Qiana memeluk gulingnya sambil berbaring di sofa, membelakangi Ned. Dia tidak menghiraukan teguran lelaki itu yang menyuruhnya untuk kembali ke ranjang saat ke luar dari kamar mandi.Tadi Qiana sampai menangis memohon pada Ned agar lelaki itu menangguhkan keinginannya. Saat Ned tertegun mendapati kesungguhan penolakan gadis itu, Qiana mendorong Ned sekuatnya hingga terguling ke sisinya. Dengan panik gadis itu menyelimuti tubuhnya dan menjauh dari Ned. “Bukankah kita akan menikah juga?” keluh Ned sambil memijit keningnya.Qiana meringkuk di sofa dengan bantal dan guling. Gadis itu menekuk bibirnya membuang muka.“Kapan?” tuntut Qiana.“Kapan saja kau inginkan.” “Aku tidak ingin buru-buru menikah.”“Kalau begitu permintaanmu juga ditangguhkan setelah pernikahan.” Ned turun dari ranjang. Merasa sedikit pusing di kepalanya. Wanita mana yang pernah menolak Ned? Selama ini mereka bahkan berebutan naik ke ranjangnya. Tapi gadis ini, gadis yang telah dijanjikannya untuk dinikahi malah mati
“Aku ingin mengunjungi ibu,” ujar Qiana saat mereka dalam perjalanan pulang. Dia terus memainkan cincin di jari dengan memutar-mutarnya. Ternyata bias kebiruan dari berlian terlihat serasi dengan warna bajunya.Ned memberitahu Wilson untuk pergi ke pemakaman.Setelah setengah jam perjalanan, keduanya terlihat berdiri di depan sebuah batu nisan. Seikat bunga diletakkan di atasnya oleh Qiana. Matanya sudah terlihat berkaca-kaca. Ada perasaan haru yang memenuhi hatinya. Bagaimana pun, mulai hari ini Ned telah berjanji untuk menjaga Qiana seumur hidupnya. Mulanya janji itu terdengar tidak ada artinya di telinga Qiana. Kini, saat berada di depan makam ibunya, janji itu terasa sangat berarti. Setelah ayahnya menolak mengakui Qiana sebagai putri kandungnya, dia merasa sendirian di dunia ini. Hari ini, Ned telah menjadi satu-satunya yang dia miliki.“Ibu, hari ini aku menikah. Bisakah kau melihatnya? Bagaimana menurutmu, apa kau menyukainya? Kau pasti sudah mengenal Ned. Menurutku dia lumaya
“Maaf, Nona. Kami sudah tidak memerlukan tambahan karyawan lagi.” Qiana masih sempat mendapati gerakan gadis itu yang diam-diam menarik selembar kertas dari atas meja. Sebelumnya Qiana melihat tulisan di atasnya. Lowongan pekerjaan.Entah kesalahan apa yang pernah dilakukannya di masa lalu hingga kerap bertemu orang-orang yang selalu meremehkannya hanya dengan sekali pandang.Dengan malas, Qiana tersenyum sedikit pada gadis resepsionis lalu berbalik pergi. Dia sedang tidak ingin membuat keributan hari ini.Tiba di Phoenix hari masih belum terlalu sore. Qiana menyempatkan mencari di internet berita tentang Allard Corp. Perusahaan itu memiliki pertumbuhan yang baik dalam beberapa tahun terakhir. Dan seperti beberapa tahun sebelumnya, jabatan presdir masih dipegang oleh pamannya, Jason Allard.Qiana mencari lagi tempat tinggal mereka yang baru. Sebuah perumahan elit kelas satu di tengah kota.Ned kembali dari suatu urusan di luar menjelang makan malam. Dia mendapati Qiana di ruang tamu
Gadis yang menyapa mereka itu adalah Shein!Qiana meraung marah dalam kungkungan tangan kuat Ned. Shein yang membuatnya menanggung malu saat di klub. Gadis itu bahkan lari dari tanggung jawab. Dia menolak memberikan uang hadiahnya, membuat Qiana terperangkap dalam genggaman Ned Zavier.Ned yang sekarang menjadi suaminya....Qiana mendadak terdiam. Malu sendiri. Kalau bukan karena gadis bernama Shein ini, mereka tidak akan pernah bertemu. Kalau bukan karena Shein, mungkin sekarang dia harus menghadapi semuanya sendirian.“Hai, Qiana. Tidak disangka kita bisa bertemu di sini. Kakakku ternyata benar-benar serius denganmu, ya? Kalian terlihat sangat akrab. Apa kalian sudah tidur bersama?” Shein tertawa setelah menggoda Qiana. Dia tidak takut sama sekali kalau Qiana akan menyerangnya. Dengan adanya Ned, dia tahu lelaki itu tidak akan membiarkan Qiana menyakitinya.Kemarahan Qiana yang semula mereda, bangkit kembali demi mendengar ocehan Shein. Matanya melotot dan dia berontak dalam pelukan
“Ba... bayi?” Qiana tidak pernah memikirkannya. “Bibi, aku....”“Bibi apanya? Panggil aku ibu. Sekarang kau sudah menjadi bagian dari keluarga Zavier.” Queena tidak setuju dengan cara Qiana memanggilnya. “Hey, apa kau tidak melihat kalau kita berdua memiliki kemiripan nama?”“Hah?” Qiana menjadi bingung oleh topik pembicaraan yang berubah-ubah dengan cepat.“Namamu Qiana. Aku Queena. Bukankah terdengar mirip. Ini pasti sudah menjadi takdir kita. Tidak terlahir menjadi putriku, jadi menantu pun tak apa.” Queena tidak menutupi perasaan senangnya. Matanya yang berwarna coklat gelap terlihat bersinar. Dia tidak kelihatan seperti usianya yang di akhir empat puluhan. Tapi lebih muda lagi.Qiana dibuat meringis mendengarnya. Setidaknya dia cukup lega topik tentang bayi teralihkan.“Oya, aku turut berduka tentang ibumu.” Queena seolah baru teringat. Dia meraih tangan menantunya. “Tapi sekarang kau memiliki aku. Aku akan menggantikan ibumu. Kau bisa membicarakan apa pun denganku. Bahkan bila N
Qiana meringkuk dengan tubuh polosnya di bawah selimut. Rambutnya tersebar di bantal dan sekitar wajah membentuk jalur-jalur gelap. Jejak keringat membuat beberapa helaiannya menempel di kening dan pipi Qiana. Matanya terpejam, tapi sebenarnya dia tidak sedang tidur.Semua ini Qiana tahu cepat atau lambat akan terjadi juga. Dia bahkan mengira akan lebih awal harus menghadapinya ketika suatu waktu dia datang pada Ned untuk meminta uang. Saat itu dia nyaris siap menghadapi resiko apa pun.Nyatanya dia tidak pernah siap. Bahkan setelah mereka menikah, dia masih mencoba menghindar. Namun Qiana sama sekali tidak mengira Ned akan menyerangnya di siang bolong seperti ini. Di rumah orangtuanya sendiri. Lalu bagaimana dengan suara jeritannya tadi? Qiana pikir dia bahkan tidak sanggup mengeluarkan suara lagi karena saat ini tenggorokannya sangat sakit. Tidak! Bukan cuma tenggorokannya, tapi semuanya.Seseorang memeluk pinggangnya. Ned! Qiana bisa merasakan napas lelaki itu di leher dan telingan
Queena meletakkan baki di meja sebelah tempat tidur, lalu duduk di sebelah menantunya yang terlihat shock.“Kataan, apa Ned menyakitimu?”Qiana makin merapatkan selimutnya, menariknya hingga leher. Ada jejak-jejak kejahatan Ned yang harus ditutupinya. Kemudian dengan ragu menggeleng.“Tidak, Bu. Aku... baik-baik saja.” Dia melirik sengit pada Ned yang hanya berdiri saja di dekat jendela mengawasi.Lelaki tidak tahu malu itu tidak berusaha menutupi perbuatannya.Setidaknya bereskan kekacauan ini!Bahkan pakaian mereka masih berserakan di lantai. Rasanya Qiana ingin menjadi tak terlihat saja. Dia tidak sanggup menanggung rasa malu ini.“Bu, kau mengganggu tidur Qiana.” Ned mencoba mengusir ibunya walaupun tahu akan sia-sia.“Masih terlalu awal untuk tidur. Lagipula dia belum makan malam.” Queena selalu punya cara mendebat putranya. Dia merapikan rambut Qiana yang berantakan dan menyatukannya dalam satu kunciran di belakang. Matanya menangkap beberapa tanda merah di belakang leher gadis
Ned kembali ke kamar sesaat setelah ibunya pergi. Qiana langsung membalikkan badan tidak ingin melihat pada lelaki itu. Menurutnya semua kekacauan ini adalah salah Ned. Dia seharusnya yang bertanggung jawab.Namun saat dirasakannya gerakan ranjang di belakangnya dan sebuah lengan yang memeluknya erat, Qiana berkata juga. “Kakak, lepaskan.”Namun Ned mengabaikannya. Dia malah mempererat pelukannya.“Apa ibuku menyulitkanmu?”“Kau lebih menyulitkanku. Kau membuatku malu pada ibu,” sahut Qiana sengit.“Yang tadi aku minta maaf. Ibuku tidak bermaksud buruk.”“Tapi aku sangat malu....”Sebuah kecupan ringan mendarat di kening Qiana.“Maaf.”“Kau juga menyakitiku, tapi aku terpaksa menutupinya dari ibu.”“Kau memang tidak boleh mengatakannya bukan? Kalau tidak kau akan semakin malu.”“Aku tidak mau lagi tidur denganmu.”“Itu tidak mungkin.”“Kenapa tidak?”“Ibu akan bertanya-tanya dan kau tidak akan tahu apa yang bisa dia lakukan. Selain cerewet dia juga keras kepala.”Qiana bungkam. Jika h
Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis
“Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah
Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke
“Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh
Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m