“Pak Adam!” seru Vinza. Untuk sampai di sini, dia harus naik taksi. Untung Vinza masih menyimpam uang. Habis dari rumah David ke jalan raya lumayan jauh. Ia pun tak mungkin bilang pada Adam kalau ia tinggal dengan David. “Loh, Rufy mana?” tanya Adam karena Vinza hanya sendiri. Vinza senyum. “Ouh, Rufy pergi sama Ayahnya. Sudah lama enggak ketemu, ya biarin saja, lah.”“Ayahnya?” tanya Adam kaget. “Iya, aku sudah ketemu sama Ayahnya Rufy.”“Terus kalian gimana?” Adam agak sedikit lemah saat menanyakan itu. “Ouh, itu. Ya enggak gimana-gimana. Rufy mau menerima dia dan anakku punya Ayah, tentu aku bersyukur. Rufy ingin banget punya Ayah supaya enggak dipanggil anak haram sama teman-temannya,” cerita Vinza. “Kamu sama laki-laki itu enggak balikan?” Bagian paling penting untuk Adam adalah itu. Vinza menggeleng. “Aku enggak bisa nerima dia lagi. Terlalu berat dan menyakitkan,” jawab Vinza. Kali ini Adam merasa lega. “Kita pergi sekarang?” ajak Adam. Mereka lekas naik mobil minibus Ad
Last Updated : 2023-02-04 Read more