Home / Romansa / Perangkap Sang Penguasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Perangkap Sang Penguasa: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

Bab 80. Direndahkan

Tubuh Qiana limbung. Dia nyaris terjatuh kalau tidak ada Beatrice di sebelahnya yang segera menopang. Kejutan ini begitu luar biasa.Sementara itu udara sekitar dipenuhi bisik-bisik para undangan yang juga terkejut dengan pernyataan Charles Nielson“Ta... tapi... Kau tidak bisa sembarangan menuduh. Ada tes DNA....” Qiana bicara dengan terputus-putus.“Aku sudah melakukan tes DNA. Hasilnya, kita tidak ada hubungan apa pun.”Tubuh Qiana gemetar dalam pelukan Beatrice. Airmatanya menggenang sesaat lalu jatuh membasahi wajahnya yang telah menjadi pucat sebelumnya.Dia hanya bisa menggeleng sebagai bentuk penolakan dari kenyataan yang didengarnya. Tadinya dia masih memliki harapan akan belas kasih lelaki di depannya ini. Semula dia pikir dengan menceritakan tentang ibunya akan terbit penyesalan di hati orang yang dulu dipanggilnya sebagai ayah. Nyatanya hal itu tidak akan ada artinya lagi. Mungkin kematian ibunya malah akan dirayakan oleh Charles Neilson.“Qiana, sudahlah. Kau harus kuat.
Read more

Bab 81. Tidak Peduli Apa pun

“Qiana, kurasa kau bisa melakukan apa pun....” Beatrice merasa sedikit ketakutan saat mendengar nada bicara Qiana. Apa yang dipikirkan temannya ini? Apa dia bermaksud mencelakainya keluarganya sendiri? Apalagi waktu dilihat Beatrice sebuah senyum samar di bibir Qiana, dia jadi mengira-ngira akan nasib orang-orang yang sudah merendahkan gadis itu.Mereka sampai di Yardley menjelang sore hari. Qiana menghentikan taksi di depan hotel Phoenix tanpa peduli apakah Beatrice akan bertanya-tanya karenanya. Pikirannya hanya terfokus pada satu hal. Dia ingin segera menemui Ned dan berbicara dengannya.Taksi kemudian pergi dengan menyisakan Beatrice di dalamnya. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya atau sekedar bercanda.Qiana memasuki Phoenix lewat lobi depan. Padahal di hari biasanya meskipun dia pulang dan pergi menggunakan kendaraan umum, dia selalu berhati-hati untuk tidak menarik perhatian tamu hotel ataupun karyawan yang bekerja di s
Read more

Bab 82. Ada Apa Dengan Qiana?

“Bicaralah nanti setelah makan malam. Sekarang kau mandi dulu. Kau kelihatan sangat kacau.” Ned bisa melihat sisa-sisa airmata di wajah gadis itu. Dia tak mengira membiarkan Qiana ke Blackstone akan menyeret gadis ini pada masalah baru.“Tapi aku harus mengatakannya sekarang.” “Apa bedanya dengan nanti? Lagipula masih ada yang harus kukerjakan.” Ned kembali meraih sebuah kertas berisi laporan kinerja perusahaan. Dia mengabaikan Qiana setelahnya.Akhirnya Qiana cuma bisa pergi ke kamarnya sambil menghentakkan kaki dengan kesal. Dia sudah tidak sabar lagi untuk bicara dengan Ned, tapi lelaki itu tidak ingin diganggu. Dan wanita sekretaris itu, Qiana jadi teringat. Dia berbalik di dekat pintu dan berkata pada Ned. “Aku tidak suka dengan sekretarismu itu. Kenapa dia harus bekerja dengan pakaian ketat seperti itu. Awas saja kalau aku melihatnya lagi.” Lalu Qiana keluar sambil menutup pintu dengan suara ribut.Ned hanya bisa menghela napas menahan kesabarannya. Qiana tampak uring-uringan da
Read more

Bab 83. Sebuah Syarat

Ada keheningan yang terasa panjang usai Qiana mengatakan itu. Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Diam-diam dia menoleh pada Ned. Lelaki itu masih menutup rapat kedua matanya.“Apa masalahnya sangat besar?” tanya lelaki itu tiba-tiba.“Eh? Apa maksudmu?” Ned membuka mata lalu bangkit dari posisi berbaringnya.“Kau ingin menyuapku dengan tubuh kurusmu itu bukan?” Tatapan Ned membuat nyali Qiana mengecil. Namun kata-katanya yang menghina membuat wajah Qiana memerah. Dia menunduk memandang tubuhnya sendiri. Menurutnya dia cukup seksi. Lagipula banyak yang mengatakan kalau Qiana sangat cantik. Ned berlebihan dengan mengatakan dia kurus. Qiana tahu lelaki itu diam-diam suka memandanginya dengan tatapan mesum.“Siapa yang ingin menyuapmu?” Qiana menaikkan bantal di pelukannya hingga leher.“Bukankah tadi kau bertanya apa aku tidak ingin tidur denganmu? Kaupikir aku mau menyentuh tubuh kurusmu itu? Makan yang banyak dulu, baru datang merayu.”Mata Qiana melotot mende
Read more

Bab 84. Qiana, Parfum Apa Yang Kau Pakai?

Qiana terdiam mendengar Ned yang secara jelas mengatakan pernikahan sebagai syarat bagi permintaannya.“Bagaimana? Apa kau setuju?” “Apa... kau serius ingin menikah denganku?” Entah kenapa Qiana menjadi sangat malu. “Apa kau pernah melihat aku bercanda?” Ned balik bertanya.Qiana menggeleng lemah. Ned memang tidak suka bercanda. Jadi ini benar-benar serius!Gadis itu meringis begitu menyadari bahwa dia sebenarnya sedang dilamar.“Kakak, apa kau sedang... melamarku?” Qiana merasa mual. Dia teringat beberapa adegan di film ketika seseorang sedang dilamar. Biasanya akan ada makan malam, banyak bunga dan sebuah cincin. Mungkin juga pertunjukan kembang api spektakuler jika si lelaki adalah seorang yang sangat kaya. Dia pernah membayangkan hal serupa terjadi padanya. Sepertinya akan sangat luar biasa.Saat ini Ned Zavier yang konon adalah lelaki terhebat kota Yardley meminta Qiana untuk menikah dengannya. Bukankah lelaki ini sedang melamarnya? Lalu dimana bunga dan cincinnya? Apa Ned tida
Read more

Bab 85. Toko Perhiasan Mark

Qiana mengamati tulisan pada botol parfum lalu tertawa sendiri.“Kupikir ini parfum merek terbaru. Lagipula harganya lebih murah dibandingkan merek lain. Tapi kurasa baunya cukup enak.” Qiana mengendus lagi wanginya langsung dari botol.“Apa kau kekurangan uang sampai harus mencari yang lebih murah?” “Eh, tidak juga. Uangku masih ada. Tapi aku harus berhemat sebelum mendapatkan pekerjaan baru. Pekerjaanku di kafe telah digantikan orang lain.” Qiana jadi ingat kalau dia semula berniat mencari pekerjaan. Gara-gara insiden di Blackstone kemarin dia sampai melupakannya.Mungkin besok aku bisa mulai mencari, pikir Qiana lagi.Ned mengambil sesuatu di laci meja, memberikannya pada Qiana. “Simpan dan gunakan sesukamu,” ujarnya.Itu adalah black card. Sebuah kartu pembayaran tanpa batas yang hanya dimiliki sedikit orang. Meski keluarga Nielson cukup kaya, tapi mereka tidak bisa memiliki kartu seperti ini. Dan Ned memberikan benda itu pada Qiana dengan mudahnya.“Kakak, ini berlebihan. Aku ti
Read more

Bab 86. Gadis Penipu

Sekilas senyum sang pelayan terlihat ramah, tapi kata-katanya kemudian membuat Qiana mengerutkan alis.“Nona, kalau ingin mencari orang, di sini bukan tempatnya. Kau bisa datang ke kantor polisi dan melaporkannya di sana.”Nada bicaranya terdengar lembut. Hanya makna di balik kalimat itu terkesan merendahkan. Pandangan Qiana akan kesopanan pelayan itu mendadak berubah. Sudut bibirnya terangkat mengulas senyum dingin. Bahkan seorang pelayan toko merasa berhak untuk merendahkannya.Tidak! Dia sudah bosan direndahkan!“Bagaimana kalau kukatakan aku mencari pemilik toko ini? Tuan Mark Archer. Aku kenal dengannya. Katakan, aku Qiana Zavier ingin bertemu.”Si pelayan terdiam sesaat. Sebuah pemikiran yang menurutnya cukup masuk akal melintas di kepalanya. Gadis ini sedang membual. Mungkin dia sedang bersiasat dengan membuat keributan sementara beberapa temannya akan memanfaatkan situasi untuk mengambil kesempatan. Toko Mark telah dilengkapi sistem keamanan tercanggih. Namun para karyawannya
Read more

Bab 87. Qiana Zavier Adalah Tunangan Tuan Zavier.

Si manajer melihat pada gadis di depannya. Dia tidak perlu mengulangi memperhatikannya. Dalam sekali lihat dia sudah yakin kalau gadis ini adalah seorang pembual. Parahnya dia membual menggunakan nama sebuah keluarga paling terkenal di Yardley. Tipuannya terlalu mudah diketahui.“Tentu saja kaulah gadis penipu itu. Nona, sebaiknya kau segera pergi dari tempat ini sebelum aku memanggil petugas keamanan. Karena akan sangat memalukan jika harus diseret keluar dari sini. Kau masih sangat muda. Aku cukup mengerti jiwa remaja yang labil. Tapi kau tidak perlu berhayal setinggi itu. Tidak ada seorang gadis muda dalam keluarga Zavier. Aku cukup mengenal keluarga itu.” Perkataan si manajer cukup jelas. Dia sedang mengusir Qiana terang-terangan.Qiana menjadi geram. Dia tidak tahu jadi serumit ini untuk mematahkan kesombongan mereka. Harusnya dari awal datang dia langsung menelpon Ned agar tidak harus berurusan dengan orang-orang ini.“Bagaimana dengan ini?” Qiana menunjukkan kartu hitam di tanga
Read more

Bab 88. Makan Malam di Atap

Walaupun Qiana sangat kesal dengan perlakuan sang manajer, dia tidak menyukai pemandangan seperti itu. Jadi dia menarik-narik ujung lengan jas Ned dan merengek seperti anak kecil.“Kakak, lebih baik kita ke tempat lain saja. Aku tidak suka tempat ini.” Kata-kata Qiana membuat si manajer makin ketakutan. Semula dia pikir akan meraih penjualan besar hari ini dengan kedatangan seorang penting seperti tuan Zavier. Tidak disangka karena kelalainnya malah mengakibatkan insiden yang membuat posisinya terancam. Apa yang akan dikatakan tuan Archer begitu mengetahui pelanggan penting mereka kabur karena ketidakbecusan karyawannya? Dan yang lebih penting, apa yang akan dilakukan bos padanya?Si manajer hendak mengatakan sesuatu lagi, tapi Ned sudah berkata pada Qiana. “Kau tidak ingin membeli cincinnya?”Qiana menggeleng. “Tidak. Kita cari di tempat lain saja.” Dan tanpa mengacuhkan orang-orang di sekitar dia menarik tangan Ned mengajak lelaki itu pergi.“Nona... Nona.... Kami punya koleksi cin
Read more

Bab 89. Pertunjukan Kembang Api

“The Blue Star?” Qiana mengulangi kata yang diucapkan Ned. “Apa ini sangat berharga?”“Salah satu legenda berlian yang pernah ditemukan di Afrika. Terakhir menghilang setelah sebuah lelang online. Tak kusangka berada di tangan Mark Archer.” Qiana mencoba benda itu ke jari manisnya. Sedikit longgar. “Tidak buruk. Kau hanya perlu makan lebih banyak lagi,” komentar Ned waktu melihat cincin itu sedikit kurang pas di jari Qiana.Qiana tidak menghiraukan komentar Ned. Dia sudah mulai terbiasa dengan mulut tajam lelaki itu. Sebaliknya dia malah sibuk mengamati cincin itu dengan menelitinya dari tiap sudut. Tak ada yang luar biasa. Semua berlian memang terlihat berkilau menurutnya. Tapi harus diakui Qiana, cincinnya memang indah. “Sudah puas melihat?” Ned memperhatikan Qiana yang tak juga berhenti mengutak-atik cincinnya. Dia bahkan mengetuk-mengetukkannya ke permukaan meja. Entah apa yang ingin dibuktikan gadis itu.“Cincinnya sangat indah. Kau harus berterima kasih pada tuan Archer.”“Bu
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status