All Chapters of Naik Ranjang: Chapter 61 - Chapter 70

263 Chapters

Ch. 61

🌻POV Yuda.Arrahmaan.Allamalqur'anKhalaqal insanAllamahul bayaanAs-syamsu walqamaru bihusbaanWannajmu wasy-syajaru yasjudaanWassamaa'a rafa'ahaa wa wada'al miizaanAyat demi ayat aku lantunkan dengan fasih. Dengan mata terpejam, aku mengingat setiap sambungan ayat dari surah yang tengah kubacakan.Bukan hal mudah, tapi aku terus fokus dan fokus. Dalam keadaan memejam, ayat-ayat Al-Qur'an yang tengah kulafalkan seakan tergambar dengan jelas. Hingga aku bisa membacanya dengan baik dan berurut.Suasana saat ini terasa begitu khidmat. Membuatku bisa tetap fokus dan melantunkan bacaanku dengan benar.Setiap ayat terasa begitu lancar keluar dari bibirku.Kubacakan satu demi satu dengan hati dan perasaan yang tenang. Juga pikiran yang jernih dan terus terfokus.Tidak ada yang kupikirkan, selain ayat-ayat yang telah berhasil kuhafal dan kini terekam jelas di kepala.Bersama Bapak, dua hariku diisi dengan mendengar dan menghafal surah ini.Sampai lupa tidur, tapi Bapak tak henti menging
Read more

Ch. 62

"Bu Aida, saya senang sekali lho. Alhamdulillah kita kembali besanan ya, Bu.""Iya Bu Devi. Saya juga senang sekali. Akhirnya Yuda sama Hilma bersama lagi. Saya juga jadi tenang, karena si kembar ada dalam asuhan Hilma dan Ayahnya lagi. Ahh ... pokoknya saya senang dan lega, Bu Devi!"Aku hanya tersenyum mendengar kedua besan perempuan ini berbagi kebahagiaan di ruangan keluarga rumah Bu Devi.Sementara besan lelaki, menempati teras di depan sana.Hari sudah sore. Aku akan menginap satu hari di sini. Sebelum besok langsung kembali ke rumahku bersama Hilma dan tentunya kedua putraku. Karena Hilma belum membereskan perlengkapannya jika langsung pergi hari ini.Di ruangan keluarga saat ini. Hanya Hilma yang tidak ada. Tadi dia berpamitan ke kamarnya dulu. Tapi sudah hampir setengah jam, dia belum kembali. Sepertinya dia ingin aku menyusul ke dalam kamar."Bu, titip si kembar ya, aku mau ke kamar," pintaku kepada Ibuku."Aishhh, masih sore atuh Yud! Kamu gak sabaran, ini mertua kamu di si
Read more

Ch. 63

"Tidak masalah. Tapi, saat nanti kamu sudah bisa mencintaiku. Aku pastikan, kamu tidak akan menemukan jalan keluar untuk berhenti menikmati rasamu terhadapku."Hilma mendecih dan tertawa kecil. Mungkin, dia tidak yakin aku bisa membuatnya jatuh cinta padaku.Kita lihat saja. Jangan panggil aku Batara Yuda, jika tidak bisa membuat Hilma bertekuk lutut nanti."Sekarang lepas. Aku mau ke luar!" pintanya kembali menarik-narik tanganku. Tetapi tetap tidak aku lepaskan.Aku mengeratkan dekapan membuat punggung Hilma semakin melekat di dada. Menimbulkan debaran indah di sebaliknya.Aku menempelkan ujung dagu di pundak Hilma. Namun Hilma semakin menundukkan wajahnya seakan menghindariku.Kuulurkan tangan meraih dagunya. Mengarahkan wajah Hilma hingga terangkat dan kini tak lagi menunduk.Wajahnya menyamping. Sehingga sebelah pipinya yang dulu chubby dan kini tirus terlihat olehku.Hilma mengarahkan pandangannya lurus ke depan. "Yud ....""Hmm?""Apa kamu sudah melupakan almarhumah Khanza?" ta
Read more

Ch.64

🌻POV Yuda."C-cium?" Tergagap Hilma mengulang perintahku.Aku mengangguk cepat. "Iya. Cium."Hilma menggelengkan kepalanya. "Gak mau. Aku gak mau cium kamu."Aku mendecih lalu tertawa kecil. Lucu sekali melihat ekspresi Hilma saat ini. Lantas ku eratkan kembali tanganku melingkari pinggangnya."Ya sudah kalau gak mau gak papa. Kita jadi akan lebih lama seperti ini," ucapku hingga wajah ini terasa menempel di belakang pundaknya."Tapi aku mau ke luar." Hilma berontak dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku. Kedua bahunya bergerak-gerak tak mau diam."Ya sudah, sini aku yang cium kamu." Aku memberinya penawaran."Ishh, enggak. Gak ada cium cium." Hilma menolak cepat."Kalau gak mau juga artinya kamu emang maunya seperti ini terus," jawabku. "Yaa aku seneng seneng aja," sambungku seraya terkekeh pelan.Hilma mengerucutkan bibirnya. Aku tak kuasa menahan tawa yang akhirnya menyembur. "Ya sudah ya sudah. Kamu manyun gitu bikin aku makin gak kuat, tau gak?" ujarku sambil meredakan ta
Read more

Ch. 65

Aku tersenyum menyeringai. "Kamu gak tahu? Aku ini punya kekuatan bisa menembus dinding. Bimsalabim, wushhhhh!"Bibir Hilma sedikit terbuka mendengar jawabanku. Lalu menggeleng pelan. Keningnya bertaut dan terus melongokkan kepalanya pada daun pintu yang tertutup rapat.Hilma pasti sedang kebingungan.Menahan tawa, aku pun melewatinya. Ku jatuhkan tubuh setengah meloncat pada springbed di depanku. Hingga berada dalam posisi tengkurap dan wangi pengharum konsentrat dari sprei serta sarung bantal dan gulingnya menyebar di hidungku.Tanpa membalikkan posisi tubuhku. Aku dapat melihat, Hilma yang berjalan Ke arah pintu.Nampak ia meraba-raba hendel pintu dan kebingungan mencari-cari anak kunci yang tadi menggantung di pintu. Terlihat Hilma sedang memeriksa pintunya itu. Dia menekan nekan knop dari pintu yang terkunci dan tidak mungkin dapat dia buka.Aku hanya tertawa kecil karenanya.Lantas membalik badan hingga kini terlentang. Sementara Hilma masih betah berdiri di dekat pintu sana.P
Read more

Ch. 66

"Yud! Yuda!"Rasanya baru sekejap aku tertidur. Tapi bahuku sudah terasa diguncang dan dibangunkan."Yud. Bangun dulu!"Aku pun mengucek mata. Membuka mata dan ternyata Hilma yang membangunkan. Dia sudah duduk di bibir tempat tidur. Entah kapan, dia berhasil melepaskan tanganku yang memeluknya."Kenapa?" tanyaku parau."Mana kunci kamarnya? Aku mau ke luar." Hilma menengadahkan tangannya.Netraku yang belum terbuka sempurna pun menyipit. Mencari-cari jam dinding dan ternyata baru jam tiga dini hari."Mau ke mana? Ini baru jam tiga.""Mau ke mushola. Sini aja kuncinya. Kamu kalo mau lanjut tidur, ya lanjut aja. Tapi sini dulu kuncinya."Hilma pasti akan melaksanakan kebiasaan tahajudnya. Aku memang masih mengantuk, bahkan kini aku bangkit sambil menguap. Ku paksakan netraku agar segera membuka sepenuhnya. "Mana, sini?" Hilma menengadahkan telapak tangannya kembali di depanku.Aku pun menoleh. "Kita tahajud berjamaah, ya?" ajakku setelah kesadaranku terkumpul semua.Kening Hilma bertau
Read more

Ch. 67

Naik Ranjang🌻POV YudaPagi hari, aku menikmati sarapan pagi bersama kedua mertua, Hilma juga si kembar.Tidak ada lagi gengsi yang dulu ku junjung tinggi. Pagi ini, aku begitu menikmati makanan yang dibuat oleh Hilma ini.Begitu juga dengan orang tua Hilma, pun si kembar. Hanya Hilma yang nampak tidak berselera.Alas di piring nasinya hanya sedikit sekali. Itu pun belum juga habis. Kalah cepat olehku yang bahkan telah menambah sampai dua kali.Nasi goreng lengkap dengan krupuk, juga irisan timun. Aku makan sudah seperti tiga hari saja tidak makan. Tapi, sungguh, sarapan pagi ini memang terasa nikmat.Aku memang baru menyadari, jika Hilma pandai dalam mengolah makanan. Dulu aku kenyang dengan memakan gengsi, sekarang tidak lagi.Bapak mertua telah selesai lebih dulu. Lalu berpamitan ke luar dari ruang makan ini, untuk sekedar bersantai di teras.Lalu disusul Ibu Mertua yang beranjak dengan membawa si kembar, setelah menghabiskan sarapannya.Meninggalkanku berdua dengan Hilma saja di
Read more

Ch. 68

🌻POV Yuda*Malam hari, aku telah berada di rumahku kembali. Bersama Hilma dan tentunya kedua putraku.Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Aku pun kesulitan mendeskripsikannya. Saking berlipatnya rasa bahagia yang memenuhi hati ini.Seperti permintaan Hilma, usai magrib tadi, acara syukuran atas pernikahanku dan Hilma dengan mengundang anak-anak yatim, telah selesai dilaksanakan.Ibuku yang mengatur semuanya. Hingga acara syukuran itu bisa berlangsung dengan lancar. Sekarang, semuanya sudah pulang. Tinggal aku beserta keluarga kecilku di rumah ini.Si kembar sudah tidur di kamar. Sehingga tinggal aku bersama Hilma yang masih terjaga. Hilma di dapur tengah membereskan sisa-sisa acara tadi dan aku menungguinya. Lebih tepatnya, menjadi mandor.Namun, pekerjaan Hilma tak kunjung selesai. Arloji di tanganku, bahkan sudah berlalu tiga puluh menit. Sejak acara usai dan rumahku benar-benar sepi kembali. Ada saja yang Hilma kerjakan sejak tadi.Tapi kurasa, itu hanya akal-akalan dia s
Read more

Ch.69

🌻POV HilmaBerdiri menyandar di ambang pintu sambil mengawasi si kembar. Mereka sedang bermain si kulit bundar di taman rumah.Di dalam rumah, ada Bu Aida yang baru saja datang, dan sekarang tengah menikmati masakanku, karena tadi katanya beliau belum sempat sarapan.Yuda sudah berangkat bekerja. Tinggallah aku bertiga bersama Arka dan Arsa juga Bu Aida. Mertuaku itu seperti tidak kenal lelah. Baru semalam ia pulang dari sini, lalu pagi ini sudah kembali lagi karena rindu pada si kembar.Aku tidak menyangka, jika pernikahanku dan Azmi yang batal, dan justru aku akan kembali menikah dengan Ayah si kembar. Menjadi menantu dari Bu Aida dan Pak Candra kembali. Lalu berkumpul bersama si kembar lagi.Tidak menyangka sama sekali.Aku juga tidak menyangka, Yuda sembuh dari komanya dan sehat seperti sediakala.Dan, yang paling tidak kupahami adalah, Yuda yang mulai berubah.Tidak kulihat lagi Yuda yang angkuh dengan mulut berbisanya.Sejak dia menyatakan cintanya, aku hanya melihat Yuda yang
Read more

Ch. 70

Cepat aku turun dari tempat tidur. Keluar dari pintu kamar yang dibiarkan terbuka. Melangkah menuju ruang bermain dan melihat Arka yang sedang menangis.Lalu Arsa yang berdiri sambil mendekap erat kereta mainannya, dengan pandangan mendelik pada saudara kembarnya yang menangis.Aku menghampiri Arka. "Sayang, kenapa? Cup cup cup." Aku meraih tubuh Arka hingga berada di atas pangkuanku.Memeriksa barangkali dia terjatuh dan terluka. Namun, nyatanya tidak."Aca, Bu. Aca ... hu hu hu." Arka menangis sambil menyeka kedua netranya.Aku masih menenangkan Arka. Sampai kemudian Bu Aida tergopoh keluar dari mushola. "Kenapa, Arka? Kenapa?" tanyanya cemas juga khawatir."Kayaknya berebut mainan, Bu." Aku menebak.Bu Aida menghela napas berat. "Duh, oma kira kenapa. Arsa Sayang, sini sama Oma. Arsa jangan begitu sama abangnya, ya.""Ummh ... ni ainan Aca ma," jawab Arsa setelah berada dalam pangkuan Omanya."Aca harus berbagi sama Abang, ya. Gak boleh berebut, kasih pinjam abangnya kalau mau main
Read more
PREV
1
...
56789
...
27
DMCA.com Protection Status