Semua Bab Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu): Bab 71 - Bab 80

88 Bab

Tawaran Papa

“Berarti sidangnya sudah bisa lebih lancar, dong?”“Doain aja ya, Ra! Tadi sih dia melalui pengacaranya menerima semua tuduhan dan setuju bercerai. Terpaksa sepakat juga sama tawaran gana-gini yang kuberikan,” papar Farhan seraya menangkup wajahku yang kini duduk di sampingnya. “Maaf ya, harusnya aku bisa buat Kamu nyaman, malah jadi kena imbasnya begini. Dia beralasan kalau saat dengannya dulu aku mulai dari nol, jadi sama Kamu juga harus sama, dari nol juga. Padahal dulu juga gak nol-nol banget.”Kuulas senyum sembari menggenggam sebelah tangannya yang berada di pipiku. “Aku gak masalah, bahkan kalau Kamu bersedia, aku bisa bantuin. Tabunganku masih ada, mobil yang di rumah ayah itu sebenarnya mobilku. Kalau Kamu butuh, bisa diambil, kok,” usulku yang serta merta mendapatkan gelengan Farhan.“Sudah benar mobil itu tetap di sana, biar dimanfaatkan ayah, ibu, sama Ezra, kita bisa beli lagi nanti, tapi sabar,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

Mempertaruhkan Nyawa

Untuk pertama kalinya dalam hidup ini aku merasa seperti berada di ambang kematian. Keringat sebesar biji jagung membasahi tubuh ini, terutama dahi. Padahal ruangan tempatku berada saat ini terpasang pendingin udara yang suhunya disetel sangat rendah. Sudah hampir dua jam aku berada di ruang bersalin, mengikuti arahan para petugas medis yang sedang membantu menyelamatkan dua nyawa. Subuh tadi secara tiba-tiba pinggangku terasa begitu nyeri sekaligus kram pada perut bagian bawah.“Ma, perutku kok sakit banget, ya? Melilit, terus pinggang juga rasanya kayak mau copot,” ceritaku pada mama tak lama setelah Farhan, papa, dan Dina berangkat bekerja.“Sering, gak?” tanya mama memastikan.Aku menggeleng, karena rasanya memang timbul tenggelam.“Mungkin kontraksi palsu, Za. Biasa itu kalau sudah masuk trimester ketiga,” jelas mama berusaha menenangkanku. “Kamu istirahat aja, abis ini Mama kompres air hangat bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-28
Baca selengkapnya

Datang untuk Menjemputnya

‘Bagaimana jika kalian salah memahami dan anak itu memang adalah anakku?’Kalimat Nayla tiba-tiba mengetuk memori dan seketika membuatku cemas. Aku juga baru teringat akan sengketa di mana Nayla menginginkan hak asuhnya. Tidak, aku tidak akan membiarkan siapa pun memiliki anak ini kecuali aku sendiri. Karena itulah, Farhan kuminta mendekatkan telinganya pada bibirku.“Jangan lupa mintakan izin tes DNA, aku gak mau anakku statusnya diragukan oleh siapa pun. Dia adalah anakku,” bisikku lugas.Kadar posesifku pada bayi ini melonjak tajam. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu bersama dengannya, akulah bundanya. Dia yang tidak tahu perjuanganku sejak sebelum hamil hingga detik ini tidak berhak mengaku sebagai ibunya.Farhan menyunggingkan senyum lalu mengusap peluh yang masih tersisa di pangkal rambut. “Dia anak kita, hanya Kamu bundanya,” ujar Farhan meyakinkan. “Tapi, demi ketenangan kita semua sekaligus alat bukti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-28
Baca selengkapnya

Kabar dari NICU

Belum ada sepuluh menit sebagian besar orang di ruangan ini keluar. Namun, rasanya seperti sudah berbulan-bulan saat kecemasan mendominasi isi kepala.“Dia gak akan mengambil Faza ‘kan, Ma?”“Bagaimana kalau dia berhasil merebut anakku, Bu?”“Ma, belum ada kabar juga dari luar?”“Apa yang terjadi di sana, Bu?”Berkali-kali aku bertanya dengan cemas pada mama atau ibu, tapi mana mungkin mereka mengetahuinya, karena sejak awal memilih menemaniku. Para pria ataupun Dina yang tadi mengejar Nayla belum ada yang kembali untuk bisa ditanyai. Sungguh, aku sangat takut hal buruk akan terjadi. Coba saja dia berani mengambil Faza dari kami, aku tak akan pernah diam lagi. Dia anakku, anak yang baru beberapa menit menghirup oksigen di bumi ini dan masih sangat butuh perawatan. Aku benar tak akan segan membunuh Nayla atau siapa pun jika sampai mengusik anakku.“Istighfar, Za, serahka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-01
Baca selengkapnya

Menunggu Bukti

“Bagaimana?” tanyaku tak sabar.“Jangan khawatir lagi, kami bisa mengatasinya,” bisik Farhan seketika membuatku lega.“Papa gak tahu kalau ternyata mereka bisa sepicik itu. Mendidih darah rasanya waktu dengerin mereka selalu mengklaim sebagai pihak yang benar,” curah hati papa memberikan laporan.“Mereka masih gak mau nyerah, Mas?” tanya mama penasaran dan papa menggeleng.“Untung saja polisi bersedia menjadi penengah dan sampai hasil tes DNA keluar, mereka akan menjaga Faza di NICU. Tidak boleh ada yang menemui Faza kecuali petugas yang berwenang, itu pun harus izin polisi dulu,” jelas papa.“Tapi aku boleh ketemu ‘kan, Pa? Faza masih butuh ASIku,” tanyaku.“Boleh, tapi Kamu yang harus ke NICU, gak boleh keluar dari ruangan itu.” Farhan yang menjawab.“Alhamdulillah.”Tak apa belum bisa ke mana-mana, asal kami tidak dipisahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-01
Baca selengkapnya

Drama Sampai Akhir

Rasa ingin membalas setiap orang yang pernah menyakiti adalah perasaan yang manusiawi. Hanya saja, setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menyikapi sebuah luka. Begitupula dengan kami. Di satu titik kami ingin membalas segala tuduhan, fitnah, serta ancaman Nayla, tapi di sisi lain kami tidak ingin mengotori tangan dan menjadi satu level dengannya.Lagi pula, kami percaya jika balas dendam terbaik adalah menjadi lebih bahagia daripada orang yang sudah menyakiti. Itulah yang selama satu bulan ini kami lakukan. Menjalani hidup dengan sebaik-baiknya bersama Faza, putra kami yang secara hukum dan medis telah benar-benar sah dinyatakan sebagai anak biologisku dan Farhan.“DNA bayi atas nama Faza Lathief Maheswara 99,99% sesuai dengan sampel ibu A yang merupakan ibu biologis bayi dan tidak ada kecocokan dengan sampel B. Sampel A sebagai ibu biologis Bayi merupakan milik ibu yang bernama Zahira Aiziah.”Begitulah kalimat yang diucapkan ol
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-02
Baca selengkapnya

Kabar Terakhir - END

Dua hari kemudian, meski sibuk dengan pekerjaan, tetapi Farhan tetap menyempatkan waktu untuk menemaniku mengantar Faza check up sekaligus imunisasi. Sebenarnya aku sudah mendaftar, tapi tetap harus antre bersama dengan orang tua bayi lainnya. Kami menunggu di bangku dekat counter para perawat. Meski tak berniat menguping, ternyata kami masih mampu mendengar pembicaraan para tenaga medis tersebut. “Tahu gak kalau dokter Dion sudah bebas?” “Dokter Dion obgyn?” “Iya, yang mana lagi?” “Yang bener? Kapan?” “Bukannya dia dituntut malpraktik?” “Gue juga cuma denger selentingan dari para dokter sih, katanya kurang cukup bukti, jadi bebas dari tuduhan.” “Kok bisa? Padahal kasusnya sampai viral ‘kan, meskipun gak secara langsung nyebut nama dokter Dion?” “Iya, loh! Baru kali ini kayaknya ada kasus yang bingung siapa ibunya, bukan bapaknya si anak. Istimewa.” Ketengokkan kepala, menatap Farhan yang sedang terdiam. Tanpa menyuarakan tanya, sepertinya ia sudah tahu maksud dari tatapanku,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-02
Baca selengkapnya

Extra I - Farhan POV

Hari ini waktu rasanya lambat sekali berjalan. Mungkin sudah ratusan kali kutengok jam dinding di ruangan ini, tapi dari tadi masih saja menunjukkan pukul tiga sore. Masih ada dua jam lagi sebelum waktunya pulang kantor. Meski jarak tempat ini dengan rumah tak terlalu jauh, tetap saja kemacetan membuat perjalanan bisa sangat memakan waktu.  Jika sedang sangat ingin cepat seperti ini, aku selalu ingat pada gerutuan istriku. Dia tidak suka menggunakan mobil pribadi di jam sibuk, katanya lebih nyaman menggunakan transportasi umum meskipun berjubel. Begitulah Zahira, perempuan yang sudah melahirkan putraku dua bulan lalu. Hari ini aku rindu sekali pada keduanya. Kuraih intercom di atas meja yang baru saja berdering. Terdengar suara Ardhan, asisten yang membantu pekerjaanku mengingatkan jadwal meeting sore ini. Posisiku saat ini adalah direktur pemasaran yang langsung diawasi oleh papa sebagai direktur utama. “Dhan, tol
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-03
Baca selengkapnya

Aku Menginginkanmu

Buru-buru kubersihkan diri ini secermat mungkin. Tak boleh ada debu sedikit pun yang tersisa, harus sempurna, hingga tak sadar aku sampai menghabiskan waktu lebih setengah jam di kamar mandi. Saat aku keluar, Ira sudah ada di kamar dengan wajah ditekuk. “Kenapa?” tanyaku pura-pura tidak mengetahui kado yang tadi kutemukan.“Faza,” jawabnya cemberut.“Faza kenapa?”“Dibawa pulang mama sama papa, katanya kangen pengen ngelonin Faza,” curhat wanita itu membuat bahuku luruh. “Kita gak boleh ikut.”“Yah, padahal aku belum nyapa dia hari ini,” keluhku pula.“Kamu sih, mandi kelamaan,” omel Ira seraya melangkahkan kaki menuju kamar mandi. “Tumben-tumbenan.”“Kan persiapan buat nanti malam,” sahutku seraya menyunggingkan senyum, tak mampu lagi menyembunyikan antusiasme.“Nanti malam mau ngapain?” Dahi Ira menger
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-03
Baca selengkapnya

Gombalan Istriku

“Boleh ‘kan? Aku menginginkanmu, Sayang,” jujurku dengan degup jantung bergemuruh, menunggu jawaban Ira yang tak kunjung terucap.Apa ia masih ragu padaku? Apa ia masih belum bisa menerimaku setelah tubuh ini pernah dinikmati oleh wanita lain? Mungkinkah Ira seidealis itu, padahal kini aku hanyalah miliknya? Bergemingnya wanita itu membuatku semakin bertanya-tanya. Namun, hati ini sangat yakin jika Ira tak akan seperti itu. Kenapa? Karena jika ia keberatan, pasti akan memilih berpisah dariku walau ada Faza di antara kami. Meskipun Ira juga kerap kali tidak peka pada orang lain, tapi ia adalah tipe perempuan yang tahu apa yang dirinya inginkan. Apa pun risikonya, akan ia hadapi. Ya, aku yakin ini hanya masalah waktu dan kesiapan Ira saja. “Aku lapar, makan malam dulu,” ujarnya melepas kaitan jemarinya di balik leherku. “Sebentar lagi Isya terus kita salat, baru setelah itu kita bicarakan lagi keinginanm
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status