***Seminggu telah berlalu, sikap yang ditunjukkan Mas Arif semakin berubah. Setiap hari dia berangkat ke kantor lebih awal dan tidak tahu apa alasannya. Namun, hari ini aku ingin menanyakan kenapa dirinya terlihat buru-buru setiap pagi.“Kenapa kamu terkesan buru-buru, Mas?” tanyaku ingin tahu saat ia menyeruput teh buatanku.“Mau ngantar Rifa ke sekolah.” Dia menyebutkan nama yamg tak lain adalah anaknya.“Harus kamu yang ngantar, Mas?”“Wajar, dong, aku papanya.”“Tapi sebelumnya bukan kamu yang melakukan tugas ini.”“Udah, ah, Sayang. Kenapa harus mempermasalahkan hal seperti ini? Kamu nggak akan ngerti apa yang kurasakan.”“Maksud kamu apa, Mas?”“Apa kamu bisa merasakan apa yang ada di dalam hatiku saat ini? Mungkin tidak. Rifa adalah anak kandung dan juga darah dagingku, wajar kalau aku sangat menyayanginya.”“Jadi, kamu berpikir kalau aku nggak akan bisa mengerti perasaan seperti itu karena aku tidak bisa memiliki anak?”“Kamu ngomongnya, kok, gitu?”“Aku sangat tahu arah dari
Last Updated : 2023-01-25 Read more