Setibanya di perkebunan milik Mendiang Sondaka, Ramandika menghentikan laju kudanya. Demikian pula dengan Sena, ia segera menghentikan laju kudanya tepat di samping kuda yang ditunggangi Ramandika."Ada apa, Ramandika?" tanya Sena meluruskan pandangannya ke arah Ramandika."Tidak ada apa-apa. Aku hanya teringat masa lalu saja," jawab Ramandika lirih, "Perkebunan ini milik Paman Sondaka, dia adalah orang terkaya di desa ini. Tapi naas, dia dan keluarganya tewas dibantai oleh orang-orang Kuwu Sangkan," sambungnya sambil menarik napas dalam-dalam.Terbayang lagi masa-masa kelam yang terjadi di desa tersebut, Sondaka, Ramudya, Rawinta, dan Ki Durga. Mereka telah tewas akibat kekejaman Kuwu Sangkan dan anak buahnya. Bahkan, tetua adat pun turut menjadi korban kebiadaban mereka.'Aku akan merasa bersalah jika tidak dapat membayar lunas kekejaman Kuwu Sangkan terhadap orang-orang yang selama ini sudah baik kepadaku,' batin Ramandika.Setelah terdiam beberapa saat, Ramandika pun kembali melan
Последнее обновление : 2023-05-24 Читайте больше