Home / Pendekar / SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 71 - Chapter 80

162 Chapters

71. Akhir Sebuah Perselisihan

Dunida yang menyaksikan pemandangan seperti itu tampak khawatir akan keselamatan Ramandika. Entah kenapa? Ia begitu cemas terhadap keselamatan Ramandika, dan ingin sekali ikut melibatkan diri dalam pertarungan itu. Akan tetapi, Ki Youma masih belum mengizinkannya untuk ikut terlibat."Kau tenang saja! Ramandika pasti akan baik-baik saja, Kakek sangat percaya dengan kepandaian yang dimilikinya," ujar Ki Youma menanggapi kecemasan cucunya terhadap Ramandika.Dunida hanya mengangguk pelan mendengar perkataan sang kakek, walaupun dalam dirinya masih ada rasa cemas terhadap keselamatan Ramandika.Apa yang dikatakan oleh Ki Youma memang terbukti, Ramandika memang mampu mengatasi situasi mencekam pada saat itu. Meskipun dirinya hanya seorang diri dalam menghadapi belasan pendekar sakti, tetapi dirinya masih unggul dalam segala hal.Para pendekar dari kelompok lain yang semenjak kedatangannya di tempat tersebut hanya diam dan tidak bereaksi apa-apa. Namun, tiba-tiba saja salah seorang dari me
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

72. Berbincang dengan Sang Pemilik Warung

Tiba di kediamannya, Ramandika hanya duduk termenung sambil menantikan tibanya waktu pagi. Ia merasa bersalah, karena sudah membuat gaduh dan mengumpulkan banyak pendekar hanya untuk sayembara palsu yang dibuatnya."Beruntung sekali kejadian tadi tidak banyak memakan korban. Jika saja itu terjadi, maka akulah orang yang berdosa," desis Ramandika.Tidak terasa, pagi pun telah tiba. Ramandika yang masih belum tidur sedikit pun langsung mandi, kemudian langsung pergi dengan menunggangi kuda kesayangannya.Ramandika hanya berkeliling desa sekadar jalan-jalan mencari kesegaran di pagi hari. Di dalam perjalanan tersebut, Ramandika bertemu dengan Bargowi dan para pendekar yang dulu pernah bertarung dengannya. Namun, Ramandika tidak mengindahkan kehadiran para pendekar itu, ia berusaha untuk menghindari dan tetap melanjutkan perjalanan.Sebenarnya, Bargowi dan kawan-kawannya tidak terlalu mengenal Ramandika. Namun, ada salah seorang warga yang kebetulan tengah berbincang-bincang dengan Bargow
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

73. Ramandika Bertemu dengan Lasmina

Ramandika meluruskan pandangannya ke wajah sang pemilik warung itu, lalu bertanya lagi, "Sebenarnya Aki ini siapa? Kenapa Aki bisa tahu semua tentang kelompok Bargowi?"Pria paruh baya itu hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan dari Ramandika, karena pada saat itu para pengunjung warung mulai berdatangan. Dia bangkit dan langsung berlalu dari hadapan Ramandika untuk melayani para pengunjung lainnya."Aku harus segera membereskan persoalanlu dengan para pendekar anak buah Kuwu Sangkan. Setelah itu, baru aku akan melakukan teror terhadap pihak kerajaan," desis Ramandika.Seketika itu, terbayangkan wajah kedua orang tuanya, wajah Ramudya dan juga Rawinta. Mereka semua sudah tiada, mereka tewas karena korban kekejian orang-orang yang yang saat ini membayangi kehidupan Ramandika.Ketika Ramandika sedang hanyut dalam alam pikirannya. Tiba-tiba saja, terdengar suara halus merdu menyapanya."Permisi, bolehkah aku duduk di sini?" tanya seorang wanita cantik tersenyum lebar memandang ke
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

74. Bargowi dan Anak Buahnya Ditemukan Dalam Keadaan Tewas

Kemudian, wanita cantik itu langsung duduk di samping Ramandika sambil tersenyum-senyum memperhatikan wajah pemuda tampan itu.Lasmina bangkit dan langsung melangkah keluar hendak mencari dedaunan yang biasa dijadikan ramuan obat. Setelah mendapatkan daun-daun herbal tersebut, wanita cantik itu langsung mencucinya dengan bersih, lalu merebusnya.Setelah selesai merebus dedaunan obat itu, Lasmina berangkat ke warung untuk membeli makanan dan buah-buahan.****Menjelang tengah hari, Ramandika sudah bangun dari tidurnya. Ia tampak kaget dan terkejut ketika melihat di sampingnya sudah tersedia banyak buah-buahan dan makanan.Dia belum mengetahui jika Lasmina sudah pergi dari kediamannya."Ya, Sanghyang Widhi! Apakah ini semua sengaja disediakan oleh Lasmina?" desis Ramandika mengamati makanan dan buah-buahan yang ada di atas bebalean itu.Kemudian, ia bangkit dan langsung keluar. "Lasmina!" teriak Ramandika.Namun, tak ada sahutan meskipun dirinya berteriak keras. Seakan-akan, di rumah te
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

75. Ramandika Bertarung dengan Delima Wulan

Ramandika merasa bingung dengan pertanyaan wanita tersebut, bagaimana mungkin dirinya harus mengakui semuanya jika itu bukan dia yang melakukan. Bahkan, dirinya tidak tahu menahu siapa pelaku pembantaian tersebut."Aku memang memiliki persoalan dengan Bargowi, tapi bukan berarti aku yang membunuhnya. Tadi pagi kami telah sepakat untuk mengadu kekuatan di bukit ini, namun karena ada halangan aku datang terlambat. Ketika tiba di bukit ini, Bargowi dan anak buahnya sudah tak bernyawa lagi, mereka ditemukan oleh warga," terang Ramandika berkata dengan sebenar-benarnya.Meskipun sudah dijelaskan oleh Ramandika, wanita tersebut tetap saja tidak mempercayai penjelasan Ramandika. Dia tetap menuduh bahwa Ramandika adalah pelakunya."Aku tidak percaya dengan perkataanmu, Pendekar," bentak wanita itu sambil tersenyum-senyum sinis, "Seharusnya, jika kau memiliki persoalan dengan Bargowi, bicarakan baik-baik!" sambungnya.Ramandika menjadi geram, karena sikap wanita tersebut. Sehingga Ramandika su
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

76. Delima Wulan Luluh Kepada Ramandika

Namun, wanita tersebut terus melanjutkan serangannya. "Sudah kepalang tanggung, aku harus melumpuhkanmu sekarang!" bentak Delima Wulan kembali melakukan serangan.Ramandika semakin tersulut amarahnya, dengan suara keras ia membentak wanita tersebut, "Kalau serangan ini tidak kau hentikan. Maka, aku akan melakukan hal yang sama, dan tidak segan-segan untuk bertindak tegas terhadapmu!""Aku tidak peduli!" balas Delima Wulan terus menyabetkan pedangnya ke arah Ramandika.Serangan Delima Wulan sungguh cepat dan sangat membahayakan diri Ramandika. Sehingga, Ramandika pun langsung menghunus pedangnya. Mendadak sinar kuning keemasan berkilauan keluar dari ujung pedang yang baru saja dikeluarkan oleh Ramandika.Dengan gerakan yang sangat lincah, Ramandika langsung memainkan jurus pedang andalannya hendak melakukan serangan balasan terhadap Delima Wulan."Luar biasa sekali pedang pendekar itu," desis Delima Wulan merasa takjub melihat keistimewaan pedang pusaka Naga Geni.Seketika alur seranga
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

77. Lasmina Kembali Menemui Ramandika

Setibanya di depan rumah sederhana yang kini menjadi tempat tinggalnya, Ramandika sudah disambut senyuman manis gadis cantik berkulit putih. Dia Lasmina yang wajahnya mirip sekali dengan Mendiang Sintani—adik kandung Ramandika."Ternyata kau sudah lebih dulu ada di rumahku," desis Ramandika sambil tersenyum-senyum."Aku datang beberapa jam lalu, kau ke mana saja?" sahut Lasmina tampak semringah dengan kedatangan Ramandika.Ramandika turun dari kudanya dan langsung melangkah menghampiri gadis cantik itu. "Kita duduk di sana saja! Nanti aku ceritakan semuanya," ajak Ramandika mengarahkan pandangannya ke saung kecil yang ada di samping rumah tersebut."Baiklah," jawab gadis itu lembut.Lasmina pun langsung berjalan mengikuti langkah Ramandika menuju ke saung kecil yang ada di samping kanan rumah tersebut. Mereka langsung duduk di atas bebalean yang ada di dalam saung tersebut.Setelah duduk, Ramandika langsung menceritakan apa yang sudah terjadi pada dirinya.Lasmina hanya mengangguk-ang
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

78. Kehadiran Ki Bayu Geni

Ramandika tersenyum lebar mendengar pernyataan Lasmina yang mendukung apa yang menjadi misi utamanya pada saat itu. "Terima kasih banyak, Lasmina," ucap Ramandika. Jika tidak penasaran dengan semua tuduhan para pendekar dan juga penduduk desa Singkur yang sudah memfitnah dirinya telah melakukan pembunuhan, mungkin Ramandika sudah pergi jauh dari desa itu. Dengan demikian, ia memutuskan hanya menepi ke sebuah wilayah perbatasan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari desa Singkur. Karena Ramandika masih bisa memantau keadaan dan kondisi desa tersebut, demi melakukan penyelidikan siapa dalang di balik kematian Ki Durga dan keluarganya, serta kematian tetua adat yang misterius. Apa ada kaitannya dengan kematian Bargowi dan anak buahnya atau tidak? Semua akan diselidiki oleh Ramandika. Sebagai orang yang menjadi tersangka, Ramandika berpikir wajib untuk menyelidiki semua peristiwa tersebut, agar dirinya tidak selamanya menjadi target tuduhan para penduduk desa dan juga para pendekar di
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

79. Ramandika Tiba di Bangunan Tua Peninggalan Sejarah

Ki Bayu Geni tertawa lepas mendengar pertanyaan Ramandika. Sikapnya itu, tentu membuat Ramandika bingung. "Ditanya malah mentertawakan aku," hardik Ramandika sedikit kesal terhadap sikap pria senja itu. "Selama ini aku selalu mengikuti ke mana pun kau berangkat, tapi kau tidak mengetahui hal itu. Itu yang menjadi alasanku mentertawakanmu, Ramandika." "Jadi, selama ini Aki tidak ke mana-mana?" tanya Ramandika menatap tajam wajah pria senja itu. "Benar, Ramandika. Aku tidak pernah jauh darimu," jawab Ki Bayu Geni. "Lantas, kenapa Aki tidak membantuku ketika aku dalam kesulitan?" "Semua yang kau alami bukanlah sebuah kesulitan, karena kau masih mampu melepaskan diri dari hal yang kau anggap kesulitan itu. Terkecuali, jika kau benar-benar terhimpit, maka aku pasti akan membantumu." Ramandika menarik napas dalam-dalam mendengar jawaban Ki Bayu Geni. Lantas, ia pun kembali bertanya, "Mohon maaf, Ki. Jika selama ini Aki tidak ke mana-mana, sudah tentu Aki mengetahui orang yang telah me
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

80. Ramandika Tiba di Bukit Tengkorak

Ramandika terus memperhatikan dan menyimak percakapan tiga orang pendekar itu. Sehingga dirinya pun dapat memastikan bahwa mereka adalah ancaman baru baginya yang secara tidak langsung hendak melibatkan diri dalam persoalan pelik yang kini tengah ia alami.'Ya, Sanghyang Widhi! Bukannya selesai, justru persoalan ini semakin menjadi-jadi,' batin Ramandika.Beberapa saat kemudian ....Ada seorang pendekar lagi yang datang ke gedung tua itu. Dia langsung masuk menghampiri tiga orang pendekar yang sudah lebih dulu berada di dalam.Pendekar tersebut adalah Ajima, dia berasal dari kelompok pendekar Demba Timur sama dengan tiga orang pendekar yang sudah lebih dulu berada di dalam gedung tua itu.Ketiga orang pendekar itu adalah Ki Balongga, pria yang bertubuh kurus yang mendiami gedung tersebut. Sementara yang dua orang lainnya adalah Danetra, dan Suntara—anak buah Ki Balongga.Setelah berada di hadapan Ki Balongga dan dua anak buahnya, Ajima langsung menjura sambil membungkukkan badannya."
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status