Home / Sci-Fi / Rahasia sang Pewaris Kembar / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Rahasia sang Pewaris Kembar: Chapter 21 - Chapter 30

122 Chapters

Mengapa Aku Menyebut Nama Itu?

Seketika wajah wanita itu berubah murung.Sontak ia mencium adanya bau konflik di antara Joanne dan pria yang dipanggil Abe itu. Dan mengernyit gusar. Diam-diam rasa resah menjalar masuk ke dalam batinnya, menyalahkan diri tanpa tercegah –mengapa ia masih belum dapat mengingat apapun hingga kini. Juga merasa layaknya orang bodoh yang bahkan tak dapat mengingat kehidupannya sendiri, orang linglung yang bahkan tidak tahu apa-apa atas perihal hidupnya. Dihelanya nafas panjang, mencoba menyingkirkan gulana diri dengan cepat. Kemudian memberanikan diri untuk mencari tahu. "Siapa?" tanyanya dengan nada datar dan berdesir.Joanne tampak tersentak lalu mengangkat wajah menatap ke arahnya. "Maksudmu?", tanggap wanita itu terbata. Ia mencondongkan tubuhnya sembari mengulangi pertanyaan. "Siapa yang menjadi ‘tunangan sepadan’ itu?". Joanne menarik diri menjauh serta menghindari tatapannya. "Apakah kita perlu membicarakan hal ini?" ucap Joanne yang terdengar lebih mirip seperti gumaman. Meny
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

Halusinasi?

Nafasnya tersenggal-senggal berjuang menahan deraan. Namun ia masih belum ingin menekan tombol pemanggil bantuan. Benaknya masih bergelut dengan sangat intens sekalipun disertai oleh rasa sakit yang menjepit.Mengapa aku dan dia bisa ada di tengah-tengah lalu lintas? Mengapa aku bersikeras menyelamatkannya? Apakah dia seorang yang berharga melebihi nyawa bagiku? Mengapa di tiap mimpi aku menemukannya dalam sosok menyedihkan? Penuh derai air mata dan keputusasaan. Pikirannya tak henti-hentinya melayangkan pertanyaan demi pertanyaan tanpa jawaban. Sekalipun menderita, ia bertekad untuk nekad terus mencoba mengingat. Rasa penasaran yang berkecamuk di batinnya tanpa tawar itu, memaksanya untuk terus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mengiang riuh di dalam kepalanya. Namun, tak sebersit petunjuk pun kunjung muncul di sudut ruang ingatnya. Ia bahkan tak paham dari bagian mana pada benaknya yang melahirkan daya imajinasi hingga nama itu terlontar begitu saja di ujung ucapn
last updateLast Updated : 2023-02-27
Read more

Membedakan Realitas dan Ilusi

Disusurinya lorong demi lorong yang senyap tersebut. Ruangan-ruangan perawatan tampak lenggang. Tanpa mengetahui waktu menunjukkan pukul berapa tepatnya saat ini, ia yakin benar bahwa waktu besuk telah lama berakhir. Karena itu lorong-lorong telah bersih dari para pembesuk. Bertemankan derit halus kursi rodanya, ia mengkayuh hening kembali menuju ke ruangannya. Sekonyong-konyong ia mendengar suara langkah di ujung lorong dengan jelas. Kayuhannya mendadak memelan. Dipasangnya mata lekat ke arah sumber suara tersebut. Ia tak berharap apapun. Ia hanya was-was. Tampaknya suasana juga kondisi diri yang membuatnya demikian. Bisa dikatakan ia belum sepenuhnya dalam kesadaran yang prima. Obat penenang yang diberikan padanya di malam sebelumnya masih tersisa dalam tubuh dan mempengaruhinya hingga kini. Seorang perawat tampak melintas. Dan, ia mengenali sosok tersebut dengan sigap sekalipun di tengah kesadaran yang berawan. Dipercepatnya kayuhan mendekat ke arah perawat itu. " Sus Adams ..
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

Tidak Yakin, Tidak Percaya

“Will? Hey... Apa ada masalah?” Sebuah tepukan yang mendarat ke atas pangkuannya, serta merta membuat Will tersentak. Seolah jiwanya baru saja kembali ke dalam raga, ia mengerjap beberapa saat untuk menyadari keadaan. Dan memindahkan pandangan ke arah Joanne yang disertai dengan tatapan merasa bersalah. “Ah, maaf. Aku tak menyimak ceritamu barusan ....” ucapnya sembari mengusap-usap dahi. Alih-alih kesal, Joanne memberinya tatapan teduh. Wanita itu meremas cemas tangannya dan menatapnya lekat menelisik.“Apakah kamu lelah? Aku terlalu bersemangat bercerita hingga tak memperhatikan ....”Ia terhenyak dengan ucapan yang penuh muatan rasa prihatin tersebut. Segera ditepisnya praduga wanita itu lewat gelengan kepala. Kini ia malah semakin dihinggapi rasa bersalah. “Bukan begitu. Aku ....”Ucapannya mendadak tercekat di ujung tenggorokan. Hingga sekalipun ia membuka mulut, suaranya tak kunjung keluar. Ia bahkan kehilangan tujuan akan ucapannya yang dimaksudkan untuk mengungkapkan keingi
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more

Aku Ingin Mendekapnya

“Ann ....” Bibirnya membisikkan nama itu begitu saja bersamaan dengan kesadaran yang sayup-sayup kembali. Kepala yang berdenyut nyeri membuatnya mengernyit resah. Perlahan dibukanya mata dan mengedarkan pandangan seolah hendak memastikan keberadaannya saat ini. Seketika ia menyadari dirinya tengah dipenuhi oleh deraian air mata. Rasa perih amat sangat yang menyeruak di relung batin memicu tangisnya tanpa tercegah. Dihelanya nafas gusar mengatasi debaran jantungnya yang masih berdentum memukul-mukul. Ada apa ini? Mengapa aku begini? Bahkan diriku sendiri tak memahami apa yang terjadi denganku saat ini .... Untuk beberapa saat ia menyerah, membiarkan tubuhnya diambil alih oleh sang perasaan. Ditemani beribu rasa sakit yang mendera kepalanya, ia hanya bergelung menahan isak yang mendesak di dalam dadanya. Apakah wanita dalam mimpi itu adalah Anne? Batinnya kembali mulai melontarkan dugaan. Namun dalam sekejap ia menyangkal dugaannya tersebut. Tidak mungkin. Jelas-jelas nama yang kus
last updateLast Updated : 2023-03-02
Read more

Menjadi Sahabat Terbaik

"Hai, Fransisca," sapanya pada gadis kecil itu di suatu siang yang cerah tanpa semilir angin. Fransisca sontak mengangkat wajah dan menoleh padanya. Tak lupa menyunggingkan senyuman lebar membalas sapaannya."Wah! Kakak sekarang sudah pakai tongkat penyangga, ya," tegur Fransisca begitu gadis tersebut selesai menelisiknya dengan tatapan. Dengan tergelak sembari mengulum senyum ia mendudukkan diri ke atas rerumputan dekat kursi roda sobat kecilnya tersebut. Dibalasnya tatapan Fransisca. “Kamu tampak berseri hari ini. Ada kabar baik?”Gadis itu tersipu menyembunyikan senyuman. “Kemarin aku diberikan beberapa bacaan baru oleh Papa ....” Diliriknya buku yang ada di atas pangkuan Fransisca. “Apakah itu salah satunya?” Gadis itu mengangguk yakin. Kini dicondongkannya tubuh kian mendekat ke atas bacaan gadis itu. “Buku tentang kesehatan? Apakah sekarang cita-citamu berganti dari pramuwisata ke paramedis?” guraunya menggoda Fransisca diselingi gelak.Gadis itu serta merta meledakkan t
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

Serangan Panik

Praktis pandangan matanya segera terarah kepada perawat-perawat tersebut serta mulai menelisik begitu saja. Ia dengan cepat mengenali salah satunya sebagai sosok yang paling dicarinya beberapa hari terakhir ini. Dengan tergesa-gesa disimpan kembali ponselnya, meraih tongkat penyangganya, dan melesat menyusuli para perawat itu."Perawat Adams, tunggu sebentar!" pekiknya memanggil sosok itu di sela langkahnya yang tertatih. Alih-alih memperlambat langkah, sosok tersebut terus melangkah seakan tak mendengar panggilannya barusan. Ditambahnya laju pada kayuhan langkahnya menyusuli perawat Adams. Namun ia tetap saja tertinggal jauh dari sosok yang memiliki langkah normal tersebut.Sebuah ide melintas di benaknya. Ide agar ia mampu menghapus jarak ketinggalannya dari sosok yang tengah dikejarnya itu dalam sekejap.Ditopangkannya tubuh pada dinding di dekatnya sebelum kemudian menghempaskan kedua tongkat penyangga ke lantai hingga menimbulkan suara gema nyaring di sepanjang lorong yang te
last updateLast Updated : 2023-03-04
Read more

Mimpi yang Liar

Ia sontak mengangkat tubuh bangkit di atas pembaringan begitu matanya membuka. Terdengar suara berdeham halus di sampingnya. Dan suara yang serupa itu kemudian menegurnya. "Will? Mimpi buruk yang sama lagi?" Di tengah usahanya mengatur nafas memburu akibat mimpi buruknya barusan, ia menyempatkan diri mengangguk juga menyunggingkan sebuah senyuman.Diselingi keremangan lampu kamar, wanita tersebut mengingsut mendekatinya dan mendaratkan sebuah rangkulan hangat pada pundaknya. Tanpa menunda, dirinya pun turut menyambut tubuh wanita itu. Seakan lupa akan keresahan yang barusan mengusiknya, dikecup hangatnya wanita tersebut dengan intens. Tak butuh waktu yang lama, mereka pun saling menghangatkan malam dengan cumbuan mesra yang tak terurai. Dibelainya rambut wanita itu dan memberi kecupan untuk kesekian kali. “Aku sangat mencintaimu, Ann ....” bisiknya kemudian di sela-sela desahan.Matanya menghentak membuka seketika. Dengan membelalak lebar ditatapnya langit-langit ruangan yang tel
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

Mengapa Kamu Membuangnya?

Bunyi dering lirih singkat-singkat yang terdengar dari arah telepon di hadapannya itu sontak mengalihkan perhatiannya dari tumpukan dokumen. Suara perawat Adams segera terdengar begitu ia menekan tombol penerima. “Tuan Anderson, Anda mendapatkan kunjungan dari Nona Ritt ....”“Baiklah. Saya akan kembali ke ruangan sebentar lagi.”“Apakah Anda membutuhkan bantuan?”“Kurasa tidak. Terima kasih,” sahutnya memutuskan dalam waktu singkat mengakhiri percakapan.Ditingkatkannya kecepatan membolak-balik sisa dokumen yang berhasil dikumpulkannya ke atas meja kerja tersebut. Ya. Untuk kesekian kalinya ia berniat mencari beberapa informasi mengenai identitas dirinya. Dan ia menyakini akan menemukan hal-hal tersebut jika mengobrak-abrik ruang kerjanya di rumah sakit ini. Namun sudah beberapa jam ia berada di dalam ruang kaca penuh rak buku ini terus berkutat dengan timbunan kertas-kertas yang isinya tidak sesuai harapannya itu, ia belum menemukan apapun selain menjadi ‘hafal’ dengan tanda tanga
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

Kabar Baik yang Tidak Indah

“Aku sengaja tidak meminumnya,” ucapnya kemudian dengan tatapan yang masih melekat pada lubang kloset, seolah memastikan benda-benda mungil yang dibuangnya tadi benar-benar telah terbilas bersih tanpa jejak.Joanne sontak memberinya tatapan membelalak tak percaya. “Serius? Kamu malah membuangnya!?” lirih wanita itu masih dengan wajah terperangah. Ia segera melekatkan jari di depan bibir mengisyaratkan agar wanita tersebut tetap tenang.“Sstt ... Tenanglah. Obat-obatan tak jelas itu hanya membuat kepalaku berputar dan melemahkan tubuhku. Aku mulai mengambil keputusan untuk tak meminumnya mulai hari ini. Dan aku merasa lebih baik-baik saja,” jelasnya setengah berbisik. “Kamu yakin? Bagaimana jika nanti berakibat buruk dengan kesehatanmu?” ujar Joanne mengikuti langkahnya menuju ke pembaringan kembali.Ia tergelak tanpa menoleh. “Kita lihat saja nanti ....”***Di bawah naungan langit cerah musim panas siang hari itu, dihampirinya Fransisca yang bersama kursi roda tengah duduk di bawa
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more
PREV
123456
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status