Semua Bab TAK INGIN BERCERAI: Bab 31 - Bab 40

120 Bab

MENGHADIRI KAJIAN AGAMA

“Aku mau belajar banyak, Kak. Ditengah beratnya masalah yang kuhadapi saat ini, aku bukannya semakin mendekatkan diri sama Allah, malah semakin menjauh,” ucapku menyesal.“Ya udah..” ucap Kak Dea.***Sebelum ikut Kak Dea ke pengajian, aku bersama Kak Dea mampir ke rumah Ibu dulu untuk berganti pakaian, meminjam gamis dan hijab milik Ibu.“Murti pergi dulu ya, Bu.” Aku berpamitan pada Ibu sambil mencium tangannya.Kak Dea juga melakukan hal yang sama.Sampai di suatu balai, sudah banyak jama’ah yang datang, mulai dari remaja sampai Ibu-ibu. Aku measa gugup, ini kali pertamaku mengikuti kajian agama.“Mur, kok gugup, kayak kamu aja yang mau ngisi ceramah?” kekeh Kak Dea.“Baru pertama kali ikut perkumpulan yang rame orang begini, Kak,” jawabku.“Ini rame karna ustadznya ganteng, biasanya juga sedikit yang datang,” Kak Dea tertawa kecil.Aku ikut tersenyum, mengikuti langkah wanita bergamis biru di depanku itu.Kami duduk di paling depan, aku merasa tak nyaman, Kak Dea mungkin menyadari
Baca selengkapnya

KEJADIAN ANEH

“Sihir merupakan upaya yang dilakukan seseorang dengan meminta pertolongan kepada setan dengan maksud dan tujuannya adalah untuk menghancurkan hidup seseorang, bahkan dalam ayat tadi dikatakan bahwa sihir bisa membuat hubungan suami istri menjadi hancur berantakan.”Setelah mendengarkan penjelasan dari Ustadz Azzam, aku pun paham, bahwa yang diucapkan Winda saat itu mungkin benar. Tapi aku tidak habis pikir, jika Arya sampai segitunya ingin membalas dendam denganku dan bersekutu dengan setan.Ustadz Azzam bilang, solusi untuk masalah ini bisa diatasi dengan melakukan ruqyah. Apa Mas Galih mau kuajak ruqyah?Acara pengajian selesai, ustadz Azzam mengakhiri acara dengan doa. Setelah itu semua jama’ah mulai membubarkan diri. Aku masih menunggu Kak Dea, dia masih duduk santai, mungkin masih menunggu semua keluar supaya tidak desak-desakan.“Mbak, mau pulang bareng?” tiba-tiba ustadz Azzam menghampiriku dan Kak Dea. Dia menawari siapa? Aku terkesiap dan salah tingkah.“Gak usah, Mbak bawa
Baca selengkapnya

TITIK TERANG

“Loh, Mas.. bukannya tadi lagi duduk di taman belakang? Kok bisa tiba-tiba di kamar?”“Apa sih, Mur?” Mas Galih tampak bingung.“Aku tadi liat kamu duduk di taman, Mas. Barusan banget,” tegasku.“Ngawur kamu, aku baru siap mandi. Nih, liat rambut pun masih basah.” Wajah Mas Galih tampak serius.“Jangan bercanda, deh,” paksaku.“Dari pada ngehalu, mending cepetan buatin makanan!” Mas Galih lalu pergi ke ruang tengah dan menyalan TV.Astaghfirullah.. tadi itu siapa yang kulihat di taman, jelas-jelas aku melihat Mas Galih. Tapi, wajahnya sangat pucat dan ekspresinya datar. Ya Allah.. apa itu tadi? Apa kini kiriman Arya sudah mulai menampakkan diri?Selesai masak, aku menata makanan diatas meja, sekalian banyak saja biar bisa untuk makan malam.Kupanggil suamiku yang masih duduk menonton TV, tapi ternyata dia ketiduran.“Mas, makanannya udah siap, jangan tidur sore-sore, gak baik, Mas.” Aku menggoyangkan tubuhnya.Mas Galih bangun dengan malas, aku menemaninya duduk di meja makan.“Kamu k
Baca selengkapnya

TEROR TAK KASAT MATA

“Apa kamu sangat menginginkannya?” tanya Mas Galih lembut, memecah keheningan.Aku mengangguk sambil tersenyum.“Jangan ngimpi!” ucapnya lalu berbaring dan menarik selimut.Sialan! Kena prank sama suami. Aku menarik napas kasar, adakah wanita yang sudah menikah tetapi masih perawan sampai setahun sepertiku ini? Aku tak yakin ada, cuma aku wanita langka.Mas Galih sudah tertidur, aku masih menunggu waktu isya kemudian akan menyusulnya tidur juga. Sambil menunggu adzan isya, aku memainkan ponsel. Tiba-tiba masuk chat dari sosial mediaku, nama pemilik akunnya sangat aneh, tapi ketika aku buka foto profilnya, ternyata itu Arya.[Hai,] katanya.Kuabaikan saja, aku malas meladeninya. Perkataan Winda belum bisa kubuktikan, seenggaknya jangan dulu berhubungan dengan dia, kalau memang benar dia menggunakan ilmu hitam untuk menghancurkan hidupku, aku harus berhati-hati dengannya.[Mur, besok sibuk? Bisa ketemu gak?] tulisnya lagi.Gila ni orang, istrinya cantik, kelihatannya juga baik, pakaiann
Baca selengkapnya

LINGLUNG

“Murti…!!!! Hentikan itu!!” teriak Mas Galih sambil menutup kedua telinganya.“Astaghfirullah…” aku bergegas menghampiri suamiku yang berteriak tak karuan.Mas Galih masih meraung seperti orang kesrasukan, rekaman murotal di HP belum kumatikan. Suamiku itu memohon sampai menjambak rambutnya sendiri seperti orang tidak waras.“Mas, kamu kenapa?” tanyaku panik.“Hentikan suara itu, Mur. Kepalaku terasa mau pecah!!” dia terus berteriak, matanya melotot seperti bukan suamiku.Selama ini aku memang tidak pernah mengaji, sholat pun jarang, apalagi memutar rekaman murotal begini. Ini kali pertama aku memutarnya dan Mas Galih bereaksi seperti ini. Sangat mengejutkan, aku semakin yakin bahwa ini ada kaitannya dengan sihir yang Arya kirim padaku.Darah segar keluar dari hidung suamiku, aku segera mematikan rekaman murotal. Seketika itu, suamiku langsung tenang. Dia menatapku tajam, kilat kemarahan menyambar mataku saat menatapnya.“Kamu gila ya, Mur? Kamu mau bunuh aku, ha?” Mas Galih membentak
Baca selengkapnya

PROSES RUQYAH

“Winda..” lirih suamiku lalu menjatuhkan pisau yang ia pegang.“Galih, sadar… kamu harus lawan!” tegas Winda.Setelah itu, dia pingsan. Mas Galih berlari menghampirinya, terlihat begitu khawatir. Aku diabaikan disini, seperti layaknya menonton drama romantis.Beberapa menit kemudian, sebuah mobil masuk ke perkarangan rumahku.“Itu pasti Kak Dea,” aku bergerak ke depan untuk menjemput mereka.Kak Dea, Azzam dan satu orang lelaki muda yang tak kukenali, masuk dan mengucap salam.Belum apa-apa, Mas Galih sudah ngamuk dan mengancam.“Jangan apa-apakan Winda, dia mengandung anakku!” teriak Mas Galih pada Azzam.Kak Dea membelalak mata sambil menatapku, aku mengangguk. Benar, Winda memang hamil, tapi itu anak Mas Galih atau bukan, belum bisa dipastikan, namun kelihatannya suamiku begitu yakin.Azzam hanya tersenyum, dia menyapa suamiku dengan ramah.“Tenang, Mas…” Azzam mendekat, menepuk bahu Mas Galih. Dia langsung menepis dengan tatapan mata yang tajam.Azzam dan rekannya izin berwudhu, a
Baca selengkapnya

UNGKAPAN WINDA

“Sebenarnya hubungan kamu dengan Arya itu gimana? Tadi Azzam menjelaskan kalau kamu sudah terikat dengannya, dan kalian melakukan ini karena saling menguntungkan satu sama lain, apa maksudnya?” tanyaku panjang lebar.Untuk beberapa saat Winda hanya terdiam sambil menunduk, sesekali dia menyeka sudut matanya dengan punggung tangan, lantas meneguk air putih di dekatnya hingga tandas.“Aku sudah diperdaya olehnya, dia menjanjikan harta yang melimpah untuk saya. Wanita mana yang tidak tergiur dengan uang, apalagi saat itu ekonomi keluarga saya sangat terpuruk. Karena merasa putus asa, saya pun menerima tawarannya sebagai perantara perusak hubungan kamu dan Galih.” Dia menghentikan ucapnnya sembari menarik napas sesaat. Aku mengambil kesempatan untuk bertanya.“Kamu kenal dia dimana?” tanyaku.“Dia itu tetangga aku, rumahku hanya selang tiga rumah di belakangnya, makanya dulu kalau kamu datang ke rumah dia, tidak pernah nampak. Rumahku seperti gubuk yang sudah reok, aku tinggal bersama Ibu
Baca selengkapnya

KEDATANGAN ISTRI ARYA

“Aku tak ingin bercerai!” ucapku bersikeras. Akhirnya air mataku yang sejak tadi kutahan lolos begitu saja.Winda menarik napas kasar, lalu beranjak dari duduknya menuju kamar.“Mur…Murtiii..” panggil mas Galih dari dalam kamar.Aku berlari agar segera sampai, takut suamiku itu kenapa-napa.“Ada apa, Mas?” tanyaku saat melihat Mas Galih yang masih terbaring sambil memejamkan mata.“Mas, kamu ngigau?” tanyaku sambil terus membangunkannya.“Murti, kamu jangan jauh-jauh, aku takut sendirian!” rengeknya.Mas Galih berubah manja, dia bahkan menarik lenganku dan menggenggamnya erat sekali.“Iya, Mas, aku disini temani kamu, lepasin dulu ya..” ucapku.“Murti, jangan pernah tinggalin aku apapun yang terjadi,” lirih Mas Galih. Suamiku itu kini membuka matanya.Aku mengangguk sambil tersenyum. Banyak perubahan sikap Mas Galih semenjak di ruqyah. Aku sangat bersyukur.Malam itu aku tidur sambil berpelukan dengan suamiku, hal yang tidak pernah lagi terjadi. Dulu, saat awal menikah kami pernah ti
Baca selengkapnya

MENITIPKAN ZAHRA

“Mas, Nadya kenapa?” bisikku pada Mas Galih.“Anaknya memanggilku Papa, aku juga gak ngerti..” mas Galih mengangkat bahunya.“Ya Allah, dia pasti kangen Papanya..” lirihku. Kupandang gadis kecil yang tak berdosa itu, wajahnya polos dan lucu, kenapa Arya bisa buta? Istrinya cantik, baik, lemah lembut, anaknya juga lucu, ingin rasanya segera memiliki buah hati.“Diminum dulu, ini cemilannya sayang..” aku menawarkan pada Nadya dan anaknya yang terus merengek.“Saya bingung harus mencari suami saya kemana, jadi saya tanya ke orang-orang rumah Mbak Murti, karena saya takut dia nekad membalas dendam dan pergi kesini..” ungkap Nadya.“Tapi selama seminggu ini, alhamdulillah kami baik-baik saja, dan suami saya juga sudah sembuh setelah di ruqyah,” ucapku.“Di ruqyah?” ulangnya.Aku mengangguk, “Winda bilang.. semua ini karena perbuatan Arya..” ucapku lirih.“Ma-maksudnya, Mbak? Winda itu siapa?” tanya Nadya. Kukira dia tidak tahu perbuatan Arya terhadapku, apa sebaiknya tak usah kuungkapkan s
Baca selengkapnya

AKU AYAHNYA

“Mbak, uang ini buat mbak saja, saya bisa membiayai Zahra, saya akan anggap dia sebagai anak saya sendiri,” ucapku.“Jangan, Mbak. saya gak enak ninggalin Zahra gitu aja, saya janji gak akan lama, saya akan jemput Zahra secepatnya.” Ucap Nadya dengan suara bergetar, punggung tangannya tak henti menyeka air mata yang tak kunjung mereda.Setelah berpamitan, Nadya pergi dengan wajah sembab akibat banyak menangis. Dia pasti sangat terpukul harus menitipkan anaknya pada orang yang baru dia kenal, apalagi aku sebagai mantan kekasih suaminya. Aku tak bisa membayangkan sesakit apa hatinya selama ini, ketika sang suami lebih sering membayangkan dirinya sebagai orang lain bahkan saat berhubungan. Arya memang iblis, dia tidak bisa dikatakan sebagai manusia.Setelah Nadya sudah tidak terlihat lagi, aku kembali masuk ke kamar, menyusul Mas Galih yang sedang menemani Zahra tidur.Aku melihat dari balik pintu yang sedikit terbuka, suamiku itu tersenyum manis sambil memandangi Zahra. Sorot matanya pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status