Главная / Pendekar / SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA / Глава 81 - Глава 90

Все главы SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Глава 81 - Глава 90

162

81. Ramandika Kembali Dituduh Mengambil Kitab Kuno Ajerwa

Ramandika masih belum mengetahui jika pendekar itu adalah Lasmina yang sengaja berpenampilan seperti seorang pria.Lasmina selalu berpenampilan bak seorang pendekar pria jika dirinya tengah melancarkan aksinya. Entah apa tujuan utama gadis cantik itu? Sehingga dirinya bertindak keji dan buas terhadap para pendekar yang ada di wilayah kerajaan Gurusetra."Ayo, bantu mereka!" seru Danetra.Kemudian, Danetra pun mengajak Ajima dan Suntara untuk membantu para pendekar dari kelompok Dewi Larasati yang tengah bertarung dengan Lasmina. Ketiga pendekar itu langsung melangkah dengan gerakan yang sangat cepat, sementara Ki Balongga hanya diam saja. Ia masih berdiri di tempat semula sembari menyaksikan detik-detik pertarungan para pendekar itu.Namun, ketika Ajima dan dua orang kawannya hendak mendekat ke arena pertarungan itu. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan, "Hentikan! Kalian tidak memiliki urusan dengan kamu, dan kalian juga tidak mempunyai hak untuk ikut campur!"Lantas Ajima menyahut
last updateПоследнее обновление : 2023-05-20
Читайте больше

82. Lasmina Berhasil Merebut Kitab Kuno Ajerwa

Mereka tertawa lepas mendengar bentakan Ramandika, tampak jelas sekali bahwa kedua pendekar itu sangat meremehkan kemampuan Ramandika. Mereka tidak mengetahui jika pendekar yang tengah mereka hadapi itu merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian luar biasa.Mereka bersikap demikian karena memang jelas bahwa mereka adalah para pendekar yang sangat ditakuti di wilayah kademangan Demba Timur. Bahkan, Ki Balongga dan anak buahnya pun langsung kabur dari tempat tersebut ketika melihat kedatangan mereka. Jadi wajar saja jika mereka bersikap sombong seperti itu.Mereka adalah Dastara dan Luja, keduanya adalah kakak beradik yang selama ini menjadi pemimpin padepokan Gurahmana yang berada di bawah bukit Tengkorak. Mereka sangat disegani di wilayah tersebut, pamor mereka mengalahkan kelompok Dewi Larasati yang terkenal di kerajaan Gurusetra."Jangan berkelit! Katakan saja sejujurnya bahwa kitab itu ada dalam penguasaanmu!" bentak Dastara meluruskan pandangannya ke wajah Ramandika."Perlu
last updateПоследнее обновление : 2023-05-21
Читайте больше

83. Ramandika Mendatangi Istana

Jasmuka hanya mengangguk saja, kemudian merangkapkan kedua telapak tangannya. Dia dan kawan-kawannya serentak menjura kepada Ramandika. Setelah itu, mereka langsung pergi meninggalkan Ramandika.Semenjak kejadian itulah, Lasmina sudah tidak menemui Ramandika lagi. Entah karena malu atau takut terhadap Ramandika.Waktu pun berjalan dengan cepat, tidak terasa hampir satu bulan lamanya Ramandika tidak mendapatkan kabar tentang Lasmina. Walau demikian, ia tetap berharap bahwa kawannya itu dalam keadaan baik-baik saja.Selanjutnya, Ramandika langsung melakukan penyelidikan terkait peristiwa pembunuhan yang sudah merenggut nyawa Ki Durga dan kedua anaknya, serta menyelidiki kasus kematian tetua adat yang tewas secara misterius.Berkat bantuan Kardala dan kawan-kawannya, akhirnya Ramandika menemukan titik terang dari kasus tersebut.Pelakunya bukan hanya orang-orang kepercayaan Kuwu Sangkan saja, akan tetapi ada pihak prajurit yang ikut andil dalam peristiwa kematian Ki Durga dan keluarganya
last updateПоследнее обновление : 2023-05-21
Читайте больше

84. Pertarungan Ramandika dengan Panglima Braja Sena

Para prajurit itu mulai bertindak tegas terhadap Ramandika yang sudah mereka anggap bersikap lancang. Dengan kasarnya, para prajurit itu mendorong tubuh Ramandika."Bedebah, kalian!" bentak Ramandika geram dengan perlakukan para prajurit tersebut, "Aku Ramandika, sejengkal pun tidak akan pernah mundur dari hadapan kalian!" tegas Ramandika."Atas dasar kepentingan apa pun, kau tidak akan pernah jali izinkan untuk masuk. Karena baginda tidak pernah menerima tamu malam-malam seperti ini, apalagi tamu tidak sepertimu!"Meskipun demikian, Ramandika tetap ngotot ingin bertemu dengan Baginda raja Tundara, karena dirinya merasa ada hal janggal dari tindakan yang sudah dilakukan oleh para prajurit kerajaan yang sudah terlihat dalam kasus pembunuhan di desa Singkur."Jika baginda raja tidak bisa menerima tamu sepertiku, apakah tidak ada pejabat istana lain yang bisa aku temui?""Mengertilah! Semua pejabat istana sedang tidak ada, sebaiknya kau pergi saja, dan kembali lagi besok siang!"Para pra
last updateПоследнее обновление : 2023-05-22
Читайте больше

85. Kuwu Sangkan Berhasil Kabur dari Buruan Ramandika

Rupanya, Panglima Braja Sena sudah tidak berdaya lagi setelah perutnya robek oleh sabetan pedang pusaka Naga Geni. Wajahnya tampak pucat, darah segar pun terus keluar dari lukanya tersebut. Hingga pada akhirnya, pria bertubuh kekar itu langsung terkulai lemas dan tewas seketika di hadapan puluhan prajuritnya.Setelah berhasil membinasakan Panglima Braja Sena, Ramandika tampak lebih agresif lagi dalam menghadapi gempuran para prajurit kerajaan yang sudah mulai melakukan serangan terhadap dirinya.Para prajurit itu sangat ganas dalam melakukan serangan-serangan mereka. Pergerakan mereka teramat cepat dan sulit dideteksi, sehingga Ramandika pun mulai terdesak hampir dibuat jatuh oleh serangan para prajurit itu.Para prajurit itu telah menganggap Ramandika sebagai seorang penjahat besar yang wajib dilenyapkan, karena sudah membunuh seorang pemimpin tertinggi dalam induk angkatan perang kerajaan Gurusetra."Bunuh saja dia!" seru salah seorang prajurit sambil meloncati ke arah Ramandika yan
last updateПоследнее обновление : 2023-05-22
Читайте больше

86. Pertarungan di Desa Singkur

Secara diam-diam, ternyata Kuwu Sangkan sudah berada di istana kerajaan Gurusetra bersama istri dan kedua putranya. Ia telah meminta perlindungan kepada sang raja atas ancaman Ramandika.Meskipun ia hanya seorang kuwu, namun raja sangat percaya terhadap Kuwu Sangkan. Sehingga raja pun memberikan izin bagi sang kuwu dan keluarganya untuk tinggal di istana. Selain itu, raja pun berhutang budi kepada Kuwu Sangkan, karena di masa lalu pernah menyelamatkan sang raja dari teror para pemberontak."Aku banyak berhutang budi kepadamu, jadi kau dan keluargamu boleh tinggal di istana ini sampai batas tak ditentukan!" tegas Baginda Raja Tundara."Terima kasih banyak, Baginda," ucap Kuwu Sangkan sambil menjura."Mahapatih Mahesa sudah menugaskan Senapati Rindakala agar segera mencari keberadaan Ramandika. Dia harus segera ditangkap dalam keadaan hidup atau mati!" ujar Baginda Raja Tundara, "Aku tidak ingin para pemberontak seperti Ramandika bebas berkeliaran di tanah Gurusetra," sambungnya."Hamba
last updateПоследнее обновление : 2023-05-23
Читайте больше

87. Satu Orang Prajurit Terbunuh

Sementara itu, prajurit yang satunya lagi masih bersusah-payah untuk bangkit. Ia mengalami luka yang sangat parah, sehingga sudah tidak dapat lagi melanjutkan pertarungannya melawan kedua pendekar Gurahmana.Di saat prajurit itu tengah bertarung sengit melawan Dastara dan Luja. Telah datang seorang prajurit lagi, ia segera melompat dari pelana kudanya dan langsung menghampiri kawannya yang sudah terluka parah."Sebaiknya kau jangan terlalu banyak bergerak!" kata prajurit yang baru tiba itu mengarah kepada kawannya yang terluka parah, "Jika kau terlalu banyak bergerak, maka racun di tubuhmu akan menjalar dengan cepat," sambungnya sambil membantu kawannya untuk menepi.Prajurit itu hanya mengangguk dan langsung mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan racun-racun yang sudah merasuk ke dalam tubuhnya.Prajurit yang satunya lagi masih terus bertarung melawan Dastara dan Luja. Entah berapa puluh jurus sudah ia keluarkan dalam menghadapi kelinuhungan jurus yang dimiliki oleh
last updateПоследнее обновление : 2023-05-23
Читайте больше

88. Ramandika dan Sena Dihadang Tiga Pendekar Jagorwa

Setibanya di perkebunan milik Mendiang Sondaka, Ramandika menghentikan laju kudanya. Demikian pula dengan Sena, ia segera menghentikan laju kudanya tepat di samping kuda yang ditunggangi Ramandika."Ada apa, Ramandika?" tanya Sena meluruskan pandangannya ke arah Ramandika."Tidak ada apa-apa. Aku hanya teringat masa lalu saja," jawab Ramandika lirih, "Perkebunan ini milik Paman Sondaka, dia adalah orang terkaya di desa ini. Tapi naas, dia dan keluarganya tewas dibantai oleh orang-orang Kuwu Sangkan," sambungnya sambil menarik napas dalam-dalam.Terbayang lagi masa-masa kelam yang terjadi di desa tersebut, Sondaka, Ramudya, Rawinta, dan Ki Durga. Mereka telah tewas akibat kekejaman Kuwu Sangkan dan anak buahnya. Bahkan, tetua adat pun turut menjadi korban kebiadaban mereka.'Aku akan merasa bersalah jika tidak dapat membayar lunas kekejaman Kuwu Sangkan terhadap orang-orang yang selama ini sudah baik kepadaku,' batin Ramandika.Setelah terdiam beberapa saat, Ramandika pun kembali melan
last updateПоследнее обновление : 2023-05-24
Читайте больше

89. Lasmina Menyusup ke Istana

Melihat pemandangan seperti itu, kedua anak buah Randipati langsung menghentikan serangan mereka terhadap Sena. Mereka surut beberapa langkah.Mereka hanya diam tak berdaya menyaksikan kekuatan yang sudah ditunjukkan oleh Ramandika, sehingga pemimpin mereka jatuh hanya dalam hitungan menit saja. Namun, itu hanya berlangsung sesaat saja. Kedua orang itu kembali maju dan langsung melakukan serangan lagi terhadap Ramandika dan Sena."Aku harus memanfaatkan situasi ini, dua orang ini harus mati di tanganku,' desis Sena.Namun, hal itu urung dilakukannya. Karena pada saat bersamaan, Ramandika sudah berhasil menjatuhkan salah seorang dari kedua orang tersebut."Ramandika! Biarkan aku saja yang akan membinasakan manusia pengkhianat ini!" teriak Sena sambil melakukan serangan terhadap satu orang anak buah Randipati yang masih bertahan.Ramandika hanya tersenyum sambil mengangguk. Kemudian, ia langsung menepi memberi kesempatan kepada Sena untuk bertarung dengan lawannya itu.Tanpa terduga, Ra
last updateПоследнее обновление : 2023-05-24
Читайте больше

90. Ramandika Kembali Bertemu dengan Lasmina

Lasmina tampak geram melihat sikap sombong Mahapatih Mahesa yang berdiri angkuh di hadapannya."Aku tidak takut kepadamu, Mahapatih. Meskipun kau memiliki kedudukan tinggi di kerajaan ini, aku tidak akan pernah mau tunduk!" tegas Lasmina.Tanpa mereka sadari, secara diam-diam Ramandika sudah berada di tempat tersebut. Ia bersembunyi di balik pohon besar yang tidak jauh dari tempat keberadaan Lasmina dan para prajurit kerajaan."Ternyata Lasmina ada di sini, sedang apa dia?" gumam Ramandika sambil terus mengawasi Lasmina yang sedang berdebat dengan Mahapatih Mahesa.Awalnya Ramandika hanya tersenyum saja melihat sikap Lasmina yang sangat berani berhadapan dengan seorang mahapatih. Namun, tiba-tiba saja rasa cemas menggelayut dalam pikirannya. Sehingga tumbuh pikiran untuk segera membawa Lasmina pergi dari tempat tersebut."Bahaya sekali jika aku membiarkan Lasmina bertarung dengan Mahapatih Mahesa, dia bukan lawan yang seimbang. Aku harus membawa pergi Lasmina dari tempat ini," desis R
last updateПоследнее обновление : 2023-05-24
Читайте больше
Предыдущий
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status