Qiana meringkuk dengan tubuh polosnya di bawah selimut. Rambutnya tersebar di bantal dan sekitar wajah membentuk jalur-jalur gelap. Jejak keringat membuat beberapa helaiannya menempel di kening dan pipi Qiana. Matanya terpejam, tapi sebenarnya dia tidak sedang tidur.Semua ini Qiana tahu cepat atau lambat akan terjadi juga. Dia bahkan mengira akan lebih awal harus menghadapinya ketika suatu waktu dia datang pada Ned untuk meminta uang. Saat itu dia nyaris siap menghadapi resiko apa pun.Nyatanya dia tidak pernah siap. Bahkan setelah mereka menikah, dia masih mencoba menghindar. Namun Qiana sama sekali tidak mengira Ned akan menyerangnya di siang bolong seperti ini. Di rumah orangtuanya sendiri. Lalu bagaimana dengan suara jeritannya tadi? Qiana pikir dia bahkan tidak sanggup mengeluarkan suara lagi karena saat ini tenggorokannya sangat sakit. Tidak! Bukan cuma tenggorokannya, tapi semuanya.Seseorang memeluk pinggangnya. Ned! Qiana bisa merasakan napas lelaki itu di leher dan telingan
Queena meletakkan baki di meja sebelah tempat tidur, lalu duduk di sebelah menantunya yang terlihat shock.“Kataan, apa Ned menyakitimu?”Qiana makin merapatkan selimutnya, menariknya hingga leher. Ada jejak-jejak kejahatan Ned yang harus ditutupinya. Kemudian dengan ragu menggeleng.“Tidak, Bu. Aku... baik-baik saja.” Dia melirik sengit pada Ned yang hanya berdiri saja di dekat jendela mengawasi.Lelaki tidak tahu malu itu tidak berusaha menutupi perbuatannya.Setidaknya bereskan kekacauan ini!Bahkan pakaian mereka masih berserakan di lantai. Rasanya Qiana ingin menjadi tak terlihat saja. Dia tidak sanggup menanggung rasa malu ini.“Bu, kau mengganggu tidur Qiana.” Ned mencoba mengusir ibunya walaupun tahu akan sia-sia.“Masih terlalu awal untuk tidur. Lagipula dia belum makan malam.” Queena selalu punya cara mendebat putranya. Dia merapikan rambut Qiana yang berantakan dan menyatukannya dalam satu kunciran di belakang. Matanya menangkap beberapa tanda merah di belakang leher gadis
Ned kembali ke kamar sesaat setelah ibunya pergi. Qiana langsung membalikkan badan tidak ingin melihat pada lelaki itu. Menurutnya semua kekacauan ini adalah salah Ned. Dia seharusnya yang bertanggung jawab.Namun saat dirasakannya gerakan ranjang di belakangnya dan sebuah lengan yang memeluknya erat, Qiana berkata juga. “Kakak, lepaskan.”Namun Ned mengabaikannya. Dia malah mempererat pelukannya.“Apa ibuku menyulitkanmu?”“Kau lebih menyulitkanku. Kau membuatku malu pada ibu,” sahut Qiana sengit.“Yang tadi aku minta maaf. Ibuku tidak bermaksud buruk.”“Tapi aku sangat malu....”Sebuah kecupan ringan mendarat di kening Qiana.“Maaf.”“Kau juga menyakitiku, tapi aku terpaksa menutupinya dari ibu.”“Kau memang tidak boleh mengatakannya bukan? Kalau tidak kau akan semakin malu.”“Aku tidak mau lagi tidur denganmu.”“Itu tidak mungkin.”“Kenapa tidak?”“Ibu akan bertanya-tanya dan kau tidak akan tahu apa yang bisa dia lakukan. Selain cerewet dia juga keras kepala.”Qiana bungkam. Jika h
“Bagaimana dengan nenek dan pamanmu?” tanya Ned.“Aku tidak mengerti apa-apa tentang perusahaan keluarga Allard. Tapi aku tahu ibu seharusnya memiliki bagiannya di sana. Bisakah kau menyelidikinya untukku?” Entah kenapa Qiana merasa kalau dirinya sekarang telah berubah menjadi jahat. Dia menjadi tidak fokus pada hidupnya sendiri tapi hanya berpikir tentang cara untuk membalas dendam.“Kakak, apa menurutmu aku terlalu serakah dan jahat jika menginginkan orang-orang yang pernah menyakitiku dan ibu merasakan hal yang sama dengan kami?”Ned mendekati Qiana yang tengah duduk di sofa, menarik gadis itu dalam pelukannya. “Aku tidak pernah memikirkannya apakah kau serakah atau jahat. Akan kulakukan apa pun untuk membalaskan semua perlakuan mereka pada istriku. Aku selalu membayar lebih. Jadi jangan terkejut saat nanti menemukan mereka mengemis di jalanan.”Seandainya Qiana tahu apa yang dilakukan Ned pada para penculiknya saat dia masih anak-anak. Suatu waktu ketika dia sudah memiliki kekuasa
Itu adalah Allison Alllard, sepupu sekaligus rival abadi Qiana sejak kecil! Mereka selalu dibanding-bandingkan tiap ada pertemuan keluarga atau di tiap kesempatan berbicara tentang anak-anak. Neneknya hanya memiliki dua anak, paman Qiana, Jason Allard dan ibunya, Diana Allard. Entah kenapa, Jason sebagai kakak laki-laki selalu menjadi kebanggaan sang ibu dibandingkan adik perempuannya. Begitu pun kemudian dengan anak-anak mereka, yaitu cucu dari Rossie Allard, Allison dan Qiana. Untunglah, Qiana selalu punya kelebihan jika dibandingkan dengan Allison. Dan itu tidak saja membuat kesal Allison sendiri tapi juga paman, bibi dan neneknya.Nona Amory, sang dosen menyungging senyum sinis. “Siapa pun bisa mengaku sebagai apa saja. Tapi selama tak ada bukti yang valid apalah artinya sebuah sebutan. Memangnya kenapa kalau dia kekasih tuan Zavier? Banyak gadis yang begitu liar berimajinasi hingga tidak menyadari kapasitasnya dan dengan bodohnya menyandingkan diri dengan seseorang yang mungkin
Qiana menghitung berapa banyak umpatan yang dilontarkan Allison padanya dan mendapati lidah gadis itu masih setajam dulu.“Sejak kapan urusanku menjadi urusanmu?” Qiana melangkah melewati Allison hingga bahu mereka bertabrakan yang membuat sepupu Qiana itu terdorong ke samping. Dia mengabaikan semua ucapan Allison. Tidak ada gunanya berdebat dengan gadis yang tidak punya otak.“Hei, kau! Aku tahu kau cuma membual. Kau hanyalah anak haram yang dibuang oleh orang yang kau sebut ayah. Tak ada yang akan sudi memungut sampah sepertimu, apalagi orang seperti tuan Zavier. Kau kira dia tidak punya mata dan telinga?” Qiana menghentikan langkah, berbalik dan menyeringai. Takdir memang tidak bisa dimengerti bahkan oleh orang yang menjalaninya sendiri. Jika dipikir-pikir dia juga tidak percaya bahwa hari ini dia sudah menjadi istri Ned Zavier yang terkenal. Tak peduli orang mau percaya atau tidak. Pada akhirnya mereka harus menerima itu.“Tampaknya kaulah yang berpikir bahwa tuan Zavier tidak m
“Kami sudah menikah,” sahut Qiana ketus tanpa menghentikan langkahnya. Dia masih tidak bisa menahan emosinya karena peristiwa di kelas tadi. Kata-katanya menjadi sedikit kasar.“Apa?!” Beatrice histeris. Langkahnya tiba-tiba terhenti. “Kalian sudah menikah? Qiana, jangan bercanda!”Qiana makin mempercepat langkahnya. Hatinya benar-benar kacau hari ini. Dia tidak mempedulikan Beatrice yang shock. Percaya atau tidak, bukan urusannya. Dia tidak akan rugi sedikit pun.“Qiana, tunggu!” Beatrice kemudian sadar bahwa Qiana tidak peduli apa pun reaksinya. Rasa tidak percayanya malah membuat gadis itu makin marah. Sekarang sepertinya Beatricelah yang menjadi sasaran kekesalan gadis itu. Namun Qiana sudah memanggil sebuah taksi dan menghilang dari pandangan mata Beatrice.***Gedung kantor perusahaan Allard Corp yang baru.Jason Allard tengah berdiri dengan menumpukan kedua lengan di atas meja rapat. Kepalanya menunduk dengan kedua mata terpejam. Wajahnya tampak gusar.Semua peserta rapat tidak
“Berceritalah. Akan kudengarkan,” ujar Ned dengan suara serak, tapi dia tak menghentikan gerakannya. Dia malah bangkit dan menggendong Qiana lalu meletakkannya di atas ranjang.“Mana... bisa....” Qiana mengerang saat Ned kembali menyerangnya. Dia hendak protes, tapi malah mulai kehilangan akal sehat.Untuk sesaat mereka melupakan sekeliling nya dan hanya mengikuti saja keinginan liar yang menguasai.Setelah beberapa waktu yang melelahkan.“Tidak jadi berceritanya?” Ned memeluk tubuh polos istrinya di bawah selimut.Qiana hanya menggeleng sedikit tanpa membuka mata. Otaknya masih belum bisa mencerna apa pun. Dia rasanya sudah lupa hal yang menjadikannya kacau seharian ini. Ide Ned tentang membangkitkan semangat nyatanya tidak terbukti. Dia malah kehilangan seluruh tenaga dan keinginan untuk melakukan apa pun. Bahkan untuk sekedar bercerita.Sudut bibir Ned terangkat. Disekanya sedikit keringat yang masih tersisa di wajah Qiana.“Kalau begitu, aku punya sedikit kabar baik untukmu.”“Apa
Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis
“Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah
Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke
“Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh
Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m