Share

Ch. 62

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-19 09:38:09

"Bu Aida, saya senang sekali lho. Alhamdulillah kita kembali besanan ya, Bu."

"Iya Bu Devi. Saya juga senang sekali. Akhirnya Yuda sama Hilma bersama lagi. Saya juga jadi tenang, karena si kembar ada dalam asuhan Hilma dan Ayahnya lagi. Ahh ... pokoknya saya senang dan lega, Bu Devi!"

Aku hanya tersenyum mendengar kedua besan perempuan ini berbagi kebahagiaan di ruangan keluarga rumah Bu Devi.

Sementara besan lelaki, menempati teras di depan sana.

Hari sudah sore. Aku akan menginap satu hari di sini. Sebelum besok langsung kembali ke rumahku bersama Hilma dan tentunya kedua putraku. Karena Hilma belum membereskan perlengkapannya jika langsung pergi hari ini.

Di ruangan keluarga saat ini. Hanya Hilma yang tidak ada. Tadi dia berpamitan ke kamarnya dulu. Tapi sudah hampir setengah jam, dia belum kembali. Sepertinya dia ingin aku menyusul ke dalam kamar.

"Bu, titip si kembar ya, aku mau ke kamar," pintaku kepada Ibuku.

"Aishhh, masih sore atuh Yud! Kamu gak sabaran, ini mertua kamu di si
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Raudlatul Jannah
kun fayakun hilma Allah Maha segala-galanya, maha membolak-balikan hati manusia
goodnovel comment avatar
Kasmariah Kadir
lanjut thoorrr
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu jangan sombong Hilma sekarang Yuda yg ter gila2 padamu besok kmu yg lebuh bucin dr Yuda k aYuda g mau berjauhan lengket terus kaya perang ko
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Naik Ranjang   Ch. 63

    "Tidak masalah. Tapi, saat nanti kamu sudah bisa mencintaiku. Aku pastikan, kamu tidak akan menemukan jalan keluar untuk berhenti menikmati rasamu terhadapku."Hilma mendecih dan tertawa kecil. Mungkin, dia tidak yakin aku bisa membuatnya jatuh cinta padaku.Kita lihat saja. Jangan panggil aku Batara Yuda, jika tidak bisa membuat Hilma bertekuk lutut nanti."Sekarang lepas. Aku mau ke luar!" pintanya kembali menarik-narik tanganku. Tetapi tetap tidak aku lepaskan.Aku mengeratkan dekapan membuat punggung Hilma semakin melekat di dada. Menimbulkan debaran indah di sebaliknya.Aku menempelkan ujung dagu di pundak Hilma. Namun Hilma semakin menundukkan wajahnya seakan menghindariku.Kuulurkan tangan meraih dagunya. Mengarahkan wajah Hilma hingga terangkat dan kini tak lagi menunduk.Wajahnya menyamping. Sehingga sebelah pipinya yang dulu chubby dan kini tirus terlihat olehku.Hilma mengarahkan pandangannya lurus ke depan. "Yud ....""Hmm?""Apa kamu sudah melupakan almarhumah Khanza?" ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Naik Ranjang   Ch.64

    🌻POV Yuda."C-cium?" Tergagap Hilma mengulang perintahku.Aku mengangguk cepat. "Iya. Cium."Hilma menggelengkan kepalanya. "Gak mau. Aku gak mau cium kamu."Aku mendecih lalu tertawa kecil. Lucu sekali melihat ekspresi Hilma saat ini. Lantas ku eratkan kembali tanganku melingkari pinggangnya."Ya sudah kalau gak mau gak papa. Kita jadi akan lebih lama seperti ini," ucapku hingga wajah ini terasa menempel di belakang pundaknya."Tapi aku mau ke luar." Hilma berontak dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku. Kedua bahunya bergerak-gerak tak mau diam."Ya sudah, sini aku yang cium kamu." Aku memberinya penawaran."Ishh, enggak. Gak ada cium cium." Hilma menolak cepat."Kalau gak mau juga artinya kamu emang maunya seperti ini terus," jawabku. "Yaa aku seneng seneng aja," sambungku seraya terkekeh pelan.Hilma mengerucutkan bibirnya. Aku tak kuasa menahan tawa yang akhirnya menyembur. "Ya sudah ya sudah. Kamu manyun gitu bikin aku makin gak kuat, tau gak?" ujarku sambil meredakan ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch. 65

    Aku tersenyum menyeringai. "Kamu gak tahu? Aku ini punya kekuatan bisa menembus dinding. Bimsalabim, wushhhhh!"Bibir Hilma sedikit terbuka mendengar jawabanku. Lalu menggeleng pelan. Keningnya bertaut dan terus melongokkan kepalanya pada daun pintu yang tertutup rapat.Hilma pasti sedang kebingungan.Menahan tawa, aku pun melewatinya. Ku jatuhkan tubuh setengah meloncat pada springbed di depanku. Hingga berada dalam posisi tengkurap dan wangi pengharum konsentrat dari sprei serta sarung bantal dan gulingnya menyebar di hidungku.Tanpa membalikkan posisi tubuhku. Aku dapat melihat, Hilma yang berjalan Ke arah pintu.Nampak ia meraba-raba hendel pintu dan kebingungan mencari-cari anak kunci yang tadi menggantung di pintu. Terlihat Hilma sedang memeriksa pintunya itu. Dia menekan nekan knop dari pintu yang terkunci dan tidak mungkin dapat dia buka.Aku hanya tertawa kecil karenanya.Lantas membalik badan hingga kini terlentang. Sementara Hilma masih betah berdiri di dekat pintu sana.P

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch. 66

    "Yud! Yuda!"Rasanya baru sekejap aku tertidur. Tapi bahuku sudah terasa diguncang dan dibangunkan."Yud. Bangun dulu!"Aku pun mengucek mata. Membuka mata dan ternyata Hilma yang membangunkan. Dia sudah duduk di bibir tempat tidur. Entah kapan, dia berhasil melepaskan tanganku yang memeluknya."Kenapa?" tanyaku parau."Mana kunci kamarnya? Aku mau ke luar." Hilma menengadahkan tangannya.Netraku yang belum terbuka sempurna pun menyipit. Mencari-cari jam dinding dan ternyata baru jam tiga dini hari."Mau ke mana? Ini baru jam tiga.""Mau ke mushola. Sini aja kuncinya. Kamu kalo mau lanjut tidur, ya lanjut aja. Tapi sini dulu kuncinya."Hilma pasti akan melaksanakan kebiasaan tahajudnya. Aku memang masih mengantuk, bahkan kini aku bangkit sambil menguap. Ku paksakan netraku agar segera membuka sepenuhnya. "Mana, sini?" Hilma menengadahkan telapak tangannya kembali di depanku.Aku pun menoleh. "Kita tahajud berjamaah, ya?" ajakku setelah kesadaranku terkumpul semua.Kening Hilma bertau

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch. 67

    Naik Ranjang🌻POV YudaPagi hari, aku menikmati sarapan pagi bersama kedua mertua, Hilma juga si kembar.Tidak ada lagi gengsi yang dulu ku junjung tinggi. Pagi ini, aku begitu menikmati makanan yang dibuat oleh Hilma ini.Begitu juga dengan orang tua Hilma, pun si kembar. Hanya Hilma yang nampak tidak berselera.Alas di piring nasinya hanya sedikit sekali. Itu pun belum juga habis. Kalah cepat olehku yang bahkan telah menambah sampai dua kali.Nasi goreng lengkap dengan krupuk, juga irisan timun. Aku makan sudah seperti tiga hari saja tidak makan. Tapi, sungguh, sarapan pagi ini memang terasa nikmat.Aku memang baru menyadari, jika Hilma pandai dalam mengolah makanan. Dulu aku kenyang dengan memakan gengsi, sekarang tidak lagi.Bapak mertua telah selesai lebih dulu. Lalu berpamitan ke luar dari ruang makan ini, untuk sekedar bersantai di teras.Lalu disusul Ibu Mertua yang beranjak dengan membawa si kembar, setelah menghabiskan sarapannya.Meninggalkanku berdua dengan Hilma saja di

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch. 68

    🌻POV Yuda*Malam hari, aku telah berada di rumahku kembali. Bersama Hilma dan tentunya kedua putraku.Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Aku pun kesulitan mendeskripsikannya. Saking berlipatnya rasa bahagia yang memenuhi hati ini.Seperti permintaan Hilma, usai magrib tadi, acara syukuran atas pernikahanku dan Hilma dengan mengundang anak-anak yatim, telah selesai dilaksanakan.Ibuku yang mengatur semuanya. Hingga acara syukuran itu bisa berlangsung dengan lancar. Sekarang, semuanya sudah pulang. Tinggal aku beserta keluarga kecilku di rumah ini.Si kembar sudah tidur di kamar. Sehingga tinggal aku bersama Hilma yang masih terjaga. Hilma di dapur tengah membereskan sisa-sisa acara tadi dan aku menungguinya. Lebih tepatnya, menjadi mandor.Namun, pekerjaan Hilma tak kunjung selesai. Arloji di tanganku, bahkan sudah berlalu tiga puluh menit. Sejak acara usai dan rumahku benar-benar sepi kembali. Ada saja yang Hilma kerjakan sejak tadi.Tapi kurasa, itu hanya akal-akalan dia s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch.69

    🌻POV HilmaBerdiri menyandar di ambang pintu sambil mengawasi si kembar. Mereka sedang bermain si kulit bundar di taman rumah.Di dalam rumah, ada Bu Aida yang baru saja datang, dan sekarang tengah menikmati masakanku, karena tadi katanya beliau belum sempat sarapan.Yuda sudah berangkat bekerja. Tinggallah aku bertiga bersama Arka dan Arsa juga Bu Aida. Mertuaku itu seperti tidak kenal lelah. Baru semalam ia pulang dari sini, lalu pagi ini sudah kembali lagi karena rindu pada si kembar.Aku tidak menyangka, jika pernikahanku dan Azmi yang batal, dan justru aku akan kembali menikah dengan Ayah si kembar. Menjadi menantu dari Bu Aida dan Pak Candra kembali. Lalu berkumpul bersama si kembar lagi.Tidak menyangka sama sekali.Aku juga tidak menyangka, Yuda sembuh dari komanya dan sehat seperti sediakala.Dan, yang paling tidak kupahami adalah, Yuda yang mulai berubah.Tidak kulihat lagi Yuda yang angkuh dengan mulut berbisanya.Sejak dia menyatakan cintanya, aku hanya melihat Yuda yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Naik Ranjang   Ch. 70

    Cepat aku turun dari tempat tidur. Keluar dari pintu kamar yang dibiarkan terbuka. Melangkah menuju ruang bermain dan melihat Arka yang sedang menangis.Lalu Arsa yang berdiri sambil mendekap erat kereta mainannya, dengan pandangan mendelik pada saudara kembarnya yang menangis.Aku menghampiri Arka. "Sayang, kenapa? Cup cup cup." Aku meraih tubuh Arka hingga berada di atas pangkuanku.Memeriksa barangkali dia terjatuh dan terluka. Namun, nyatanya tidak."Aca, Bu. Aca ... hu hu hu." Arka menangis sambil menyeka kedua netranya.Aku masih menenangkan Arka. Sampai kemudian Bu Aida tergopoh keluar dari mushola. "Kenapa, Arka? Kenapa?" tanyanya cemas juga khawatir."Kayaknya berebut mainan, Bu." Aku menebak.Bu Aida menghela napas berat. "Duh, oma kira kenapa. Arsa Sayang, sini sama Oma. Arsa jangan begitu sama abangnya, ya.""Ummh ... ni ainan Aca ma," jawab Arsa setelah berada dalam pangkuan Omanya."Aca harus berbagi sama Abang, ya. Gak boleh berebut, kasih pinjam abangnya kalau mau main

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20

Bab terbaru

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status