawab Dahlia. "Iya, Sayang. Terserah kamu saja bagaimana baiknya," kata Bima. "Mas, ada yang ingin aku tanyakan padamu," "Ada apa, Sayang?" Bima melirik Dahlia. "Mas, rumah kita yang baru cukup besar, dan ada empat kamar tidur. Apakah boleh aku mengajak ibu untuk tinggal bersama kita?" tanya Dahlia. "Tentu boleh, Sayang," jawab Bima. Dahlia tersenyum senang, ia menyandarkan kepalanya di bahu Bima. Bima mengusap rambut Dahlia dengan lembut dan menciumnya. Keesokan paginya, Dahlia dan Bima menemui ibu untuk mengutarakan maksud hati mereka. "Bu, ada yang mau Lia bicarakan," kata Dahlia. "Ada apa, Nak?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya

Hinaan Mertua di Acara Pertunangan Lulu

Hari pertunangan Lulu akhirnya tiba. Acara itu akan diadakan di sebuah hotel berbintang sore nanti. Calon tunangan Lulu adalah anak seorang pengusaha yang cukup terkenal. Mereka sudah cukup lama menjalin hubungan. Bima dan Dahlia sedang bersiap-siap untuk berangkat. Dahlia merias wajahnya dengan riasan sederhana dan memakai gaun berwarna hijau muda. Bima melihat Dahlia cukup lama mematut dirinya di depan cermin dan belum juga merasa puas dengan penampilannya sendiri. "Kenapa, Sayang?" tanya Bima. "Perutku sudah sangat besar. Aku merasa tidak percaya diri dengan penampilanku, Mas," jawab Dahlia. Bima memutar tubuh istrinya sehingga kini mereka saling berhadapan. Bima membelai perut Dahlia yang sudah sangat besar. Sesekali Bima bisa merasakan gerakan lembut janin di dalam perut Dahlia itu. "Sayang, kamu tetap yang paling cantik," kata Bima. Dahlia tersenyum dan kembali berbalik ke cermin. "Mas ini pintar merayu, pasti Mas bilang begitu untuk menghibur aku. Bagaimana kalau Mas be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya

Di Antara Dua Pilihan

"Wah, istri Bima langsung merajuk dan meminta pulang, Jeng," kata seorang wanita. "Iya, sejak menikah dengannya, Bima seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Wanita itu mengendalikan Bima sepenuhnya. Kalau Bima tidak menuruti kemauannya, ia akan marah dan merajuk," ujar Mama Bima kesal. "Hahaha.. Kasihan Bima, istrinya manja dan seperti anak kecil, ya," timpal wanita itu. "Tapi katanya dia punya usaha yang cukup maju, ada temanku yang pernah menggunakan jasa riasannya. Dia memang berbakat dan punya potensi yang besar," kata yang lain. "Ah, cuma salon di kampung, Jeng. Bisa berkembang sejauh mana? Pasti kalah dengan salon ternama di kota. Bima banyak menolong dia dan terus memasok modal untuknya, kalau tidak pasti dia sudah lama gulung tikar," "Wah, berarti dia sangat beruntung mendapatkan Bima. Hati-hati, Jeng, sepertinya sekarang Bima memang lebih menyayangi istrinya daripada mamanya," bisik seorang ibu. Mama Bima terdiam sesaat, ia memang mencemaskan hal itu. "Tidak mungkin, B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

Maafkan aku, Ma..

"Iya, Bim. Kami di rumah sakit Sumber Sehat," jawab Papa Bima. "Tapi tadi Mama baik-baik saja, dan masih sempat bicara di telepon," Bima nyaris tidak percaya mendengar berita itu. "Betul, Bim. Tadi setelah berbicara denganmu, mamamu langsung mengeluh dan merasa sakit pada dadanya. Nafasnya sesak, sekarang papa masih menunggu di luar ruang IGD,"Bima menyentuh kepalanya yang terasa penat memikirkan sikap mamanya itu. "Segera ke sini, Bim, Papa tunggu!" kata Papa Bima sebelum mengakhiri panggilan telepon itu.Bima menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia bingung harus bersikap bagaimana. "Mas, ada apa?" Dahlia melingkarkan kedua tangannya di bahu Bima dan memeluknua dari belakang. "Mama sakit, sekarang masih di ruang IGD rumah sakit," jawab Bima. "Mas, maafkan aku, karena aku kondisi mama menjadi seperti ini. Mungkin seharusnya aku tetap diam dan tidak menceritakan semuanya padamu, Mas," kata Dahlia sambil menundukkan kepala. Bima meraih tangan Dahlia dan menariknya ke pangkuannya. "S
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

Dahlia akan melahirkan

"Kenapa Nak?" Papa Bima menatap Bima penasaran. "Pa, Bima tidak mau Mama menuntut Bima untuk meninggalkan Dahlia. Bima sudah berpikir dengan matang. Mungkin sebaiknya sementara ini kita menjaga jarak, Pa. Jangan saling bertemu dahulu! Semua itu demi kebaikan mama dan Dahlia. Bima tidak mau kehamilan Dahlia terganggu dengan sifat dan perkataan mama. Sebaliknya, kondisi mama tidak akan memburuk jika tadi kita tidak saling bertemu," kata Bima. "Tapi, Nak.. Pasti ada solusi lain dari masalah ini," papa mencoba melunakkan hati Bima. "Mungkin kalau saling menjaga jarak, kita akan merasa rindu, Pa. Nanti jika Dahlia melahirkan, Bima akan memberi kabar. Semoga dengan lahirnya buah hati kami, dia bisa melunakkan hati kita dan mengubah suasana yang kelabu ini. Bima selalu mendoakan kesehatan Papa dan Mama," ujar Bima. "Ya sudah, sampai ketemu lagi, Nak," kata Papa Bima. Bima meninggalkan papanya dan menuju ke tempat parkir. Ia masuk ke dalam mobilnya dan terdiam beberapa saat sebelum menin
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status