***
Hari ini adalah pernikahan kedua untuk laki-laki yang sangat aku cintai dan hormati. Kurang lebih empat tahun yang lalu, aku yang menjadi pengantin wanitanya. Namun, sekarang perempuan lain yang berada di posisi itu. Dia adalah masa lalu suamiku dan juga merupakan ibu dari anaknya.
Hati ini sungguh tidak kuat menyaksikan acara pernikahan mereka, aku memilih menenangkan diri di rumah orang tua. Papa dan Mama berusaha menguatkan putri yang sangat mereka sayangi. Sementara, kakak laki-laki tertua di rumah tidak terima dengan apa yang terjadi.
“Kenapa kamu tetap bertahan, Al? Apa yang kamu harapkan?" Aku hanya terdiam mendengarkan pertanyaan dari kakakku.
Kak Radit adalah anak sulung dari orang tuaku, dia sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan. Istrinya bernama Kak Ayu, dan Arya merupakan buah hati tercinta mereka. Sekarang, usianya baru lima tahun, seumuran dengan putra dari Mas Arif bersama Alexa.
Kak Radit sengaja berkunjung ke rumah Papa dan Mama karena ingin menikmati hari libur bersama orang tua tercinta. Aku terharu melihat keromantisan dan keutuhan rumah tangga kakak sulungku. Rasa kagum itu semakin sempurna melihat Kak Ayu yang sedang mengandung anak kedua.
Minggu yang sangat cerah tapi tidak dengan hatiku. Hari ini, aku resmi memiliki madu yang merupakan istri kedua dari suamiku. Ingin rasanya berteriak dan mengatakan pada dunia bahwa jiwa dan raga ini tidak sepenuhnya menerima keputusan Mas Arif dan keluarganya.
Sebelum hari pernikahan, laki-laki yang telah menjadi imamku sudah menjelaskan semua tentang rencananya setelah menikahi Alexa. Dia membelikan rumah untuk istri keduanya tidak jauh dari istana cinta kami, dengan tujuan agar dekat dari tempat tinggal kami saat ini.
“Aku sudah membelikan rumah untuk Alexa, lokasinya tidak jauh dari sini.” Mas Arif menyampaikannya padaku beberapa hari yang lalu.
“Iya, Mas, terserah kamu aja.” Aku hanya bisa pasrah.
“Semoga kamu dan Alexa bisa saling melengkapi dan ikhlas harus berbagi cinta dan kasih sayang dari suami. Aku yakin, kamu pasti bisa mendekatkan diri dengannya.” Hati ini kembali semakin sakit mendengarkan penuturan Mas Arif.
Dia dengan sengaja memintaku mendekatkan diri dengan wanita yang telah berhasil merebut suami yang sangat aku cintai. Mas Arif benar-benar telah buta dengan cinta dan nafsu yang dimilikinya untuk perempuan egois tersebut.
“Untuk apa aku mendekatkan diri dengan wanita yang telah merebut suamiku?” Aku tetap tidak terima dengan apa yang telah keluar dari bibirnya.
“Dia tidak pernah merebutku darimu. Aku mencintainya dan dia juga ibu dari anakku. Sudah sepantasnya dia juga mendapatkan cinta dan perlindungan ayah dari anaknya.” Mas Arif tetap memberikan pembelaan tentang Alexa.
“Iya, Mas, dia yang terbaik untukmu karena aku tidak bisa seperti dia. Aku tidak heran jika kamu akan terus membelanya. Pasti kamu akan bilang bahwa dia telah memberikanmu keturunan, tidak seperti diriku.”
Aku menyadari status dan posisi yang tidak mampu memberikan penerus untuk laki-laki yang telah menghalalkanku. Kebahagiaan untuk memiliki buah hati akan menjadi mimpi yang tidak akan mungkin menjadi kenyataan bagiku. Kecelakaan nahas itu sudah menghancurkan semua harapan yang telah ada, semua telah sirna.
Tanpa terasa, bulir bening kembali keluar dari pelupuk mata dan membasahi pipi. Aku tidak menyadari, ternyata Kak Ayu memperhatikanku yang sedang menyendiri duduk di taman belakang rumah orang tua. Aku melihat dia berjalan ke arah taman lalu duduk di sampingku.
“Kamu yang sabar, ya, Al.” Dia memegang pundakku.
“Aku akan berusaha untuk kuat, Kak.” Air mata ini belum mampu aku hentikan.
“Jika memang kamu tidak sanggup, kenapa nggak mundur aja?”
“Aku mencintai Mas Arif, Kak. Dia adalah laki-laki yang telah berhasil membuatku mengenal cinta yang sesungguhnya.”
“Apa kamu akan tetap bertahan dengan sakit yang kamu rasakan?”
“Aku akan berusaha, Kak. Aku tetap yakin, bahwa Mas Arif akan menjadi pendamping hidupku selamanya.”
“Kakak tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terserah kamu, karena kamu yang akan menjalaninya.” Kak Ayu meraih tubuh ini lalu memelukku.
“Iya, Kak. Terima kasih karena sudah berusaha memberiku perhatian.” Aku menyambuut hangat pelukan dari sang kakak ipar.
Kak Ayu adalah salah satu wanita yang sangat beruntung menurutku. Dia memiliki suami yang sangat mencintai dan menyayanginya. Dirinya juga mampu mewujudkan harapan dan impian Kak Radit dan keluarga. Wanita itu telah berhasil memberikan keturunan untuk suami, orang tua, dan juga sang mertua.
Aku dapat melihat betapa besar dan tulus cinta yang didapatkan Kak Ayu dari suaminya. Kak Radit mampu memanjakan sang istri. Mereka adalah pasangan suami-istri yang sangat kukagumi, sungguh diriku terpesona dengan keromantisan yang mereka tunjukkan.
“Udah berapa bulan, Kak?” tanyaku sembari memegang perut Kak Ayu setelah kami melepas pelukan.
“Baru jalan empat bulan.”
“Sehat terus ibu dan debay-nya, ya, Kak.”
“Terima kasih, Al.”
“Rasanya sangat bahagia karena akan memiliki keponakan baru.” Aku berusaha tersenyum di depan Kak Ayu.
“Iya, nih. Oh, ya, kita ke dalam, yuk … Mama tadi meminta Kakak ngajak kamu masuk ke rumah untuk mencicipi puding buatan beliau.”
“Ayo, Kak!” Aku dan Kak Ayu beranjak meninggalkan taman belakang lalu memasuki rumah.
Perasaan ini sedikit terobati jika sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga tercinta. Papa dan Mama selalu bilang sangat bangga memiliki aku dan Kak Radit. Kami berdua adalah anak yang telah menjadikan mereka sebagai orang tua.
***
Setelah beberapa hari menenangkan diri di rumah orang tua, akhirnya aku kembali pulang ke rumah. Mas Arif menyambut dengan senyuman dan langsung memberikan pelukan. Satu sisi, perasaan sangat bahagia karena kembali bersama dengan sang suami. Namun, di sisi lain, aku menyadari bahwa laki-laki yang kini memelukku juga merupakan pendamping hidup dari wanita lain.
“Aku kangen kamu, Sayang.” Kalimat itu keluar dari bibir Mas Arif setelah melepaskan pelukannya.
Kami berjalan menuju ruang TV lalu duduk di atas sofa yang ada di dalam ruangan tersebut. Mas Arif menggenggam jemariku kemudian mendaratkan ciuman di dahiku. Aku kembali merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang darinya.
“Aku juga kangen, Mas,” ucapku dengan mengembangkan senyuman.
“Malam ini aku akan tidur di sini untuk menemani istriku tercinta.”
“Iya, Mas.”
“Kamu nggak apa-apa, Sayang?”Tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan itu.
“Aku harus tetap baik-baik saja.”
“Kamu harus ikhlas menerima kenyataan yang ada. Aku percaya kalau kamu adalah seorang istri yang sangat kuat. Itu yang membuatku kagum padamu.”
“Ikhlas atau tidak, aku akan tetap berusaha untuk kuat. Apa yang bisa kulakukan saat ini? Aku hanya berusaha untuk menerima nasib yang akan kujalani.”
“Aku akan selalu mendukungmu, Sayang.”
Aku bahagia karena pendamping hidup yang kucintai, kini kembali menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya padaku. Dia memperlakukanku sangat manis. Hati ini menjadi berbunga-bunga seperti sedang berada di taman bunga.
Sang suami mengajakku ke kamar, tapi ada yang membuatku merasa menjadi seperti wanita yang baru menikah. Mas Arif menggendongku layaknya seperti pengantin baru. Jantung ini berdegub kencang dan merasakan sesuatu getaran yang sangat luar biasa.
Setelah sampai di dalam kamar indah milik kami berdua, laki-laki tersebut merebahkan tubuh ini di atas tempat tidur lalu ia berbaring di sampingku. Dia membelai rambut panjang milikku, lalu mengusap kedua pipiku.
“Aku boleh meminta hakku sebagai suami?” tanyanya dengan suara lembut.
“Kenapa kamu harus minta, Mas? Bukankah sudah menjadi kewajibanku sebagai istri untuk memenuhi hak dari suamiku?”
“Terima kasih atas kesediaanmu, Sayang. Aku sangat merindukanmu.”
Mas Arif akhirnya melanjutkan apa yang ingin ia lakukan. Aku sangat terbuai dengan belaian kasih sayang yang ia berikan. Perasaan yang kumiliki saat ini sungguh sangat bahagia, melupakan sejenak bahwa laki-laki yang kini bersamaku juga merupakan suami dari wanita lain.
Saat kami sudah polos dan hanya ditutupi selimut, tiba-tiba terdengar nada panggilan dari ponsel Mas Arif. Hasrat untuk bercinta dan memadu kasih, buyar seketika. Laki-laki itu segera meraih benda bentuk pipih tersebut dari atas meja rias yang ada di samping tempat tidur.
“Siapa, Mas?” tanyaku ingin tahu.
“Alexa,” jawab Mas Arif membuat hati ini merasa kesal. “Aku angkat dulu, ya, Sayang.”
“Iya, Mas.”
Mas Arif segera menerima panggilan dari istri keduanya. Sungguh hati ini sangat pilu setiap menyadari kalau suamiku telah memiliki dua orang pendamping hidup. Ternyata diriku harus berbagi suami dengan ibu dari Rifa.
“Kenapa, Mas?” tanyaku kembali setelah Mas Arif selesai menerima telepon.
“Maaf, Sayang, aku harus pergi.” Laki-laki itu kembali mengenakan pembalut tubuhnya.
“Mau ke mana, Mas?”
“Ke rumah Alexa.” Aku kecewa mendengar nama yang disebutkan Mas Arif.
“Bukankah tadi kamu bilang akan menemaniku malam ini?” Aku mengingatkan apa yang ia katakan tadi sebelum kami ke kamar.
“Iya, Sayang. Tapi, Alexa bilang kalau Rifa ingin dekat dengan papanya. Katanya dia merengek karena aku nggak di sana.” Aku tidak tahu apakah semua alasan itu benar atau hanya kebohongan semata.
“Terserah kamu aja, Mas.” Aku hanya bisa pasrah.
Hasrat untuk kembali merasakan kasih sayang dari suami, pupus sudah. Dia harus segera pergi ke rumah istri keduanya dengan anak sebagai alasan. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Alexa sebenarnya. Aku berharap semoga ini bukan sebuah rencana untuk membuatku semakin jauh dari Mas Arif.
Inilah kenyataan yang harus kuhadapi, ikhlas atau tidak, aku tetap akan mencoba untuk kuat dan bertahan. Mas Arif segera beranjak setelah selesai mengenakan pakaian, dia meninggalkanku di saat diri ini dalam perasaan yang tidak menentu.
Suami tercinta akan menemui wanita yang kehadirannya sama sekali tidak kuharapkan. Alexa telah berhasil meluluhkan hati suamiku dengan mengandalkan buah hati yang ia lahirkan. Mas Arif harus menjadi seorang laki-laki yang memiliki dua istri. Dia yang telah menentukan pilihan dan membuat keputusan yang tidak kuinginkan sama sekali.
Kini, aku telah berubah menjadi wanita yang sangat kesepian dan haus akan kasih sayang dari suami tercinta dan terkasih. Dia lebih memilih bersama perempuan lain di saat aku ingin menikmati belaian cinta darinya. Aku terdiam, tapi tidak rela.
==============
Ada apa dengan Alexa?
*** Waktu sudah menunjukkan pukul 22.50 WIB, tapi Mas Arif belum kunjung pulang. Aku tidak tahu apakah dia akan menginap di rumah istri keduanya atau di istana cinta kami. Padahal tadi laki-laki itu sudah berjanji akan tidur bersamaku malam ini. Aku tidak dapat memejamkan mata karena masih terus menunggu kedatangan suami tercinta. Aku masih tetap berharap bahwa ia akan mengingat janjinya dan berusaha untuk adil antara diriku dan istri kedua. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi suami yang kutunggu-tunggu masih belum menunjukkan batang hidungnya. Aku tidak sabar lagi untuk menunggu adanya sebuah kepastian. Aku ingin mendengar langsung dari bibir Mas Arif, kenapa ia tidak berusaha menghubungi istri yang sejak tadi mengharapkannya? Aku meraih benda bentuk pipih milikku dari atas meja rias, lalu mencari nama suami di layar. Segera kutekan tombol telepon berwarna hijau dan terdengar nada bahwa panggilan yang kulakukan ternyata masuk. Sungguh, ini tidak pernah terbayangkan bahwa aku menden
*** Aku kembali mengingat kenangan saat pertama kali berkunjung ke rumah nenek. Saat itu liburan kelulusan Sekolah Dasar (SD). Nenek meminta agar aku melanjutkan sekolah di sana, tapi orang tua tidak memberikan izin karena diriki merupakan anak bungsu. Mama mengatakan bahwa beliau tidak sanggup harus tinggal berjauhan dengan putri bungsunya. Padahal aku sangat suka kalau harus menemani kakek dan nenek di kampung. Mereka hanya tinggal berdua semenjak Mama menikah dengan Papa. Kurang lebih sebulan lamanya aku tinggal di rumah wanita yang telah melahirkan Mama. Banyak kenangan yang kudapatkan di sana. Anak-anak yang rumahnya berada tidak jauh dari rumah nenek menjadi sangat akrab denganku. Tidak terkecuali dengan Arif, salah satu teman yang baru kukenal kala itu. Tempat tinggalnya tidak jauh dari masjid yang ada di desa tersebut. Hampir setiap hari kami bertemu, karena dia melaksanakan salat di masjid. Namanya persis seperti laki-laki yang telah menikahiku. Kakek dan nenek selalu rut
*** Aku beranjak dan meninggalkan taman belakang, sepanjang perjalanan menuju kamar, diriku tidak melihat lagi wujud Mas Arif di ruang TV. Dia benar-benar telah berubah, tidak berusaha mengejar saat aku tadi berlari ke taman belakang. Laki-laki itu tidak tahu bahwa seorang istri dapat luluh apabila suaminya berusaha membujuk dan meminta maaf atas apa yang telah dilakukan. Kembali kumelangkah dan memasuki kamar dan ternyata Mas Arif juga tidak ada. Aku sudah pasrah. Terserah dirinya akan berbuat apa sekarang. Saat ini tetap fokus dengan rencana yang telah terpikirkan, aku mulai membenahi barang-barang yang akan diperlukan di rumah nenek. Sudah tidak sabar rasanya agar segera tiba di rumah yang penuh dengan kenyamanan. Malam telah larut, tapi Mas Arif tidak kunjung pulang, padahal malam ini adalah waktunya tidur di rumah ini. Namun, aku tidak peduli lagi dengan apa yang ingin ia lakukan. Terserah padanya jika memang tidak ingin kembali. Aku berusaha untuk bersikap tenang, dan memejam
*** Aku berjalan menuju teras dan sejenak menoleh ke arah belakang. Tidak sengaja netra ini melihat sosok seorang laki-laki sedang mengendarai sepeda motor. Dia juga melirik hingga mata kami saling berpandangan. Sepertinya dia tidak asing bagiku, wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal. Aku berpikir bahwa itu hanya perasaanku saja, aku kembali melangkah lalu mengetuk pintu rumah Nenek yang tertutup. Hatiku sangat tenang setelah menginjakkan kaki di tempat ini, padahal tadi aku masih merasakan kesedihan yang sangat pilu sebelum sampai. “Assalamu’alaikum.” Aku mengucapkan salam. Tidak menunggu lama, akhirnya terdengar balasan salam dari dalam. Suara itu sudah pasti milik Nenek yang selalu terngiang di telinga. “Wa’alaikumsalam.” Pintu pun terbuka, lalu berdiri sosok wanita yang aku sayangi, beliau adalah perempuan yang telah melahirkan Mama. Aku sangat bangga dan bersyukur memiliki nenek seperti beliau. Tanpa menunggu lama, aku langsung mencium punggung tangan lalu mem
*** Kadang cinta itu susah untuk dimengerti, tiba-tiba hadir di saat keadaan tidak memungkinkan. Ketika kita sudah terikat dengan hubungan yang sakral, kenapa perasaan yang menggetarkan hati harus muncul kembali? Ini waktu yang tidak tepat menurutku. Apakah ini yang dirasakan oleh Mas Arif pada cinta masa lalu yang sekarang menjadi pendamping hidupnya? Dia pasti sadar bahwa dirinya sudah memiliki seorang istri, tapi setelah bertemu dengan mantan kekasih, laki-laki itu justru jujur mengatakan bahwa ia masih mencintai perempuan tersebut. Apakah aku harus ikhlas dan memaafkan apa yang telah Mas Arif lakukan setelah hati ini merasa sakit dan menderita? Namun, tindakannya sudah melampaui batas, dia tidak hanya berbagi cinta dan sayang, tapi juga sudah berani melakukan kekerasan. Mungkin jika laki-laki itu tidak betindak kasar dan mampu berbuat adil, aku masih berusaha mencoba untuk ikhlas. Ternyata harapan tidak seindah kenyataan, karena yang terjadi sungguh tidak dapat diterima oleh ak
*** “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Pernikahanku baik-baik aja dan aku bahagia hidup bersama suami. Kami saling mencintai.” Aku tetap menutupi apa yang terjadi di depan Arif. “Al, Al … ternyata ketabahanmu lebih dari yang aku kira.” Saat Arif mencoba mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tanggaku, tiba-tiba mobil laki-laki yang telah menikahiku memasuki halaman rumah nenek. Kenapa dia menyusul ke desa? Siapa yang telah memberitahukan keberadaanku padanya? Laki-laki itu memarkirkan kendaraan roda empat miliknya lalu turun. Dia melangkah dan pandangannya langsung tertuju pada sosok pria yang sedang bersamaku saat ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya sekarang. “Ngapain kamu ke sini, Mas?” Aku langsung melontarkan pertanyaan itu. Ternyata aku tiba-tiba lupa kalau Arif ada di antara kami. “Kenapa? Kamu nggak suka aku ke sini, Sayang …karena ada dia?” Suamiku menunjuk ke arah Arif. “Kamu apa-apaan, sih, Mas. Baru datang langsung nuduh gitu.” “Kamu ya
*** “Kakek dan Nenek pasti membelanya, itu sudah pasti.” Mas Arif justru memberikan balasan dari ucapan Kakek. “Dia pantas dibela karena telah disakiti oleh suaminya sendiri.” Aku terharu mendengarkan penuturan Nenek. “Tapi dia istri saya.” “Karena statusnya sebagai istrimu, kau merasa bebas untuk menyakitinya?” Kakek berjalan ke arahku dan Mas Arif. “Hanya karena satu tamparan, Kakek merasa kalau saya menyakitinya?” Aku tidak percaya mendengarkan apa yang disampaikan Mas Arif. Dia tega mengatakan kata hanya atas kekerasan yang ia lakukan. “Kau bilang hanya? Saya sampai detik ini tidak pernah berbuat kasar atau menyakiti istri saya, neneknya Aliyah. Paham! Laki-laki tidak tahu diri!” Kakek tiba-tiba mendaratkan tamparan di pipi kiri Mas Arif. Laki-laki yang telah menikahiku tersebut seketika terdiam sambil memegang pipi kirinya. Aku tidak pernah menyangka sebesar ini pembelaan seorang kakek terhadap cucunya. Ternyata Kakek juga bisa berubah menjadi seseorang yang tegas. Selama i
*** Betapa bahagia rasanya di saat laki-laki masa lalu dan juga merupakan cinta pertama, mengutarakan perasaannya. Aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena ternyata apa yang kurasakan sebelum bertemu dengan suami, tidak bertepuk sebelah tangan. Cintaku dan cinta Arif saling bersahut, walaupun kami sama-sama tidak menyadarinya. Saat kami sudah sangat dekat dan aku mengetahui besarnya rasa cinta yang dimiliki, justru rasa bimbang yang muncul. Bagaimana mungkin aku akan menyambut hangat perasaan yang telah diungkapkan oleh laki-laki lain, sedangkan statusku masih menjadi istri dari Mas Arif. Dulu aku pernah meminta berpisah dan lepas dari ikatan sakral dengan suami, saat dirinya akan menghalalkan Alexa. Namun, apa yang kudapatkan, Mas Arif justru tidak bersedia memenuhi permintaanku. Dia tetap bersikeras mempertahankan hubungan pernikahan kami, walaupun sudah menikah dengan sang mantan kekasih. Kala itu aku masih terlalu mencintai laki-laki tersebut hingga tetap bertahan
***Dua bulan telah berlalu, hari ini keluarga Arif kembali datang ke rumah orang tua untuk melamarku. Rasanya masih seperti mimpi karena laki-laki itu akhirnya menepati janji untuk meminta diriku kepada Mama dan Papa sebagai wanita yang akan mendampingi hidupnya.Orang tua Arif sudah meminta maaf dari beberapa bulan yang lalu atas kejadian yang terjadi di masa lalu, di mana saat itu umi dari laki-laki itu tidak merestui hubungan kami karena aku tidak mampu mewujudkan harapan mereka untuk melahirkan anak kandung.Abi dan uminya mengaku bersalah karena telah membuat hati ini terasa sakit saat itu. Aku sudah melupakan atas apa yang terjadi. Besarnya cinta yang kurasakan mampu mengalahkan rasa sakit hati yang begitu mendalam. Bagiku, yang terpenting adalah dapat bersatu dengan lelaki impian.“Bagaimana kalau acara pernikahannya kita tentukan bulan depan? Calon mempelai pria sudah ngebet pengen nikah.” Abinya Arif membuatku merasa malu.“Saya setuju aja, Pak. Sepertinya mempelai wanita ju
POV Aliyah***Aku tidak pernah menyangka bahwa dua insan yang membuat hati ini merana dan menderita, kini bersimbah darah di hadapanku. Mas Arif dan Alexa terluka karena satu orang yang sama. Dia adalah Danny, ayah dari Rifa. Dia menghujamkan benda tajam ke tubuh wanita dan laki-laki tersebut.Aku menempelkan kepala Mas Arif di pangkuanku. Dia menahan sakit sambil memegang perutnya yang terkena benda tajam milik Danny. Walaupun laki-laki itu pernah menyakiti bahkan mencampakkan diriku, tapi rasanya tidak tega melihatnya kesakitan seperti saat ini.“Ampuni aku, Sayang. Aku sangat kejam karena sudah menyakitimu. Mungkin ini adalah hukuman atas apa yang kulakukan pada wanita baik sepertimu.” Mas Arif mengusap pipiku.“Kamu harus kuat, Mas. Kita ke rumah sakit sekarang.” Aku tidak sanggup melihat keadaan Mas Arif.“Tidak perlu, Sayang. Aku udah nggak kuat, biarkan aku pergi dari pangkuanmu. Aku ingin bersamamu untuk yang terakhir kali. Biarkan aku menatap wajahmu.” Aku tidak kuasa menaha
POV Alexa***Apa yang kuharapkan akhirnya menjadi kenyataan. Setelah beberapa bulan kemudian, Arif dan Aliyah resmi bercerai. Aku merasa sangat bahagia karena menjadi istri satu-satunya untuk laki-laki itu. Namun, ternyata perceraian mereka tidak membuat Arif sepenuhnya memberikan cintanya untukku.Dia masih saja menceritakan Aliyah saat berdua denganku. Padahal selama ini aku sangat yakin kalau Arif hanya mencintaiku seorang. Oleh karena sikapnya yang masih sulit untuk melupakan sang mantan istri pertamanya, membuatku merasa jenuh jika berada di rumah. Aku akhirnya lebih sering menemui Danny.“Sekarang kamu baru percaya kalau hanya aku laki-laki yang setia mencintaimu.” Danny menggenggam jemariku.“Ternyata aku salah menilai Arif. Aku menyesal telah membuka hati kembali untuknya.” “Makaudnya apa, Sayang? Kamu mencintai laki-laki itu?” Danny terkejut mendengar ucapanku.“Aku minta maaf. Setelah kembali bertemu dengannya, rasa itu kembali tumbuh. Tapi sekarang aku sadar bahwa ternyat
POV Alexa***Awalnya aku sangat mencintai Arif, kami pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama beberapa tahun. Namun, apa yang telah kami rencanakan akhirnya kandas setelah diriku bertemu dengan Danny, yang merupakan ayah dari anakku. Danny adalah laki-laki yang bekerja di perusahaan orang tuaku kala itu. Pertemuan kami berawal dari saat aku berkunjung ke perusahaan Papa. Dia terlihat lugu dan polos, tidak ada yang menarik dari pria tersebut. Jika dibandingkan dengan Arif, sangat jauh berbeda.Namun, karena perhatian yang diberikan padaku, akhirnya hati ini luluh dan mulai mengagumi sikapnya. Aku pun secara diam-diam menjalin hubungan dengan laki-laki itu tanpa sepengetahuan Arif yang masih berstatus sebagai kekasihku. Ternyata Danny merupakan karyawan kepercayaan Papa.Aku semakin yakin kalau Papa pasti akan menyetui hubunganku dengan Danny, tapi ternyata salah. Laki-laki itu sangat marah setelah mengetahui status yang terjalin dengan Danny kala itu. Akhirnya aku dan
POV Mas Arif (Kota)***Malam telah tiba, aku pun kembali memantau keberadaan Aliyah, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa penghuni rumah itu akan ke luar. Aku mengamati rumah tersebut dari kejauhan supaya tidak ada yang mencurigakan. Aku sengaja menyewa taksi online untuk memudahkan mejalankan rencana ini.Setelah menunggu hampir satu jam, aku melihat satu unit mobil keluar dari pintu gerbang, tapi tidak tahu siapa yang berada di dalam kendaraan roda empat tersebut. Aku melihat ke arah kamar tempat Aliyah melambaikan tangan tadi sore, semuanya gelap, tidak ada penerangan.Aku merasa aneh melihat istana sebesar itu, seperti memberikan kesan yang menyeramkan. Perasaan saat berada di dekat rumah itu terasa aneh, sepi dan hening. Semuanya bak teta-teki yang harus diselesaikan dengan penuh hati-hati. Aku mencoba kembali menemui penjaga rumah tersebut, dia sedikit terkejut melihat keberadaanku. Mungkin dia merasa aneh karena melihatku kembali berdiri di hadapannya. Laki-laki itu menunjukkan t
POV Mas Arif (Kota)***Aku sudah tiba di kota tempat tinggal Aliyah. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera ke rumah suaminya, tapi niat itu aku urungkan. Aku memilih untuk mencari penginapan terlebih dahulu untuk beristirahat sejenak. Sebaiknya terlebih dahulu harus menyusun rencana agar sesuai dengan harapan.Setelah tiba di hotel terdekat dari bandara, aku langsung menghempaskan tubuh. Namun, aku masih sangat penasaran dengan dendam yang diucapkan Kak Radit. Tadi dia belum sempat menjelaskan semuanya karena aku harus buru-buru naik pesawat.Ini adalah saat yang tepat untuk menghubungi kembali mantan kakak iparku. Aku harus menggali informasi lebih lengkap untuk mengetahui apa yang terjadi dalam keluarga Kak Radit. Kenapa kakak sepupu Alexa menikahi Aliyah? Apakah semua ini ada hubungannya dengan rencana dari mantan istri ke duaku?“Assalamu’alaikum, Rif.” Kak Radit memberikan salam dari seberang.“Wa’alaikumsalam, Kak. Maaf, aku nanya tentang dendam yang tadi Kakak ucapkan. Dendam
POV Mas Arif (Kota) *** Aku tidak tahu siapa yang telah mengirim pesan, tapi hati dan perasaan ini semakin tidak tenang memikirkan Aliyah. Aku segera menghubungi nomor itu, tapi tidak aktif. Kenapa tiba-tiba tidak terhubung? Siapakah pemilik nomor tersebut? Tanpa menunggu lebih lama, aku menekan nomor ponsel Kak Radit, semoga dia dapat memberikan petunjuk. “Assalamu’alaikum.” Terdengar ucapan salam dari ujung telepon. Rasanya sangat bahagia karena Radit bersedia menerima teleponku. “Wa’alaikumsalam, Kak, maaf ganggu malam-malam.” “Ada apa?” “Ada nomor yang masuk ke ponselku, dan aku tidak mengenali nomor itu. Isinya memintaku untuk menolongnya. Apa mungkin itu nomor Aliyah?” Aku hanya menduga. “coba sebutin nomornya,” pinta Kak Radit. Aku pun mengaktifkan pengeras suara agar dapat melihat nomor yang telah mengirim pesan. Aku berharap agar si pemilik nomor itu akan tetap baik-baik saja. Setelah menyebutkan dua belas angka tersebut, Kak Radit memberikan jawaban yang mengejutkan.
POV Mas Arif (Kota)*** Hari ini aku tidak sengaja bertemu dengan Alexa. Dia bersama anak dan laki-laki yang sudah lama menjalin hubungan dengannya. Wanita itu bersikap sangat biasa, seolah-olah tidak ada rasa penyesalan karena hubungan kami sudah berakhir dengan sebuah peceraian. Ia mengembangkan senyuman.Putranya yang dulu aku anggap sebagai darah daging sendiri, juga menunjukkan sikap seperti orang yang tidak mengenaliku. Dia sangat hebat menyesuaikan diri dan situasi. Apa mungkin Alexa sudah mengajarai anak kecil itu agar tidak mendekatiku. Jika seperti itu adanya, wanita itu benar-benar ahli dalam segala bidang.Cinta yang dulu kuberikan untuk Alexa, tidak berarti sama sekali, dia dengan santai menunjukkan kemesraan dengan laki-laki lain di depanku. Betapa sia-sianya diri ini telah mengorbankan perasaan untuk wanita seperti Alexa, dia tidak pantas menerima cinta dari laki-laki yang dulu berharap banyak padanya.“Masih sendiri, ya?” Pertanyaan itu dilontarkan Alexa padaku.“Buka
POV Mas Arif (kota)❤❤❤❤❤❤Sebulan telah berlalu semenjak kepergian Aliyah, kini aku lebih sering menyendiri dan menyesali semua yang pernah aku lakukan pada wanita itu. Aku tidak pernah lagi mendengar kabar tentangnya, dia seolah-olah hilang dan tidak ingin mengingat semua kenangan yang terjadi di antara kami.Aku sering menemui Kak Radit untuk menanyakan kabar tentang adiknya, tapi sang mantan kakak ipar tersebut tidak bersedia memberikan info tentang Aliyah. Tidak ada lagi yang dapat kulakukan selain berharap terjadinya keajaiban dalam hubungan kami. Semua anggota keluarganya berusaha menghindariku.Sampai saat ini aku masih sangat heran, kenapa Aliyah harus pergi meninggalkan kota ini? Bagaiman dengan hubungan bersama sahabat masa kecilnya? Kenapa laki-laki itu membiarkan Aliyah pergi? Jika benar dia mencintai wanita tersebut, dirinya tidak mungkin membiarkan perempuan yang disayangi terpisah jarak jauh dengannya.Hari ini Minggu, aku akan menemui laki-laki yang namanya sama persi