Home / Horor / Ular Di Farji Istriku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ular Di Farji Istriku: Chapter 11 - Chapter 20

41 Chapters

Bab 11

Setelah hari itu, aku tak lagi membawa Ratna ke rumah Pak Kusno, setelah kupikir masak-masak, tak ada perubahan signifikan selama aku membawanya ke sana, bahkan yang terkecil seperti menghilangkan gangguan iblis-iblis itu pun, tidak.Satu hari berselang, hatiku mantap membawa Ratna ke rumah Ustaz Amir, satu-satunya imam masjid yang tampak alim di desa kami. Namun, saat hendak berangkat, kehadiran Pak Kusno mengejutkan kami.Entah sejak kapan lelaki paruh baya itu datang, tiba-tiba saja sudah ada di depan pintu rumahku, wajahnya tegang dengan sorot dingin yang menghujam."Mau ke mana kalian?" tanyanya, aku dan Ratna saling pandang."Ada keperluan sebentar, Pak," sahutku sopan, tetapi binar matanya tetap tersirat kemarahan."Saya tau keperluan apa yang sedang kalian bicarakan. Bagaimana dengan usulan saya? Kalian mau menyerah begitu saja?" Pak Kusno masih dengan tatapan yang sama. Aku mempersilakan pria itu duduk di kursi teras, tidak pantas rasanya bicara sambil berdiri."Jadi begini
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 12

Selamat membaca! *****Malam itu setelah dikejutkan dengan suara pekikan keras nan misterius, kami memutuskan tidur, karena besok akan menyusuri kota, mencari alamat yang diberikan oleh Ustaz Amir.Kembali berjuang untuk kesembuhan Ratna. Namun, sesuatu yang begitu mengejutkan terjadi menjelang subuh.Saat bangun Ratna mengeluh gatal pada kakinya, setelah shalat subuh pun dia tak lagi duduk di sajadah, memilih bangkit, melepas terburu mukenanya.Hingga pagi menjelang dia tidak bisa melakukan rutinitasnya, kedua tangan istriku itu sibuk menggaruk kedua kakinya."Kakimu kenapa sih, Dek?" tanyaku mendekat, Ratna tak menjawab dia malah menangis saking pegal tangannya menggaruk, tetapi rasa gatal itu sepertinya enggan hilang."Perih, Bang. Gatal sekali," keluhnya di sela tangis, aku yang dilanda khawatir langsung menghentikan aksi menggaruk dengan menahan kedua tangannya. Betapa terkejutnya saat mendapati kaki istriku dalam kondisi mengenaskan.punggung kakinya muncul bintik kemerahan, g
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 13

Pagi menjelang, matahari menyembul dari ufuk timur dengan cahaya kemerahan, menghangatkan seluruh pelosok desa. Aku dan Ratna baru saja selesai sarapan, istriku itu tengah sibuk membereskan piring di meja kami."Coba liat kakinya, Dek!" seruku, dia sedikit menyingkap gamis yang dikenakannya ke atas, netraku memindai punggung kakinya, syukurlah, sudah kembali seperti sedia kala, hanya meninggalkan sedikit bekas, dia pun tak lagi mengeluh sakit dan gatal.Setelah berberes, Ratna bersiap, pun aku. Berdua kami keluar dari rumah, tak lupa memastikan tak ada pakaian satu pun tertinggal di luar. Kami ingat betul dan tidak mau ambil risiko atas nasihat Ustaz Amir.Saat menunggu Ratna membukakan pagar, aku melihat Raya entah pulang dari mana, kedua tangannya diperban, aku sempat melihat walaupun langsung dia sembunyikan di belakang tubuhnya."Mau ke mana, Mas Angga, Mbak Ratna?" tanya dia dengan nada suara terkesan dimanis-maniskan."Mau ke kota," sahutku singkat."Loh! Ada keperluan apa ya, M
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 14

"Jahan*m! Dasar iblis bertopeng ulama! Kau penipu!"Semua orang termasuk aku terkejut mendengar teriakan murka putri Pak Agus, tatapan matanya nyalang, suaranya terdengar penuh amarah meski parau. Dia terus saja berteriak, berusaha mengatakan pada kami agar tak percaya dan pulang saja, dia terus mencaci dan mengumpat pria berserban yang baru saja mencekiknya."Bang ... bagaimana ini?" bisik Ratna lirih, aku menggeleng pelan, tak tahu juga harus berbuat apa, kita berdua orang baru yang tak tahu apa pun. Namun, dari gelagatnya, gadis itu tampak bersungguh-sungguh, binar kedua matanya memancarkan kejujuran.Ya Allah, aku harus bagaimana?"Jangan khawatir, Pak. Putri Anda akan segera sembuh, hanya saja pikiran dan hatinya kini sudah dibisiki iblis," ucap Ustaz Hafis dengan pandangan prihatin."Tidak, Ayah! Aku sungguh Lea putrimu! Dia pembohong! Mengaku saja kau, Durjana!" teriaknya lagi, Pak Agus tampak bingung harus percaya siapa."Sekarang Bapak bisa bawa putrinya pulang dulu, besok
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 15

Tok, tok, tok!Aku terkaget mendengar suara ketukan pintu, berjeda, dan diulang tiga kali, siapa yang bertamu magrib-magrib begini? Dengan langkah ragu aku berjalan pelan menuju pintu.Ketukan pintu terus terdengar, semakin dekat kian keras, ruang tengah yang kini kupijaki rasanya begitu sunyi dan mencekam, tanganku terulur hendak menyentuh hendel pintu.Namun keraguan melanda saat besi nan dingin itu menyentuh pergelangan tangan, hingga pintu pun urung aku buka."Assalaa ... mualaikum ...." Telingaku menegang dengan netra terbeliak, bulu kuduk tiba-tiba saja meremang, suhu ruangan berubah dingin seketika, suara salam. Siapa yang memberi salam serupa bisikan halus itu? Rasa penasaran siapa yang kiranya datang mendesak, kuberanikan diri mengintip dari lubang kunci, penglihatanku hanya menangkap kibaran kain hitam mengkilap diterpa desau angin senja, lalu tiba-tiba bau amis tercium begitu tajam merebak memenuhi indra penciuman.Aku bangkit lantas berbalik hendak kembali ke kamar, teta
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 16

Malam ini begitu dingin, rintik gerimis membasahi jendela kamar, sedang tiupan angin yang masuk dari ventilasi jendela menerbangkan tirai, mengirim kebekuan hingga ke tulang-tulang.Ratna beringsut memelukku begitu erat, tangan putihnya melingkar di pinggang, tiba-tiba aku merasakan gejolak gairah yang sudah lama padam membara dalam dada, sesuatu yang harusnya terkubur saat ini bangkit, mendesak ingin dilepaskan.Seiring gerimis yang tadinya mengirimkan hawa sejuk, kini tak lagi berlaku, napasku memburu, badanku memanas oleh gelora, aku lirik Ratna yang mulai setengah terpejam, dia hampir lelap.Pandanganku menatapnya penuh damba, bibir ranumnya yang setengah terbuka begitu menggoda dipandang mata. Hiper kah aku? Ini bulan kelima kami tidak saling bersentuhan dalam artian suami dan istri.Bukankah wajar jika aku menginginkannya? Apa lagi setiap malam kami tidur dalam posisi yang cukup intim, munafik jika aku tidak tergoda dengan istri sendiri. Namun, kemarin aku masih bisa mengontrol
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 17

"Bang!""Bang! Bangun!"Sayup aku mendengar suara familier menyapa rungu, perlahan aku mengerjap, pertama kali yang tampak di mataku adalah wajah cemas Ratna."Sudah sadar!" "Syukurlah, ayo bapak-bapak kita pulang!" Suara ramai nan riuh rendah menyusul setelahnya, membuatku mengedarkan pandangan, aku tau itu adalah warga desa, kenapa mereka di sini? "Terima kasih sudah menolong suami saya, Bapak-bapak sekalian," ucap Ratna, mereka mengangguk lantas beranjak keluar dari kamar kami, satu per satu punggung mereka menghilang dari pandangan.Aku beringsut bangun, duduk bersandar di kepala ranjang sembari terus mengingat-ingat, apa yang sudah terjadi sebelum ini.Blash!Bayangan ular hitam melata lewat di pelupuk mata, seketika aku meringis, tangan tergerak meraba pelipis yang berdenyut nyeri. Di sampingku, Ratna menyodorkan gelas minuman."Minum dulu, Bang!" serunya, aku mengambil gelas berisi air putih itu, menenggaknya hingga tandas separuh gelas."Terima kasih, Dek," ucapku menyeka m
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 18

Bang Angga ...." Aku menoleh ke belakang, seketika jantung berpacu dua kali lebih cepat, Ratna berdiri mematung, cangkir kopi di tangannya terlepas, lalu minuman itu tumpah seiring beradunya wadah dengan lantai keramik yang dipijaki istriku.Ya Tuhan.Dalam kegamangan yang belum pulih, Ratna memutar tubuhnya, setengah berlari dia memasuki rumah, sempat kulihat ia menyeka sudut matanya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu. "Kau masih menggenggam tanganku bahkan setelah istrimu marah melihat kita," ucapnya dengan nada mengejek, aku menyentak kasar tangan perempuan licik itu, dia malah tersenyum sinis. "Awas kamu, Raya! Saya tidak akan tinggal diam atas semua yang sudah kamu sebabkan pada keluarga saya!" Hardikku seraya menudingnya penuh amarah, wanita berkelakuan bak iblis, itu tertawa penuh kemenangan. Sial! Aku berlari ke rumah, seperti kesetanan aku menerjang pintu, tujuanku adalah kamar utama, kamar kami berdua."Sayang! Ratna ... bukan pintunya!" seruku seraya mengetuk pin
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 19

Selamat membaca!*****Setelah cek-cok ringan hari itu, hubunganku dan Ratna kembali membaik, istriku itu tak segan minta maaf, pribadi yang sedari dulu aku suka darinya.Hari ini kami berencana menyambangi kediaman Ustaz Yusuf, anjuran Yanto. Namun kami harus menundanya karena salah satu warga desa sedang ditimpa musibah.Bu Siti yang tinggal di tempat paling ujung desa kami meninggal dunia subuh tadi, aku dan Ratna bersiap melayat ke rumahnya.Setiba di rumah penuh suasana duka tersebut, kami langsung masuk, Pak Ali selaku lurah dan kerabat Almarhumah menyambut kedatangan kami.Ratna berbaur bersama para ibu-ibu, ia turut mengambil Yasin dan membacanya di dekat si mayit, sedang aku dengan Pak Ali duduk lesehan di dekat pintu, wajahnya menyiratkan kesedihan, wajar, siapa pun akan merasa iba, mengingat almarhumah tinggal seorang diri tanpa sesiapa mengurusi.Bahkan, aku mendengar kabar, beliau ditemukan tak bernyawa subuh tadi, tetapi sudah tiada entah sejak kapan, kasihan sekali."As
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Bab 20

Selamat membaca!*****Rhaam! Bulu kudukku merinding melihat Ratna. Hijab istriku sudah tertanggal, rambut panjangnya yang tergerai menyentuh pinggang, kini berantakan menutupi sebagian wajahnya. Bertambah dingin ujung-ujung jemariku saat tatapan kami bertemu, dia menatapku dengan seringai lebar, dari sela-sela rambutnya.Kakiku terpaku di tempat, Ratna melangkah santai menghampiriku, seringai itu masih tak lekang di bibirnya, "Suamiku sudah kembali rupanya?" tanya dia dengan suara berbeda."Apa yang kamu lakukan, Ratna? Pakai kembali hijabmu!" seruku penuh penekanan, di sekeliling kami para warga yang entah datang sejak kapan sudah berkerumun, menjadikan kita sebagai objek tontonan."Hahahah ... untuk apa aku menutupnya, bukankah rambut ini begitu indah, hem? Hahahaha ...." tawanya melengking dengan kedua tangan terus menyusuri rambut panjangnya."Ratna! Apa yang terjadi denganmu?" Dia terdiam, lantas melihatku dengan tatapan penuh amarah."Ratna, Ratna! Istrimu itu sudah mati! Dan
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status