Home / Pernikahan / Mertuaku Racun Rumah Tanggaku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mertuaku Racun Rumah Tanggaku: Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

21.

Arumi melangkah tertatih menuju ke dapur. perutnya masih terasa sedikit nyeri, tapi ia tetap memaksakan diri untuk memasak makan malam untuk keluarga Ardi. Melewati Santi yang tengah duduk santai di sofa ruang tengah sembari memainkan gawainya. Bisa- bisanya Bu Hilda menyuruhnya yang tengah kesakitan memasak makan malam untuk orang- orang sehat seperti mereka."Santi, bantuin Mbak masak yuk," ucap Arumi."Ih, yang disuruh masak kan Mbak Arumi, kenapa jadi ngajak- ajak aku. kukuku habis perawatan, kalau bantuin Mbak masak nanti rusak," ucap Santi sembari memperlihatkan kuku- kuku lentiknya yang baru saja di manicure. "Tapi perut Mbak masih sedikit sakit, mbak takut masakan Mbak nanti malah ga enak," ucap Arumi."Ya itu sih urusan, Mbak!" sungut Santi, "ga usah sok pasang wajah memelas seperti itu di hadapanku. Santi ga bakal kasihan sama Mbak. Tampang Mbak itu memang cocok seperti tampang pembantu, wajar kalau ibu terus menyuruhmu!" ucapnya sinis.Arumi terpaksa melanjutkan langkahnya
Read more

22. Mungkin Itu Karma!

Bu Hilda menghentikan makannya ketika tiba- tiba perutnya terasa melilit. Ia meletakkan sendoknya dan memegangi perutnya dengan kedua tangannya."Ibu kenapa?" tanya Santi saat melihat ibunya berhenti makan.Tak menjawab pertanyaan Santi, Bu Hilda justru berdiri dari kursinya dengan wajah panik. "BROT!" Bau busuk menguar bersamaan dengan suara yang membuat semua orang di meja makan itu kehilangan nafsu makannya."Ibu jorok!" pekik Santi mendelik jijik ke arah ibunya. Aurel yang juga baru saja mau makan dibuat melotot dengan mertuanya itu. Begitupun Ardi, ia melontarkan tatapan tajam ke arah sang ibu.Bu Hilda tak peduli putrinya marah-marah seraya mengibas-ngibaskan tangannya, yang penting rasa sakit di perutnya berkurang dan itu membuatnya lega."Perut Ibu tiba-tiba sakit, mules banget!" ujar Bu Hilda kembali duduk dan hendak melanjutkan makannya.Santi hanya mendengus jengkel dengan tingkah ibunya yang menurutnya sangat tidak sopan itu. Dia dengan kesal menyendok nasi dan bersiap un
Read more

23. Siapa Pelakunya?

"Bener, aku nggak apa-apa," Ardi yang masih duduk tenang di kursinya, dia menatap para wanita itu di hadapannya."Kamu yakin, Ardi? Siapa tahu masih belum naik obatnya!" ujar Bu Hilda tidak percaya, dia melempar delikan tajam ke arah Arumi.Ardi menghela nafas gusar dan meletakkan alat makannya, dia sudah cukup pusing dengan persiapan resepsi pernikahannya dengan Aurel, apalagi wanita itu punya banyak sekali daftar keinginan yang harus dipenuhi agar pestanya lebih mewah. Dan tentu saja itu bukan nominal yang murah."Kalian maunya apa? Aku sakit perut juga gitu?" tukasnya senada dengan ucapan Aurel sebelumnya.Bu Hilda tidak menjawab, dia lalu mendelik ke arah Arumi untuk dijadikan sasaran kemarahannya."Kamu sengaja kasih racun sama kami, 'kan? Hayo ngaku!" bentaknya murka.Arumi menggeleng keras, "Nggak, Bu! Kalau makanannya aku kasih racun, masa Mas Ardi nggak kenapa-napa? Lagipula aku sama Dinda juga makan makanan yang sama, kami ngambil sisa kuahnya tadi," sergah Arumi dengan suar
Read more

24. Tamu Istimewa

"Kamu bakal tahu akibatnya!" Aurel beranjak sembari melempar tatapan tajam pada Arumi. Pipinya merah bekas tangan Arumi yang beberapa detik lalu mendarat dengan keras di sana.Arumi hanya memandanginya lalu menghela nafas dalam-dalam, dia menyesal karena sudah lepas kendali dan menampar Aurel, itu pasti akan menjadi masalah karena wanita itu akan mengadu pada Ardi atau Bu Hilda.Tapi itu semua karena dia tidak bisa mendengar Dinda turut direndahkan seperti tadi."Maafkan ibumu ini, Nak, setidaknya kamu harus bisa hidup tenang dan damai tanpa terusik oleh mereka," ucapnya lirih.Arumi menghembuskan nafas panjang, demi menenangkan diri dan mengembalikan suasana hatinya. Ditariknya kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, namun rasanya menyakitkan ketika melakukannya sementara hatinya masih terasa sakit dan ingin menangis."Ayo, kamu harus kuat untuk Dinda, Arumi!" gumamnya berbisik pelan. Sementara di dalam rumah, Aurel menemui Bu Hilda dan Santi yang tengah bersantai di ruang d
Read more

25. Fitnah

"Kamu pelayan rendahan! Lihat yang sudah kamu lakukan!" pekik seorang gadis yang murka karena baju mahalnya kini tampak kacau dengan tumpahan minuman.Suasana pesta yang semula meriah dan ceria mendadak sunyi karena teriakan gadis itu. Tatapan seluruh tamu undangan langsung tertuju pada gadis itu. Dia Malena, putri pemilik perusahaan tempat Ardi bekerja. Gadis itu membelalak melotot marah ke pada Arumi yang terduduk di lantai karena dia dorong tadi."Sayang, kamu tenang dulu, dia nggak sengaja!" Nyonya Tiara, ibunya berusaha menenangkannya, lagipula dengan situasi ini membuat mereka menjadi pusat perhatian."Tapi, Mama, bajuku bagaimana?" rengek Malena, raut wajah marahnya berubah manja dan hampir menangis."Astaga! Pelayan ini memang ceroboh! Tolong maafkan dia, Nona Malena!" ucap Bu Hilda memasang wajah penuh penyesalan, dia segera menghampiri Malena dan menyampirkan selendang sutranya menutupi bahu gadis itu.Malena hanya mendengus gusar menjawabnya, sikapnya angkuh dan menatap Ar
Read more

26. Aku Bukan Pencuri!

Malena memegang gelang berlian itu dan menunjukkannya pada Nyonya Tiara, wanita yang masih cantik di usianya yang sudah memasuki kepala 4 itu tampak terkejut karenanya. Lalu beralih menatap Arumi dengan sorot mata tak percaya."Lihat! Mama lihat!" seru Malena geram, "pelayan ini dengan cekatan mengambil gelang dari tanganku, dia itu pencuri handal!" kecamnya menatap Arumi dengan penuh benci.Arumi menggeleng keras."Tidak! Aku tidak melakukannya, sungguh! Aku bersumpah demi Tuhan!" sergahnya."Kamu nggak bisa mengelak lagi, gelang ini jelas aku temukan di dalam pakaian kamu!" tunjuk Malena."Aku nggak tahu kenapa gelang itu ada di dalam saku bajuku!" tepis Arumi, dia lalu beralih menatap Nyonya Tiara, karena wanita itu tampak tidak mempercayai tuduhan putrinya terhadap Arumi."Nyonya, tolong! Aku tidak tahu soal gelang itu! Percaya sama saya, Nyonya!" pinta Arumi dengan suara tercekat menahan tangis. Belum habis rasa sakitnya karena kejadian beberapa saat lalu, dia masih harus didera
Read more

27.

Arumi menahan diri untuk tidak berontak dan melawan tuduhan mertua dan adik iparnya itu, dia tak ingin membuat mereka merasa menang jika melihat dirinya terpuruk."Sayang, aku ingin ganti baju, bisa tolong antar ke kamar hotel yang kita sewa di sini?" rengek Aurel dengan nada manja, matanya mengerling sinis ke arah Arumi.Ardi sejenak meneguk minumannya dan mengangguk."Ayo, aku juga lelah dan ingin istirahat!" sahutnya meletakkan gelas ke atas meja. Bu Hilda tanggap dengan sikap Aurel yang sengaja mengumbar kemesraan di depan Arumi, maka dia menyikut Santi dan memberi isyarat untuk mengompori mereka.Santi pun tersenyum lebar."Ah ya, Raja dan Ratu sehari kita pasti kelelahan, di kamar pun aku yakin kalian nggak akan segera tidur!" timpalnya mengerling nakal, disambut tawa yang lainnya dan turut menggoda pasangan pengantin itu. Tanpa menyadari jika pelayan yang sedang berdiri itu adalah sosok istri pertama yang tersakiti dengan adanya pesta ini. "Memangnya apa yang mereka akan lak
Read more

28

Andrean masih berusaha membuka pintu ruangan tempat mereka terkunci, sementara Arumi sendiri tampak cemas sendiri karenanya. Entah, pikirannya terus mengatakan jika mertuanya itu ada hubungannya dengan semua ini."Jangan cemas! Aku hampir bisa membukanya!" kata Andrean melihat Arumi yang terdiam dengan wajah pucat.Arumi hanya mengangguk.Selain memikirkan situasi mereka, dia juga merasa perutnya mulai sakit. Dia memegangi perut dan menggigit bibir menahan sakit yang mulai datang, sepertinya penyakitnya kambuh di saat seperti ini."Astaga, aku lupa minum obat hari ini!" gumamnya pelan, dia tak mau jika sampai Andrean mendengarnya.Namun, lelaki itu menyadari ada yang tidak beres. Andrean melihat Arumi tampak menahan sakit dan keringat mulai bermunculan di dahinya."Kamu nggak apa-apa, Arumi?" tanyanya seraya menoleh dan memperhatikan wanita itu dengan tatapan curiga.Arumi hanya menggeleng menjawabnya, tidak ingin Andrean tahu dan panik. Tapi wajahnya sendiri tak bisa berbohong jika s
Read more

29.

Ardi mengerutkan kening melihat Aurel yang uring-uringan sendiri di meja makan."Eh, Mas! Udah selesai mandinya?" tanya Aurel tersenyum lebar menutupi rasa gugupnya. Dia hendak bangkit dari kursi namun Ardi menekan bahunya, membuatnya kembali duduk."Mau kemana? Katanya mau makan?" ujar Ardi, seraya dia sendiri beralih ke depan Aurel dan duduk di kursi yang satunya. Aurel ternganga melihatnya, dia menatap gelas minuman yang ada di depannya dengan horor. Ardi dengan santai meneguk air putih bagiannya dengan lega, dia tampak kehausan sehingga air itu habis dalam sekali minum."Ah, leganya!" desahnya sambil meletakkan kembali gelas di meja. Dia sejenak termangu melihat Aurel yang malah terdiam tanpa menyentuh makanannya sama sekali."Lho? Kok malah bengong?" tegurnya, Aurel tampak terperanjat kaget karenanya."Ah, nggak apa-apa, Mas!" sahutnya tampak gugup.Ardi mengerutkan keningnya heran sendiri, beberapa saat lalu Aurel yang bersemangat mengajaknya makan, tapi sekarang dia malah ter
Read more

30

"Sampai sini saja, Dok!" Arumi memberikan kode pada dokter Andrean untuk menghentikan mobilnya agak jauh dari rumah mertuanya. Ia takut keluarga mertuanya, melihatnya pulang bersama Andrean. Bisa saja mereka akan melontarkan fitnah yang lebih kejam dari sebelumnya. Sebab Arumi tiba di rumah hampir tengah malam, karena dia harus ke rumah sakit terlebih dahulu. Akhir- akhir ini sakit perutnya lebih sering kambuh, dan itu membuatnya sedikit khawatir.Arumi berjalan mengendap- ngendap menuju halaman rumahnya. Untung suasana rumah sudah sepi. Sepertinya penghuni rumah sudah lelap di kamar masing-masing. Tentu saja mereka lelah setelah resepsi pernikahan Ardi dan Aurel.Untungnya juga Arumi memegang kunci cadangan, kebetulan waktu itu Bu Hilda menitipkannya padanya. Arumi pun berjalan berjinjit menuju kamarnya, melewati ruang tengah yang menyatu dengan dapur dan ruang makan itu. Kamarnya ada di belakang rumah, menghadap ke halaman belakang tempat menjemur pakaian. "Sayang? Kamu sudah tid
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status