Home / Romansa / Sang Primadona Rumah Bordil / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Sang Primadona Rumah Bordil: Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

Berita Besar

“Benar lagi datang bulan?” Gaza bertanya begitu Olan meninggalkan keduanya. “Kamu itu enggak lihat sikon apa bagaimana sih? orang lagi menjalankan misi malah memikirkan isi celana. Walaupun aku enggak halangan kan enggak juga bicara seperti itu depan Olan.” Natasya membalikkan badan menuju kamar. Natasya melepas kalung, anting dan cincin yang menghiasi telinga, leher dan jarinya. Memasukkan kembali ke clutch yang ia bawa untuk kemudian duduk di tepi ranjang hotel. “Dia sudah khatam lebih dari ucapan aku tadi, jadi beneran datang bulan?” Gaza menegaskan dengan melepas jaket kulit dan melemparnya begitu saja ke sofa single di sudut kamar. “Enggak ... makanya kemarin aku minta kamu temani periksa, kamu sungguhan ingin melakukannya saat kita belum tahu Simon ada di mana?” tanya Natasya.Gaza menggeleng. “Simon ada di rumahnya tentu saja, di mana lagi. Sedang berlutut memohon maaf pada istrinya. Perang dunia t
Read more

Harga Yang Mahal

“Tangan kamu ini kenapa?” Gaza kembali memeriksa tiap inci tubuh Natasya usai membawanya masuk ke dalam ruang pribadi sang owner klinik. “Jatuh pas orangnya ditentang sekuriti,” jawab Natasya. “Tenangkan diri dulu ya, nanti saja ceritanya. Bagaimana, Bro?” Gaza menoleh saat Olan masuk dengan nafas tersengal. “Belum mati tenang saja, dibawa sama polisi ke rumah sakit. Gua hanya bilang itu orang berusaha menculik Natasya dan mengancam pakai pisau. Kita akan ke kantor polisi untuk memberikan keterangan lebih lengkap dan membuat laporan. Natasya baik-baik saja?” Olan menarik bahu istrinya dan membelai pelan. “Pisau? Ya Tuhan ... sepertinya enggak, kita ke rumah sakit saja ya. Obati tangan kamu dulu, sama periksa yang lainnya. Takutnya ada luka di tempat lain juga.” Gaza masih memegangi kedua lengan istrinya yang masih tampak syok. Natasya menarik nafas panjang beberapa kali sebelum menjawab tat
Read more

Simon Sesungguhnya

Gaza mendesah panjang dengan menyugar rambutnya, membelai lengan Natasya yang memandangnya dengan senyuman walau berwajah pucat dengan tangan kanan terpasang infus. “Jangan senyum-senyum, aku masih spot jantung,” dengus Gaza. “Enggak boleh marahi aku loh, kamu dengar sendiri tadi kata Dokter. Itu bisa mempengaruhi tekanan darah aku, dan berbahaya.” Natasya menyentuh tangan suami, menenangkan. “Ya bagaimana enggak panik, Sayang. Aku menemukan kamu di gelap gulita pakai lingerie dengan banyak darah di pipi. Kamu tidur apa pingsan sampai enggak berasa hidung meler darah banyak sekali. Astaga aku sampai enggak ganti baju kamu dulu.” Gaza menaikkan selimut pada tubuh istrinya yang masih mengenakan lingelie. “Enggak kerasa, aku ingatnya mengantuk dan malas bangun menyalakan lampu kamar. Tapi sudah tenang kan? karena aku enggak apa-apa, eh kita enggak apa-apa.” Natasya menyentuh permukaan perut tertutup selimutny
Read more

Kado

“Bagaimana hari ini, Sayang? apa mual?” Gaza melingkarkan lengan pada pinggang Natasya begitu sampai rumah pada pukul empat sore. “Enggak ... mungkin belum ya, semoga tidak ada mual agar aku bisa makan apa saja.” Natasya menjawab dengan membalas melingkarkan kedua lengan di leher sang suami. “Aamin ... kalaupun mual sedikit saja dan masih bisa tetap makan. Aku mandi dulu nanti aku ceritakan cerita seru hari ini.” Gaza melepas pelukannya pada pinggang sang istri. “Ok,” jawab Natasya. Natasya menyiapkan jus jeruk seperti permintaan Gaza sebelum ke kamar mandi, serta menyiapkan pakaian ganti. Ia menuruti permintaan Gaza dan arahan dokter untuk istirahat total karena memiliki riwayat unik dan berbahaya pada kandungan sebelumnya. Natasya akan sangat berhati-hati untuk kehamilan sekarang. Ia ingin bayinya dapat lahir sesuai perhitungan kedokteran. Ia bahkan sudah siap meminta belanja semua yang m
Read more

Kejutan Beruntun

“Kita akan foto keluarga pertama kali sama anak kita nanti pakai sepatu itu, samaan nanti kita,” papar Gaza. Natasya mengangguk, menghapus sudut matanya dengan penuh haru. “Jangan menangis dong Sayang, alasan aku memberikan kado sepatu bayi semata untuk membuat kamu semangat dalam jalani kehamilan ini. Kita akan menjalaninya sama-sama, dan menyambut anak kita sama-sama. Jadi kamu boleh belanja apa saja keperluan anak kita, kita akan menyambutnya penuh suka cita. Jika kemarin kita belum sempat belikan apa-apa untuk si kembar, maka kita harus lebih optimis menyambut kehamilan yang sekarang. Mamanya bahagia akan membuat anaknya juga bahagia dan semakin sehat.” Gaza memaparkannya dengan lembut. “Iya ... terima kasih ya, Sayang. Kamu kasih kejutan tapi kamu berangkat bekerja. Aku enggak bisa peluk jadinya,” gerutu Natasya. “Nanti sore aku pulang, sekarang mau ke kantor polisi dulu baru ke kantor. Semoga cepat s
Read more

Durian Runtuh

“Bye Ibu, eh Diwang.” Vero terkekeh saat melihat Natasya melotot dipanggil ibu kembali setelah memintanya memanggil nama saja. Mereka berempat baru saja menonton konser bersama-sama dengan satu mobil milik Gaza. Gaza dan istrinya pindah ke depan setelah Olan yang awalnya menyetir turun begitu sampai rumahnya. “Bye Vero.” Natasya melambaikan tangan pada Vero dan Olan sebelum menutup kaca jendela dan melaju pulang. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam saat mereka sampai di rumah, bergantian membersihkan diri dan segera beristirahat. “Capek enggak? mau aku pijat?” Gaza menawarkan saat naik ke atas ranjang mereka. “Enggak, kan kita menonton sambil duduk. Aku hanya belum mengantuk, tolong ponsel aku, Sayang,” pinta Natasya. Gaza mengambilkan ponsel sang istri sementara ia juga membuka ponselnya karena saat menonton konser, mereka tidak membuka ponsel sama sekali.
Read more

Lega

“Hai baby.” Gaza memeluk pinggang istrinya dari belakang setelah dua hari dihajar pekerjaan menggila dan ia selalu pulang jauh larut malam dan istrinya selalu sudah terlelap. “Pakai baju dulu, nanti masuk angin,” kekeh Natasya. “Iya sebentar lagi, kangennya aku ya Tuhan.” Gaza membelai perut istrinya dengan masih dalam posisinya. “Sudah sedikit senggang pekerjaannya?” Natasya membalikkan badan dan membelai paras suami yang segar setelah mandi namun tergambar kelelahan di sana. “Dibilang senggang ya enggak juga, tapi sudah bisa aku titipkan sebentar buat nafas sama Olan. Bagaimana kalian seharian ini?” Gaza daratkan kecupan pada hidung istrinya. “Kami baik, Papa. Dan pintar makannya.” Natasya ikut membelai perut ratanya. “Syukurlah Sayang.” Gaza kembali memeluk Natasya sebelum memakai pakaiannya dengan cepat. “Mau aku buatkan sesuatu?” tanya Natasya.
Read more

Makam

“Kamu enggak percaya istilah pamali kan?” tanya Natasya. “Tidak ada yang salah dari ziarah kubur orang tua, dan tidak ada hubungannya wanita hamil tidak boleh ziarah kubur.” Gaza menjawab dengan mengeluarkan dompet dari saku untuk membayar bunga dan air mawar yang ia beli cukup banyak. “Kali saja kamu percaya hal seperti itu,” tandas Natasya. “Asal tidak membahayakan untuk ibu dan janin, menurut aku enggak apa-apa. Bagi yang mempercayai ibu hamil tidak boleh ke makam ya silakan. Kita ke makam kan mau kirim doa, salahnya di mana kirim doa untuk orang yang disayang. Awas batu.” Gaza menunjuk jalanan tempat mereka lalui yang terdapat aspal rusak dan batu dengan tangan yang menggandeng istrinya. “Apa kalian dan papa pernah kesini bertiga?” tanya Natasya. “Jarang, paling masing-masing. Kami lak-laki dan seringnya akan malu jika mau mengobrol sama mama tapi ada yang dengar walau keluarga. Mungkin
Read more

Celana Robek

“Ibu ... Ibu ... jangan Bu, aduh,” seru salah satu karyawan Natasya di klinik. Natasya berada di klinik kecantikannya karena datang stok barang dalam jumlah banyak. Seluruh karyawan sudah tahu jika sang owner tengah hamil dan sudah diberi pesan tegas oleh Gaza bahwa Natasya hanya mengawasi dan menerima laporan. Tidak ada mondar-mandir dan tidak ada angkat barang sekecil apa pun. Natasya kena seruan karyawannya saat menyentuh sebuah serum dalam kardus yang masih tertutup rapat. Karyawannya mengira jika ia akan mengangkatnya. “Aruna ... aku mau baca saja, ok,” kekeh Natasya. “Aduh Ibu pokoknya duduk saja sudah. Kan aku ada di samping Ibu, tinggal tunjuk mana yang mau dibawa dan mana mau digeser. Nanti saya kena pecat bapak,” rengek Aruna.Natasya tergelak. “Aku yang gaji kamu, bukan bapak.” “Iya tapi laporan yang ditunggu bapak dari saya macam militer, Bu. Katanya kalau sampai bapak lihat di cctv Ibu pegang-
Read more

Jenis Kelamin

Gaza melepas tawa lebar dengan meraba celana belakangnya, masih dengan tertawa, Gaza menganggukkan kepala dan kembali duduk di samping istrinya yang kebingungan mengapa ia tertawa selebar itu. “Tahu kok, ya ampun tadi pagi aku sangat malu, Sayang. Aku enggak tahu dari kapan robeknya, apa dari rumah apa di mobil. Pas turun mobil di tegur sekuriti depan, dan langsung tarik tangan aku untuk mepet tembok lobi. Aku pikir kenapa ini sekuriti kurang ajar sekali main tarik-tarik eh tahunya mau membisiki kalau celana aku robek.” Gaza kembali tertawa “Ya ampun,” kekeh Natasya. “Aku enggak bisa pulang lagi karena ada meeting dengan dua orang penting dan enggak bawa celana ganti juga. Alhasil aku minta Olan selalu jalan belakang aku dan agak mepet biar enggak dilihat orang, Olan sampai tertawa puas sekali dia, kurang ajar memang. Kecangkol apa ya kira-kira?” Gaza masih geli sekali mengingat ia tidak tenang takut tiba-tiba bangun dari k
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status