Cepat aku turun dari tempat tidur. Keluar dari pintu kamar yang dibiarkan terbuka. Melangkah menuju ruang bermain dan melihat Arka yang sedang menangis.Lalu Arsa yang berdiri sambil mendekap erat kereta mainannya, dengan pandangan mendelik pada saudara kembarnya yang menangis.Aku menghampiri Arka. "Sayang, kenapa? Cup cup cup." Aku meraih tubuh Arka hingga berada di atas pangkuanku.Memeriksa barangkali dia terjatuh dan terluka. Namun, nyatanya tidak."Aca, Bu. Aca ... hu hu hu." Arka menangis sambil menyeka kedua netranya.Aku masih menenangkan Arka. Sampai kemudian Bu Aida tergopoh keluar dari mushola. "Kenapa, Arka? Kenapa?" tanyanya cemas juga khawatir."Kayaknya berebut mainan, Bu." Aku menebak.Bu Aida menghela napas berat. "Duh, oma kira kenapa. Arsa Sayang, sini sama Oma. Arsa jangan begitu sama abangnya, ya.""Ummh ... ni ainan Aca ma," jawab Arsa setelah berada dalam pangkuan Omanya."Aca harus berbagi sama Abang, ya. Gak boleh berebut, kasih pinjam abangnya kalau mau main
Read more