Semua Bab Zahira (Bukan Inginku Jadi Madu): Bab 21 - Bab 30

88 Bab

Jangan Sebut Namanya

“Kamu bahkan belum lihat bener-bener, sudah harus dibersihkan?” protes Farhan.Kakiku berhenti di depan pintu kamar mandi lalu berbalik dan menatap ke arah ranjang selama beberapa detik. Setelah itu kembali kuarahkan pandangan pada Farhan yang tampak mengernyit.“Aku sudah lihat, jadi sudah bisa dibersihkan ‘kan?” tanyaku.“Gitu doang?”“Terus?”Pria itu berdecak seraya berjalan ke arah ranjang dan duduk di pinggirnya tanpa menyentuh dekorasi yang pihak resort buat.“Dasar gak romantis,” keluh Farhan terdengar kesal.“Kamu kira ini beneran bulan madu?” tanyaku tak percaya.“Iyalah, dari awal sudah aku kasih tahu ‘kan?” Farhan balik bertanya dan kini giliranku yang berdecak.“Nikah ada batas waktunya aja sok-sokan pakai bulan madu segala,” gerutuku tanpa menimpali seraya bergegas masuk ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-06
Baca selengkapnya

Menjadi Imam

Debur ombak di luar resort yang menghadap pantai itu menjadi musik alam yang mengantarkan kami ke alam bawah sadar. Sepanjang malam pria itu memelukku dalam berbagai posisi. Kebiasaan inilah yang baru kutahu akhir-akhir ini, karena baru menyaksikannya. Tak terdengar azan Subuh dari tempat ini, tetapi alarm di ponsel mampu membangunkanku. Pinggangku terasa berat dan pelan-pelan kupindahkan lengan Farhan. Langit di luar masih gelap, sehingga kubiarkan saja pria itu melanjutkan tidurnya sebentar lagi. Ia baru kubangunkan setelah selesai membersihkan diri dan berwudu. Namun, bukannya bangun Farhan justru menarikku hingga kembali jatuh ke ke atas ranjang. Bibirku memekik, memberikan protes sembari memukul ringan bahunya.“Wuduku batal, Han! Ah, Kamu sembarangan aja narik-narik lengan orang!” protesku keras hingga benar-benar membangunkannya.Pria itu bergegas duduk sembari mengucek matanya. “Maaf, kukira kamu,-&
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya

Perhatian Farhan

Pekerjaanku adalah membuat strategi iklan yang akan ditayangkan, khususnya di media sosial. Karena itulah saat proses pengambilan gambar aku lebih banyak hanya menonton saja. Namun, tetap harus memperhatikan detail segala sisi produk yang kami iklankan. Siapa tahu ada yang perlu di revisi dari rencana awal.Di bagian haluan kapal syuting sedang berlangsung. Dua model tengah berpose di depan kamera sesuai dengan skenario yang telah dibuat oleh tim. Matahari di laut Labuan Bajo tengah terik-teriknya, sangat mendukung untuk iklan produk body serum yang mengandung tabir surya. Kulit para model yang telah diaplikasikan body serum terlihar bersinar di bawah terik matahari dan tak tampak terbakar.Mataku secara jeli menyaksikan proses syuting dari bawah atap yang terlindungi panas secara langsung. Sesekali kuteguk es lemon yang asam sekaligus menyegarkan. Beberapa hari ini aku suka makanan asam. Apa karena efek kehamilan?“Nih, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya

Tentang Hari 'Itu'

“Kenapa? Mau makan?” tanya pria itu terdengar perhatian.Namun, aku menggeleng. Baru satu jam lalu aku ngemil tumbek, jajanan khas Lombok yang terbuat dari ketan, sehingga masih belum terlalu lapar. Pandanganku kini terpaku pada para kru yang tengah beristirat sembari menikmati minuman serta makan siangnya.“Apa Kamu sudah tahu bagaimana waktu itu kita bisa mengonsumsi obat laknat itu?” tanyaku menerawang.Farhan bergeming tak segera menjawab. Jika dihitung, sudah kurang lebih tiga bulan pasca kecelakaan memalukan itu terjadi. Belum pernah kutahu alasan bagaimana obat itu bisa sampai ke meja kami. Apakah itu disengaja atau tidak, aku tidak tahu. Bukan tidak ingin menyelidiki, hanya saja aku tidak punya keberanian untuk melakukannya. Bayangan kegilaan kami pun terus berkelindan, hingga urung aku mencari jawaban.“Pramusaji salah memberikan pesanan,” jawab Farhan setelah beberapa saat terdiam.Jawaban
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya

Rasa Penyesalan

“Yakin cuma begitu doang bisa dingin dan lega?” Farhan memicingkan mata.“Mungkin Kamu saja yang sulit, karena sudah tahu rasanya. Aku ‘kan sebelumnya belum pernah, gak akan semenggebu itu,” gerutuku.“Gak sesimple itu, Zahira,” tegur pria itu sambil kembali menyentil dahiku. Kebiasaan. “Meskipun belum pernah, tapi Kamu punya naluri alamiah.”Sekali lagi aku mendengkus. Benar, aku tak memiliki pengalaman, sehingga tak memiliki referensi untuk mengukuhkan pendapatku. Lagipula aku juga tak bisa membantah mengenai naluri alamiah tersebut. Meski sampai saat ini belum pernah melakukannya lagi, tapi jujur rasa ingin itu terkadang juga hadir. Terlebih ketika disuguhi nyanyian merdu Nayla dari kamar sebelah yang seolah tak pernah berhenti. Bukan cemburu, tubuhku hanya membutuhkan. Untung saja aku masih bisa dengan mudah mengendalikan diri.“Gak mau nyobain lagi? Mumpung gak ada yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Ancaman Farhan

Proses syuting pembuatan iklan sesungguhnya hanya berlangsung selama empat hari. Namun, kami baru pulang setelah satu minggu meninggalkan rumah.Farhan memaksaku untuk berlibur sebentar, mumpung kami sudah ada di luar, karena begitu kembali ke rumah kesempatan seperti ini akan sulit untuk didapatkan.Tentu saja aku menolak pada awalnya, karena ini sudah melanggar perjanjianku dengan Nayla yang melarangku dekat dengan suaminya. Namun, Farhan meyakinkan jika tak akan ada hal buruk yang mungkin terjadi. “Aku pergi karena pekerjaan dan dia gak mau tahu detail kerjaanku. Kalaupun kita nambah hari di sini, dia bakal ngira kita masih kerja.” Farhan beralasan.“Jadi, Kamu memanfaatkan kepercayaan yang dia berikan?” tanyaku agak tak percaya.“Apa salahnya, sih, aku ngajakin istri sendiri liburan sebentar?”“Salahnya adalah Kamu ngajakinnya diem-diem, gak izin dia, gak ngajakin dia juga,” jelasku.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Gangguan Berkedok Ngidam

Keinginan menjadi egois itu sejatinya hanyalah celetukan yang dalam kondisi normal tak akan kulakukan. Siapa juga yang mau memperumit keadaan? Bisa-bisa rumah terasa seperti neraka jika aku dan Nayla sama egoisnya.Namun, seiring dengan bertambahnya usia janin dalam kandungan, semakin sulit aku mengontrol emosi dalam diri. Belum lagi setelah sindrom pagi hari itu muncul, aku seperti tidak mengenali diri sendiri. Tingkahku benar-benar di luar kebiasaan dan sebenarnya itu cukup mengejutkan.“Han! Farhan!”Kupanggil berulang kali namanya sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar yang tertutup. Dari dalam sana kembali kudengar nyanyian menjelang Subuh Nayla yang terdengar nyaring.Sayangnya aku tak peduli dan terus mengetuk pintu kamar mereka. Empatiku entah menguap ke mana. Biar saja, siapa suruh mereka selalu pamer suara setiap hari? Padahal Farhan sudah berjanji akan meminta Nayla mengurangi volume suaranya. Namun, kenyataannya sama sekali tidak berk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Pagi yang Panas

“Kamu seperti orang lain, Ra! Benarkah karena ngidam sikap seseorang bisa sangat berubah?” tanya Farhan keberatan menuruti setiap rengekanku.“Kalian yang ingin aku hamil, anggap saja ngidamku adalah ngidamnya Nayla,” balasku tak acuh seraya menyesap teh hangat buatan Farhan. “Gak mau anak ini merasa terabaikan dan berakhir ileran ‘kan?”Salah sendiri menjebak orang yang sudah menawarkan diri untuk menghilang. Sekarang, nikmatilah kemanjaan anak kalian yang diungkapkan melalui tubuhku. Hitung-hitung juga sedikit balasan atas kekesalanku pada kalian.“Teman-temanku hamil gak ada yang sampai kayak Mbak, manja banget dan nyusahin,” gerutu Nayla bersungut.“Kalau gitu hamil saja sendiri! Siapa tahu kalau anakmu ada rahim ibunya bisa jadi gak secaper ini,” timpalku dengan nada yang tak kalah sengak.“Tega Kamu, Mbak, ngomong kayak gitu ke perempuan yang sulit hamil?” Mata wani
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-09
Baca selengkapnya

Hardikan Nayla

“Puas, Mbak? Sejak Kamu hadir, gak pernah ada ketenangan di rumah ini.” Nayla mendengkus kesal. Tatapannya begitu tajam dengan napas yang tampak berat.“Aku sudah menawarkan diri menjauh, tapi Kamu sendiri yang membawaku ke sini. Lalu saat keadaan semakin rumit, Kamu malah menyalahkanku? Wow!” seruku menyahut diakhiri dengan senyum miring serta tepuk tangan penuh apresiasi.“Terus siapa yang bisa disalahkan kalau bukan Mbak Zahira? Perjanjian kita adalah Mbak hanya meminjamkan rahim, bukan menggerogoti rumah tanggaku dan Mas Farhan!” cecar wanita yang masih memakai gaun tidurnya tersebut.Kuhela napas panjang seraya menatap maduku itu dengan nanar. Hampir saja mulutku menjawab dengan kata-kata yang bisa menyinggungnya semakin jauh, tetapi rasa kasihan mampu menghalangi.“Kamu pikir menitipkan embrio ke rahimku sama seperti menitipkan uang ke bandar arisan? Setelah di taruh tinggal nunggu undian, gitu? Enggak, Nay!
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-09
Baca selengkapnya

Banyak yang Harus Kita Omongin

“Anak pertama, ya, Mbak?” tanya perempuan di hadapanku yang segera kuangguki. “Wah, masih ingat banget rasanya waktu pertama kali si dedek gerak. Saya sampai nangis juga seperti Mbak saking senengnya. Gak nyangka kalau ada kehidupan di perut yang sekecil itu.” “Iya, Mbak, apalagi dulu kalau saya pas di rumah, ada suami. Dia sampai teriak-teriak saking senengnya,” sahut ibu-ibu yang ada di sampingku. Suami? Entah di mana pria itu saat ini. Tiba-tiba senyumku kembali memudar. Anak ini sejatinya hanya menumpang di rahimku, dia bukan milikku meski aku merasakan semua yang ibu hamil alami.  Perasaanku kembali campur aduk sepanjang perjalanan menuju kantor. Aku terharu merasakan adanya kehidupan di dalam tubuh ini. Namun, logikaku terus mengingatkan supaya aku tak menumbuhkan perasaan pada anak yang saat lahir nanti akan kutinggalkan, karena dia bukan milikku. Hanya saja, mendadak aku seperti tidak rela. Kugelengkan kepala sembari melangkah keluar pero
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status