All Chapters of Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua: Chapter 61 - Chapter 70
137 Chapters
Bab 61  Penelepon Misterius
"Nah ini dia akhirnya kamu datang juga. Mama pikir kamu nggak kembali dan pergi bersama lelaki itu!" Rupanya kebiasaan baru ibu mertua marisa itu adalah mengomeli orang yang baru datang. Terbukti sekarang ini untuk kedua kalinya Marisa yang baru membuka pintu kamar VVIP sudah disambut suara nyinyir Bu Santi. "Lelaki, Ma?" Marisa bertanya dengan ekspresi bingung. Mungkinkah ibu mertuanya itu melihat dia sedang mengobrol bersama Dokter Harun? Agar tidak terjadi salah paham. Marisa buru-buru menjelaskan, "Tadi itu Dokter Harun membantu Marisa yang hampir jatuh, Ma. Beliau juga melarang Marisa segera kembali ke kamar karena masih limbung. Setelah Marisa agak enakan baru Dokter Harun mengizinkan Marisa pergi." "Yang bilang lelaki itu Dokter Harun siapa?" tanya Bu Santi dengan kesal."Loh terus siapa, Ma? Hanya Dokter Harun lelaki yang Marisa temui setelah Salat Magrib berjamaah tadi. Itu pun tidak sengaja." "Kamu bicara jujur? Memangnya dia gak hubungi kamu?" Bu Santi menatap Marisa d
Read more
Bab 62  Tamu tak Diundang
"Nomor tidak dikenal. Siapa sih? Kenapa menelepon malam-malam begini?" gumam Bu Santi sambil menatap layar handphone-nya yang berisi sederet angka yang tidak dia kenal."Angkat ajalah, Ma. Barangkali kenalan Mama yang nomor barunya belum Mama save," perintah Pak Hartawan. Bu Santi mengangguk lalu menggeser layar ke tombol hijau untuk menerima panggilan. "Halo siapa ini ya?" Tangan Bu Santi menjauhkan ponselnya dari telinga lalu memutuskan sambungan telepon. "Ini orang siapa, sih, kok cuma menjerit terus menangis bikin sakit telinga aja!" gumamnya dengan jengkel."Siapa, Ma?" tanya Pak Hartawan dengan penasaran. "Enggak tahu, Pa. Cuma nangis aja. Jadi Mama matikan aja teleponnya," jawab Bu Santi sambil memasukkan kembali ponsel berlogo apel tergigit itu ke dalam tas branded kesayangannya. "Wah jangan-jangan orang yang mau nipu. Biasanya para penipu itu kan modusnya begitu. Mereka telpon terus nangis-nangis bilang lagi di rumah sakit atau kantor polisi terus minta transfer. Nominal
Read more
Bab 63  Siapa Wanita Seksi ini?
"Maaf Anda siapa, ya?" tanya Marisa. Dia mengamati penampilan perempuan itu yang tampak seksi dengan baju ala cheongsam yang ketat membungkus tubuhnya. Perempuan itu mengabaikan pertanyaan Marisa dan balik bertanya. "Apa ini benar ruangan tempat Mas Irawan dirawat?"Marisa tidak segera menjawab pertanyaan itu. Dia menatap tajam perempuan yang berpenampilan kurang pantas saat berkunjung ke rumah sakit itu. Lantas dia mengalihkan perhatian kepada ponselnya yang masih terhubung dengan sepupunya. "Mas Rian nanti Risa hubungi lagi, ya," ucap Marisa. Dia terdiam beberapa saat untuk mendengar jawaban sepupunya itu. "Ada tamu, Mas. Tapi aku nggak kenal siapa, ditanya namanya malah diam saja." Marisa kembali terdiam dan mendengarkan ucapan sepupunya di telepon. "Iya Risa tahu. Pasti dong aku nggak bakal biarin orang nipu aku. Ya sudah, Mas nanti aku hubungi lagi setelah urusanku selesai, ya." Selama Marisa berbicara dengan sepupunya, mata hazelnya terus menatap tajam tamu yang berdiri di a
Read more
Bab 64   Drama Terbaru 
"Sudah saya bilang Mbak nggak boleh masuk!" cegah Marisa yang melihat Clara memaksa masuk."Tidak bisa! Saya harus masuk karena saya mau minta tanggung jawab!" jerit Clara. "Tanggung jawab apa? Siapa yang mau Mbak minta untuk bertanggung jawab?" "Mas Irawan. Siapa lagi?" Marisa terdiam dia menatap perempuan bernama Clara yang terus memaksa untuk masuk. Meski merasa penasaran akan apa yang terjadi kepada Clara, tetapi Marisa masih enggan untuk mengizinkannya masuk. "Ayo minggir! Aku mau ketemu dengan Mas Irawan!" Clara kembali memaksa masuk. Dia tampak sangat marah karena keinginannya dihalangi sehingga lupa berbicara dengan anggun. Tidak lagi menyebut dirinya dengan saya tetapi aku. "Tidak! Mbak nggak boleh masuk! Sekarang sudah malam, waktunya kami beristirahat. Lagipula percuma juga ketemu, Mas Irawan tidak akan bisa mengerti apa yang akan Mbak katakan." "Mau mengerti atau tidak aku tidak peduli. Aku tetap mau masuk!" Clara kembali mendorong Mariss untuk minggir."Loh kok maks
Read more
Bab 65   Bersandar di Bahu Rian
"Tidak ada apa-apa kok, Mas. Risa hanya sedikit sedih," jawab Marisa sambil tersenyum. Dia berusaha menyembunyikan tangisnya agar Rian tidak curiga dan banyak bertanya."Tidak mungkin! Tidak apa-apa bagaimana. Wajah sepucat ini ditambah tangismu yang cukup keras hingga terdengar dari luar pasti bukan karena sesuatu yang remeh," tebak Rian dengan tepat. Marisa menunduk. Memang sulit untuk menipu kakak sepupunya ini. Rian sudah terlalu hafal dengan sifat dan tindak tanduk Marisa."Ayo cerita kamu kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan tamu yang tadi kamu ceritakan?" desak Rian. Alis Marisa terangkat. Dia sedikit tak percaya kakak sepupunya itu bisa menghubungkan kesedihannya dengan tamu yang tadi datang. Marisa membisu dan hanya menatap lekat Rian. Dia bingung harus bercerita apa kepada kakak sepupunya ini."Kenapa? Aku benar, kan? Feelingku tadi kamu berbicara di telepon untuk menyindirnya. Memangnya orang yang tadi datang ke sini itu siapa? Dia bawa kabar apa sampai kamu menangis se
Read more
Bab 66   Clara sang Model
"Apa? Perempuan itu sudah kenal kedua mertuamu? Kok bisa?" Mata Rian terbelalak. Dia menatap Marisa sambil menggeleng berulangkali. "Aku juga belum tahu kok bisa begitu, Mas. Aku sendiri baru melihatnya tadi. Dia pun juga baru tahu kalau aku istri Mas Irawan," terang Marisa. "Terus bagaimana kamu tahu kalau dia kenal dengan kedua mertua kamu?" Rian menatap lekat Marisa dengan pandangan bertanya-tanya."Jadi, tadi kami saling adu mulut. Dia terus menerus mendesakku meminta masuk untuk menuntut Mas Irawan bertanggung jawab. Sementara aku tidak mengizinkannya melewati pintu. Saat itu dia beberapa kali menyebut nama Mama dan Papa. Katanya akan mengadukan aku kepada mereka berdua." Rian melongo mendengar cerita Marisa, "Terus bagaimana?""Akhirnya aku menyuruh dia untuk datang besok sore. Biasanya kedua orang tua Mas Irawan datang sepulang kantor untuk menjenguk anaknya. Jadi dia bisa menemui kedua mertuaku itu. Walaupun seandainya besok aku belum pulang mengajar, dia bisa langsung bi
Read more
Bab 67   Ternyata Clara itu 
"Apa aku perlu menghubungi kedua mertuaku dan menceritakan kejadian tadi? Aku khawatir juga kalau kedatangan Clara yang tiba-tiba membuat Papa dan Mama syok," gumam Marisa sambil menimang handphone-nya.Marisa tengadah dan melihat jam dinding. "Sudah hampir pukul sepuluh malam. Rasanya nggak pantas kalau aku telepon atau chat W* sekarang. Lebih baik aku tunda. Besok saja aku hubungi Papa atau Mama." Marisa menyimpan kembali ponselnya. "Sekarang aku mending istirahat aja. Badanku rasanya pegal semua. Belum lagi emosi yang dibuat naik turun hari ini. Bikin mental juga nggak stabil. Hari ini benar-benar ujian bagi fisik dan psikis aku," gumam Marisa lalu menghembuskan nafas lelah. Marisa kemudian mulai merebahkan tubuhnya.Keesokan harinya kesibukannya di sekolah membuat Marisa melupakan niatnya untuk menghubungi mertuanya. Dia baru teringat ketika waktu menunjukkan hampir pukul tiga sore. Marisa segera mengambil ponselnya dan menghubungi Pak Hartawan. Marisa menceritakan secara singk
Read more
Bab 68  Mengungkap Rahasia Irawan
"Papa dan Mama mengenalnya?" Clara menoleh mendengar pertanyaan Marisa. Dia menatap Marisa dengan pandangan meremehkan. Bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan. "Tentu saja kami mengenal Clara. Dia adalah menantu pilihan Mama," sahut Bu Santi dengan sengit Marisa terbelalak mendengar jawaban ibu mertuanya. Dia terpaku dan kehilangan kata-kata. "Ma!" tegur Pak Hartawan."Apaan, sih, Pa. Emang benar kan kata-kata Mama. Dari awal Clara itu calon menantu pilihan Mama. Kalau saja waktu itu Papa nggak menyodorkan dia. Terus Papa juga nggak mendesak Irawan untuk menikahinya sudah pasti Clara lah yang akan menjadi istri anak kita." Bu Santi membantah ucapan suaminya sambil melirik Marisa dengan sinis. Tubuh Marisa gemetar mendengar kata-kata ibu mertuanya. Hatinya jadi bertanya-tanya "Apa itu artinya Mas Irawan terpaksa menikahiku? Apa karena dia tidak sungguh-sungguh mencintaiku maka dia mudah sekali berselingkuh?" Tubuh Marisa luruh bagaikan tanpa tulang dan hanya Pak Hartawan y
Read more
Bab 69  Debat Marisa dan Clara
"Tidak. Kamu mungkin saja benar-benar hamil, tapi itu bukan anak Mas Irawan. Karena sebenarnya Mas Irawan itu mandul!" Marisa menatap sinis perempuan yang baru saja berteriak histeris itu."Apa?" seru ketiga orang yang duduk di depan Marisa. "Ya benar. Papa, Mama, dan kamu tidak salah dengar. Mas Irawan sudah divonis mandul oleh dokter." "Ti-tidak … tidak mungkin," jerit Bu Santi yang terlebih dulu sadar dari kekagetannya. "Tidak mungkin apa, Ma?" tanya Marisa."Tidak mungkin Irawan mandul. Kamu pasti berbohong," tuduh Bu Santi. "Buat apa Marisa bohong, Ma? Kenyataannya memang seperti itu. Awalnya Marisa pun tidak percaya tapi buktinya jelas jadi mau tidak mau ya harus mau percaya," papar Marisa."Buat apa katamu? Ya jelas buat menghalangi Clara. Kamu iri sama Clara, kan? Makanya kamu mengarang cerita Mas Irawan mandul biar Clara tidak bisa minta tanggung jawab kepada keluarganya," sergah Clara. "Iri? Kenapa aku harus iri. Aku bisa saja hamil kalau Mas Irawan tidak mandul," ba
Read more
Bab 70  Meminta Tes DNA
"Saya minta kamu melakukan tes DNA! Saya tidak ingin kamu menipu kedua mertua saya ini!" kata Marisa dengan tegas.Marisa menatap Clara dengan tajam dan membuat perempuan itu salah tingkah. Mata Marisa melihat bagaimana wajah model itu berubah menjadi gugup dan tampak ketakutan. Hal itu membuatnya semakin yakin bahwa Clara memang berniat tidak baik kepada keluarganya. "Ya aku akan jalani tes DNA … nanti kalau anakku sudah lahir," jawab Clara dengan ketus. "Kenapa harus nanti? Kenapa tidak sekarang? Kalau kamu melakukan tes DNA-nya nanti berarti biaya hidup juga akan kamu terima nanti saja." Marisa tersenyum sinis melihat wajah Clara terkejut dan berubah menjadi pucat. "Loh ya nggak bisa gitu. Kan aku hamilnya sekarang. Kebutuhan bayinya Mas Irawan gimana kalau biaya hidupnya baru bisa aku dapat nanti." "Iya kamu nih aneh-aneh aja, Risa. Lagipula kamu ngapain pakai acara ngatur-ngatur segala. Itu kan uang Papa bukan uang kamu yang bakal dikasih ke Clara," sahut Bu Santi sinis. Mari
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status