Setelah berlari cukup jauh dari rumah, aku pun segera melepaskan genggamanku dari tangan temanku, Iren.Iren merupakan teman sekelasku. Dialah temanku yang mau menerimaku sebagai temannya tanpa melihat kejelekan dan kekuranganku.Selain Iren, aku tidak mempunyai teman lagi. Karena kata teman-teman sekelasku yang lain, aku itu tidak selevel dengan mereka. Mereka berasal dari keluarga yang berada sedangkan aku hanya anak seorang petani yang tak mempunyai sebongkah harta.Iren sebenarnya juga termasuk orang yang berada. Ayahnya saja seorang kepala desa di kampungku. Tapi aku salut sama Iren yang mau berteman denganku meskipun berbeda kasta.Huftttt...Iren menghela napas panjang. Dia sepertinya kelelahan setelah berlari cukup jauh. Setelah merasa tenang, Iren pun bertanya kepadaku."Nis... Btw, tadi kamu kok berjalan mengendap-endap gitu sih? Seperti seorang perampok saja," ujar Iren seraya tertawa.Ternyata Iren memperhatikan gerak-gerikku saat mengintip Bibi tapi untungnya dia tidak ta
Read more