All Chapters of Atasanku, Suami Keduaku: Chapter 71 - Chapter 80
202 Chapters
ASK-071
Indah merasa dirinya hampir mati rasa. Air mata yang ia kira akan keluar tanpa henti saat papanya meninggal nyatanya tidak seperti dugaannya itu. Indah tidak menangis. Ia menatap wajah pria penjaganya itu dengan sorot muram.“Papa …. Sampaikan ke Mama kalau Indah baik-baik aja. Indah pasti kuat karena Indah punya Alif. Kami berdua pasti mampu melewati semua ujian ini.” Indah sempat membisikkan kata-kata terakhir saat melihat papanya di turunkan ke dalam tanah. “Maaf karena Indah nggak bisa bawa Alif.”“Kalau Indah capek … Jangan lupa pesan Papa. Hidup itu cukup sehari demi sehari. Enggak perlu dipikirkan setahun sekaligus. Hari ini aja dulu. Besok lain lagi. Setiap pagi Tuhan selalu memberi hari baru. Kesempatan baru datang setiap pagi.”Pesan-pesan yang sering diucapkan papanya, menggema berulang di kepala Indah. Sampai-sampai suara kesibukan orang-orang yang sedang membereskan pemakaman tak terdengar di telinganya. Indah memandang kesibukan di depannya dengan sorot mata penuh kekoso
Read more
ASK-072
Bagi Indah … Arsya itu ada benarnya kalau disebut sebagai kakak laki-laki. Dalam sebentuk keluarga kecil yang diberikan pria itu padanya dan Alif, Arsya hadir sebagai pencari nafkah, pelindung dan pembuat keputusan. Sudah lama sekali ia merasa dirinya adalah garda paling depan untuk dirinya sendiri. Bahkan sejak Alif belum terlahir ke dunia. Sejak masuk ke keluarga Subianto, Indah bisa merasa lebih tenang untuk banyak hal. Gaji yang diterimanya sebagai asisten sekretaris hampir tidak tersentuh karena semua kebutuhannya sudah tersedia. Kamar Arsya yang dijadikan kamar pengantin mereka beberapa waktu lalu sudah berisi segala macam perlengkapan dengan merek yang sama dengan yang ia pakai. Disertai beberapa tambahan produk yang seakan membujuknya untuk mencoba merek perawatan baru. Sedangkan untuk kebutuhan Alif, Arsya menggantikan Indah mendengar semua hasil pemeriksaan dokter. Indah merasa sangat terbantu karena Arsya bisa menyederhanakan semua hal untuk ia dan Alif. karena merasa ada
Read more
ASK-073
Indah lupa memejamkan mata karena apa. Yang jelas saat itu Arsya melepaskan pelukan dan menangkup wajahnya. Pandangan mereka bersirobok lalu ia merasa telapak tangan Arsya terlalu lebar untuk wajahnya yang mungil. Sehingga telapak tangan itu dengan cepat menyebarkan kehangatan di kedua pipinya. Kehangatan itu bagai sebuah sihir yang menenangkan hati. Membuat darahnya berdesir dan jantungnya berdetak terlalu cepat. Ternyata tubuh Arsya yang disangkanya asing lebih mudah menjalin pertemanan dengannya. Indah mendongak cukup lama. Sadar karena Arsya sedang ingin memuaskan diri memandang tiap sudut wajahnya. Sampai ketika ia merasakan bibirnya dilumat dengan lembut oleh bibir hangat dan manis yang dengan sabar mengajarinya cara menikmati ciuman itu. Indah terbuai. Membalas ciuman Arsya satu persatu sambil membayangkan sosok PresDir yang pertama kali dilihatnya di hari pertama bekerja. Sikap tubuh Arsya sangat tenang, ekspresinya santai dan terlihat amat cerdas. Sangat pas dengan gambaran
Read more
ASK-074
Hitungan menit saja rasanya Indah sudah belajar banyak dari Arsya. Pelan-pelan dan tidak terburu-buru, Indah meniru cara Arsya menikmati bagaimana tangannya membelai garis lurus kancing di dada pria itu. Sambil terus membuka pengaitnya, Indah lalu mendongak dan tak sampai lewat dua detik Arsya kembali melumat bibirnya. Ciuman itu sangat memabukkan tapi mampu membuat jemarinya bergerak semakin cepat. Kini tangannya sudah selesai membuka kancing terakhir kemeja Arsya dan sepasang telapak tangannya kemudian mendarat di dada Arsya yang memiliki rambut-rambut halus. Ia membelainya dengan pelan dan lembut. Merasakan kehangatan kulit Arsya dengan telapak tangannya. Sampai ia mengerang karena kenikmatan kecil menghantamnya. Jemari Arsya baru saja membuat gerakan intim di puncak dadanya. Yang membuat ia menggeliat gelisah. Ia lalu melepaskan ciuman dan membuka mata. Mengerling bagian atas tubuhnya yang sudah telanjang dan menekan dada Arsya. Arsya mengulas senyuman. Lalu kemudian mengecup l
Read more
ASK-075
Perasaan Indah saat itu yang paling jelas adalah lengket dan lembab. Selebihnya adalah rasa kantuk dan kepuasan dahsyat yang sepertinya baru kali itu ia rasakan.Indah pasti sudah tertidur kalau Arsya tidak mengajaknya berbicara. Tangannya meringkuk lemah di depan dada pria itu sambil sesekali mengusap rambut halusnya. Matanya semakin meredup karena usapan Arsya di punggung telanjangnya terasa amat melenakan.“Jadi Indah memang lahir dan besar di sini?” Arsya menyeret telapak tangannya dari bagian atas tengkuk terus turun sampai ke pangkal bokong Indah. Lalu satu jari telunjuknya berputar-putar di tengah, tepat di pangkal bokong Indah itu.Indah mengangguk. “Benar-benar asli penduduk sini. Papa orang lama yang bawa Mama untuk tinggal di sini. Makanya kemarin yang ikut ke pemakaman Papa cukup ramai. Semua bilang nggak nyangka karena Papa sakit nggak lama.” Indah memejamkan matanya sebentar karena tangan Arsya kembali membelai punggungnya. Beberapa keping rasa penasarannya siap bagian t
Read more
ASK-076
“Ini mau apa?” Indah ikut tertawa lemah karena melihat Arsya tertawa malu-malu. Tak biasanya sikap Arsya yang percaya diri dalam hal apa pun sekarang malah bicara dengan nada tak yakin seperti itu. Arsya meminta dirinya disentuh dan dibelai. Pria itu memang malu-malu mengutarakannya tapi maksudnya sangat jelas. Mungkin bukan ingin menunjukkan seberapa besar kedahsyatan tenaganya tapi keinginan untuk disadari dan diakui kepemilikannya. Indah mengulum senyum seraya meletakkan tangannya ke pinggang Arsya yang masih telanjang. Tangannya berdiam beberapa lama di sana. “Aku mau ke kamar mandi, Bang,” bisik Indah. Sadar hari semakin larut malam dan ia sudah sangat luar biasa lelah selama beberapa hari belakangan, yang bisa ia lakukan untuk menenangkan Arsya adalah mengajaknya ke kamar mandi. Biasanya Alif yang susah tidur akan kembali ia seka sekujur tubuhnya dengan air hangat dan mengganti semua pakaiannya. Saat Alif sudah kembali kering dan bersih, biasanya Alif akan tertidur tak lama k
Read more
ASK-077
Kalau bukan karena Indah yang sedang berdiri di antara ia dan saudara papanya, Arsya pasti akan meledak dalam tawa saat mendengar hal yang ingin dibicarakan adalah soal harta peninggalan saudara mereka yang kuburannya masih basah.Menurutnya sebelum membicarakan soal harta, harusnya para paman dan bibi itu membicarakan soal moral dan malu pada keponakan mereka.“Apa suami Indah bisa meninggalkan kita berempat aja? Saat ini Om juga nggak ditemani anak-istri. Biar adil kita tidak usah memasukkan orang luar ke dalam pembicaraan keluarga kita.” Halim bicara sambil melemparkan tatapan tidak enak ke arah Arsya.Indah yang masih berdiri bersama Arsya cepat-cepat menggeleng. Ia memeluk lengan Arsya dan membawanya ke sebuah kursi tunggal yang biasa ditempati Pak Hadi. “Enggak bisa, Om. Papa udah nggak ada dan Bang Asa adalah orang yang mewakili semua urusan Indah. Lagipula nanti Om pasti mengerti alasan Bang Asa untuk tetap di sini.” Setelah memastikan Arsya menempati kursinya, Indah pergi ke
Read more
ASK-078
Melihat tawa riang Laras usai melahirkan, juga sambutan hangat keluarga terhadap bayi sehat yang baru dilahirkan Laras membuat Indah ikut bahagia sekaligus berkecil hati. Keadaan ia dan Laras amat sangat jauh berbeda kala itu. Adit suami Laras selalu siap sedia di dekatnya. Laras menyusui bayinya dengan perasaan suka cita tanpa air mata yang jatuh berkali-kali tiap memangku bayinya. Bagaimana mungkin ia bisa melahirkan bayi sehat seperti itu? Alif saja sudah lebih dari cukup untuknya. “Cucu Ibu cantik banget, kan?” Bu Della memuji bayi Laras berkali-kali. “Kalau Papi Mami Adit nggak bisa langsung ke sini, nggak apa-apa. Nanti di Jakarta pasti ketemu. Lewat tiga hari Laras pasti pulang ke Jakarta. Sekarang kita menginap di hotel dekat rumah sakit aja. Ibu juga mau ketemu si cantik ini setiap hari.” Bu Della tak melepaskan bayi Laras barang sekejab pun. Indah ikut tersenyum memandang wajah putri Laras yang memang rupawan. Kecil mungil dan wajahnya manis. Meski begitu ia tidak berani
Read more
ASK-079
“Kayaknya aku nggak sanggup kalau begini terus, Ca. Aku perlu santai selonjoran di rumah. Badanku lemas dan aku sama sekali nggak bisa makan nasi. Aku takut bayi kita bakal kekurangan gizi.” Mayang menangis tersedu-sedu dengan pakaian kantornya di pagi hari.“Ya, udah. Kamu resign aja. Tapi kalau kamu resign, kamu harus siap untuk kita hidup pas-pasan sesuai pendapatan aku. Jangan menuntut macam-macam. Kalau kamu resign berat kemungkinan buat kita ngikutin standar hidup yang udah dari dulu kamu tetapkan. Kita berangkat sekarang,” ajak Panca di depan pintu.Mayang yang wajahnya sangat pucat menutup mulut dengan sapu tangan dan melangkah mengikuti Panca untuk masuk ke mobilnya. “Bulan depan aku resign. Aku janji bakal jadi ibu rumah tangga yang baik untuk kamu. Aku bakal masak setiap hari dan mengurus rumah dengan sebaik-baiknya.” Mayang mencondongkan tubuhnya ke arah Panca dan mengecup pipinya.“Kita jenguk Mama dulu, ya. Sore ini Mama dapat penangguhan penahanan karena bisa membayar s
Read more
ASK-080
Sebegitu tiba di Jakarta kemarin, Indah langsung menyambangi rumah sakit untuk menjenguk Alif yang sudah beberapa hari tidak ia temui. Selama beberapa waktu lamanya Indah berkurung dalam tirai dan mencoba menyusui Alif. Awalnya bayi itu menolak dengan merengek, namun rupa-rupanya penolakan Alif itu wujud protesnya karena ditinggal selama beberapa hari. Alif menyembunyikan wajah dalam pelukan Indah dan berdiam beberapa lama sebelum mau memandang ibunya lagi. “Alif cinta Mama …. Maaf kalau Mama kemarin nggak ngajak Alif. Mama lagi bingung dan sedih karena ditinggal Opa. Maaf karena nggak sempat ngajakin Alif lihat Opa untuk terakhir kali. Alif harus konsentrasi buat operasi yang udah di depan mata. Dokter bilang … Alif udah mencukupi syarat buat operasi. Mama bahagia. Salah satu dari doa-doa Mama bakal terjawab minggu depan.” Indah merasa tubuh Alif yang sejak tadi kaku menyembunyikan wajah di bawah lengannya, perlahan mengendur dan bayi itu memandangnya dengan raut polos dan lucu. I
Read more
PREV
1
...
678910
...
21
DMCA.com Protection Status