Home / Pernikahan / Mertuaku Racun Rumah Tanggaku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mertuaku Racun Rumah Tanggaku: Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

11.

"Bagaimana, Dinda? Kau mau di sini dulu menunggu papamu?" Bu Hilda masih saja membujuk Dinda. Gadis kecil itu sebenarnya ragu, tapi ia sangat ingin bertemu dengan papanya. Kalau mereka pulang, belum tentu mamanya mau diajak datang kesini lagi. Apalagi neneknya bilang papanya akan segera datang.Bu Hilda masih menatap gadis kecil itu, menunggu jawaban dari Dinda. Hingga akhirnya bocah itu mengangguk setuju. Sesaat kemudian Dinda menatap mata sang mama dengan perasaan bersalah. "Nggak apa- apa kan, Ma, kalau kita tunggu papa di sini?" ucapnya.Arumi membalas tatapan putrinya itu dengan senyuman, "Iya, kita akan tunggu papa di sini," ucap Arumi. Bu Hilda tersenyum ke arah Santi, sesaat Arumi melihat mereka saling pandang, sepertinya ada yang mereka sembunyikan. Namun Arumi tidak ingin berburuk sangka. Paling tidak sekarang mertua dan adik iparnya itu sudah bisa bersikap baik padanya."Dinda, Arumi, kalian sudah sarapan belum?" ucap Bu Hilda.Arumi menaikkan alisnya menatap heran pada sa
Read more

12.

"Kau itu memang pantasnya menjadi babu!" teriak Bu Hilda. Ia menatap Arumi dengan bola mata yang hampir keluar. Namun Arumi terus berjalan, tanpa memperdulikan kata- kata umpatan dan cacian yang terus dilontarkan oleh ibu mertuanya dan Santi. Langkah Arumi berhenti di depan kamar Santi. Ia menatap nanar, gadis kecilnya yang masih tertidur pulas itu. Hatinya terasa perih, ketika mengingat kebencian Ardi pada putrinya yang berharga itu. Tanpa terasa, butiran- butiran bening yang sejak tadi menggantung di pelupuk matanya itu meleleh juga. Arumi terisak di samping putrinya."Mama kenapa?" ucap Dinda, yang baru saja membuka mata. Tidurnya terusik oleh isakan tangis Arumi."Mama, ga apa- apa kok, Sayang," ucap Arumi yang kemudian menghapus air matanya dengan ujung jarinya."Mama pasti nangis, gara-gara Dinda pengen tidur di sini ya?" ucap gadis kecil itu sembari menatap mata sang mama dengan tatapan penuh penyesalan. Arumi menggeleng lemah. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada
Read more

13.

"Memangnya tante yang tadi itu siapa sih, Ma?" Dinda menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan menghadap sang Mama. Matanya menatap nanar ke arah Arumi, seolah meminta penjelasan. Arumi membalas tatapan Dinda. Telapak tangannya lalu menyentuh kedua pipi bocah itu, menatap jauh ke dalam manik hitam milik Dinda. Ia tak tahu harus dengan cara seperti apa mengatakan kepada Dinda jika ayahnya sekarang telah menikah lagi."Kenapa Mama diam saja?" Dinda mengulang pertanyaannya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Arumi. Mamanya justru terlihat sedang melamun. Arumi masih berjongkok di depan Dinda, bahkan telapak tangannya masih menempel di kedua pipi bocah mungil itu. Namun pandangan mata Arumi terlihat menerawang jauh ke depan.Apa yang harus ia katakan sekarang? Arumi benar- benar bingung."Siapa perempuan yang bersama papa tadi? Kenapa dia menggandeng lengan papa seperti tadi?" ucap anak itu lagi. Dinda terus mendesak Arumi untuk berbicara."Dinda, wanita itu istri baru ayahmu."
Read more

14.

Hanya dengan sekali mendengar saja, Arumi tahu kalau Aurel yang mengangkat teleponnya. Arumi menguatkan hatinya untuk berbicara dengan perempuan yang sekarang sudah menjadi madunya itu."Mas Ardi mana? Aku mau bicara?" Tak ingin buang- buang waktu, Arumi langsung saja mengutarakan niatnya."Mas Ardi baru saja tidur, sepertinya dia kelelahan setelah bergelut di atas ranjang denganku." Kata- kata Aurel terdengar begitu menjijikan. Sepertinya wanita itu memang sengaja ingin memanas- manasi Arumi. Ia bahkan bercerita dengan detail bagaimana panasnya permainan mereka tadi.Arumi mengepalkan erat tangannya, menahan amarah. Tentu saja hati Arumi bergemuruh mendengarnya. Namun ia sama sekali tak merasakan cemburu lagi. Bahkan saat ini Arumi merasa jijik dengan suaminya yang sudah berbagi keringat dengan perempuan lain itu. Arumi tak mampu membayangkan jika nanti suaminya itu datang padanya, setelah ia menyatukan tubuh dengan wanita lain."Cukup Aurel! Aku tidak mau tahu tentang pergulatanmu
Read more

15.

"Ada apa dengan Dinda, Arumi?" Dokter Andrean mengerutkan keningnya, menatap penuh tanya pada Arumi. Sedangkan tangannya terulur menarik lengan Arumi, membantunya berdiri.Dokter Andrean mengajak Arumi duduk di bangku tunggu rumah sakit, kemudian ia menyodorkan sebotol air mineral pada Arumi."Minumlah, tenangkan dirimu, Arumi. Ceritakan pelan- pelan, apa yang terjadi pada Dinda?" ucap dokter Andrean pelan."Dinda tertabrak motor, dan kakinya harus segera dioperasi. Saya bingung, Dok. Harus kemana mencari biaya operasinya?" ucap Arumi dengan berderai air mata."Kamu tenang saja Arumi, aku akan mengurus semuanya!" tegas Dokter Andrean.Arumi menatap sayu mata dokter itu, dan ia bisa merasa sedikit tenang. Dokter Andrean telah mengurus semua administrasinya, dan Dinda segera menjalani operasi. Arumi menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan cemas. Dokter Andrean ikut menemani Arumi, sekaligus memberikan dukungan untuk ibu muda itu."Jangan khawatir, Arumi. Semua akan baik- baik s
Read more

16.

Arumi membeku mendengar pertanyaan Dinda. Ia tak tahu harus menjawab apa? Wanita itu menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya kasar."Dinda, Mama sudah kasih tahu papamu, kok. Tapi semalam papamu masih banyak pekerjaan," ucap Arumi sembari membelai lembut rambut bocah itu."Beneran, Ma? Papa sibuk bekerja, bukan sedang sibuk dengan Tante yang kemarin?"Pertanyaan menohok Dinda, sontak membuat dada Arumi terasa sesak. Arumi kembali menarik nafas dalam, memenuhi rongga dadanya dengan oksigen. Baru saja ia hendak membuka mulutnya untuk memberi pengertian pada Dinda, suara dokter Andrean membuatnya menoleh."Selamat pagi, Peri Kecil yang cantik!" Dokter Andrean tersenyum manis, menampilkan barisan gigi putihnya yang tersusun rapi.. Dokter ganteng itu berdiri di ambang pintu dengan membawa sebuah boneka panda lucu berwarna pink di tangan kanannya.Arumi dan Dinda menatap dokter itu bersamaan. Tak lama kemudian bibir Dinda terlihat melengkung, mengulas senyum pada dokter itu."Selamat p
Read more

17.

"Bagus sekali. Jadi kau memanfaatkan anakmu untuk menarik perhatian dokter Andrean!" Tentu saja Aurel mengenal dokter Andrean. Dokter itu adalah dokter keluarga Aurel yang saat ini tengah merawat mamanya Aurel. Aurel menatap Arumi dengan tajam. Wanita itu juga menarik bibirnya berlawanan, membentuk senyuman penuh penghinaan. Di sebelahnya Ardi berdiri dengan tatapan penuh kemarahan.Terlihat tulang rahangnya yang mulai mengeras, juga tangannya yang terkepal erat."Mas Ardi," ucap Arumi lirih. Ia membalas tatapan suaminya dengan perasaan bersalah. ia masih saja memikirkan perasaan suaminya, padahal dengan tanpa perasaan suaminya mengabaikannya, dan justru menikahi wanita lain.Arumi memberi isyarat pada dokter Andrean untuk melepaskannya. Ragu- ragu dokter Andrean melepaskan tubuh Arumi. "Em, ini tidak seperti yang kalian pikirkan," ucap dokter Andrean, sembari merapikan jas dokternya, "tadi Arumi hampir jatuh dan aku hanya membantunya," imbuhnya.Aurel hanya mengangguk- angguk, semen
Read more

18.

"RUMAH INI DIJUAL!" Jantung Arumi terasa berhenti berdetak, saat membaca tulisan yang tertera di atas kertas itu. Siapa yang melakukan ini, sedangkan beberapa hari ini ia berada di rumah sakit, untuk menjaga Dinda.Arumi memapah Dinda turun dari taxi. Ia segera membuka pagar rumahnya dan langsung masuk ke halaman rumah. Sebelah tangannya bergerak cepat merogoh saku bajunya, mengambil kunci rumahnya. Baru saja ia hendak memasukkan kunci itu ke dalam lubang kunci, pintu rumahnya sudah terbuka.Bu Hilda dan Santi nampak keluar rumah sambil menyeret dua buah koper besar. Arumi sangat mengenal koper itu. Koper itu miliknya. Sejenak kening Arumi berkerut, menatap heran pada sang ibu mertua dan adik iparnya itu."Apa yang Ibu dan Santi lakukan di rumahku?" ucapnya keheranan. Tiba- tiba saja perasaannya menjadi tidak enak. Setiap kali ibu mertuanya datang, pasti akan terjadi satu masalah dan dugaannya tak pernah salah."Rumah siap kau bilang?" Bu Hilda menaikkan alisnya sembari sedikit men
Read more

19.

"Kau bisa tinggal di rumah kami! Rumah Ibu cukup besar untuk kita tinggali bersama!" Suara Arya reflek membuat Arumi menoleh ke arah belakang. Dunia seakan berhenti berputar, saat ia dapati suaminya itu berdiri di belakangnya, bersama Aurel yang tengah bergelayut manja di lengannya. Rasa sakit di dalam hatinya, tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata."Tidak, Mas. Aku tidak mungkin tinggal bersama istri keduamu!" Arumi menggeleng lemah. Membayangkan tinggal bersama mertua yang tidak pernah menyukainya saja seperti mimpi buruk baginya. Apalagi jika ia harus tinggal bersama madunya juga. Tinggal di rumah itu, seperti masuk ke dalam neraka. Tentu saja neraka ciptaan suaminya sendiri.Sayangnya Arumi tidak punya pilihan. Ia tidak mungkin membawa Dinda yang belum benar- benar pulih hidup luntang - lantung di jalanan.Sekuat tenaga ia berontak, tapi hatinya luluh juga menatap putri kecilnya itu. Dipeluknya putri semata wayangnya itu. Tanpa ia sadari dua bulir cairan bening, lolos juga d
Read more

20.

"Ada apa, Bu?" Arumi berjalan tergopoh- gopoh menghampiri mertuanya. Begitu sampai di hadapan Hilda, wanita paruh baya itu menyeringai."Enak ya, udah numpang malah santai- santai!" ucap wanita itu dengan bola mata hampir keluar, "apa kamu ga lihat rumah berantakan seperti ini? Cepat bereskan!" "Iya, Bu. Nanti Arumi bereskan. Tapi izinkan Arumi tidur dulu sebentar. Arumi ngantuk banget," ucap Arumi yang sedari tadi terus menguap. Matanya terasa begitu berat. Semalam di rumah sakit, ia memang tidak tidur sama sekali. Dinda terus merintih kesakitan, dan Arumi harus menenangkannya."Jangan banyak alasan untuk menutupi kemalasnmu itu. Kamu bereskan dulu. Baru kamu boleh tidur!" tegas Bu Hilda."Ba–baik, Bu!" Arumi tak ingin banyak berdebat dengan Hilda, lebih baik ia mengalah. Ia segera mengambil sapu dan membersihkan lantai rumah yang kotor dan berdebu. Sebenarnya Arumi heran, di rumah Hilda tidak ada anak kecil, tapi lantai rumahnya sampai berdebu seperti itu. Apa orang di rumah ini ti
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status