"Kamu kok gitu sih, ngomongnya ke Damar, Ta? Bukan Damar tak peduli dengan Rafis, tapi kan kamu sendiri yang ingin kalian pisah." Ibu mulai membelaku. Cepat sekali hati Ibu berubah-ubah. Tadi ia mengemis-ngemis pada Dista agar kembali padaku. Sekarang malah sudah berubah lagi pandangannya pada Dista."Apa, Bu? Aku sendiri yang ingin pisah? Bukannya Ibu juga dulu yang paling semangat untuk memisahkan kami?" Balas Dista tak mau disudutkan."Sudah-sudah! Dista, iya, aku minta maaf. Aku sadar akan kekuranganku selama ini sebagai Papa Rafis. Tapi apa tak boleh aku ikut menjenguk Rafis sebentar saja?" Pintaku lagi."Ya udah, nanti datang aja ke lantai empat, ruang 405. Di situ Rafis dirawat," jawab Dista acuh, lalu langsung berlalu meninggalkanku dan Ibu tanpa pamit.Ibu mendengus kesal setelah kepergian Dista, lalu kembali menjatuhkan bokong ke bangku."Ibu kenapa begitu sih tadi, Bu?" Protesku sembari ikut duduk di samping Ibu."Begitu gimana?""Ya Ibu ngapain tadi peluk-peluk Dista begi
Read more