"Aku nggak mau anak ini dites DNA," ujarku lagi mengulang dan memperjelas ungkapan tadi."Kamu sudah tahu soaaal ...." Dokter Risa menggantung ucapannya dengan tatapan yang sendu.Aku mengangguk pelan."Kamu sendiri nggak mau tahu itu anak siapa?" tanya Dokter Risa lagi."Yang pasti dia anakku, 'kan?" Aku tersenyum getir dan merendahkan pandangan. Dada ini rasanya menjadi sempit, ya Allah ....Dengan ragu-ragu dokter cantik itu pun menarik kedua ujung bibirnya. "Ya, kamu benar ...." Ia mengangguk pelan."Kalau anak ini lahir dan dia perempuan, baru nanti boleh dites. Tapi, kalau lelaki tidak perlu," tambahku."Begitu?" sahut Dokter Risa.Aku mengangguk."Karena kelak ia butuh wali untuk menikah?" Dokter Risa memahami hal itu. Aku kembali mengangguk."Kalau laki-laki pun 'kan, ia berhak tahu ayahnya." Dokter Risa menatapku lekat."Biar saja. Aku tidak peduli, Dok," sahutku sembari menarik napas berusaha melegakan dada yang kian menyempit dan mengembuskannya perlahan."Oke," lirih Dokt
Terakhir Diperbarui : 2023-05-05 Baca selengkapnya