Home / Romansa / Cinta yang Kau Bawa Pergi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta yang Kau Bawa Pergi : Chapter 31 - Chapter 40

157 Chapters

Part 31 Perempuan dan Keputusannya 2

Mobil memasuki Tunjungan Plaza Surabaya ketika suasana benar-benar redup karena hujan deras. Keduanya langsung menuju ke lantai atas, ke Solaria. Mengambil tempat duduk paling pinggir karena hanya tempat itu yang tersisa, soalnya ramai pengunjung di sana sore itu."Kamu mau makan apa?" "Nggak, aku pesan black currant saja.""Beneran nggak mau makan?" tanya Barra sekali lagi.Delia menggeleng. "Aku masih kenyang."Barra pergi memesan minuman. Karena harus pesan dan membayar dulu baru dilayani kalau makan di Solaria."Aku mencarimu ke Malang kemarin." Barra mulai bicara, membuat Delia memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya."Untuk apa mencariku?""Kamu kan istriku."Delia tersenyum simpul. Baru sekarang bilang istri. Empat bulan ini dia malah seperti pihak ketiga di antara hubungan Barra dan Tiara."Malam ini kita pulang ke apartemen," ajak Barra."Aku ke sana hanya untuk mengambil berkas, karena malam ini aku janjian bertemu Mas Samudra."Mendengar nama pria itu disebut, membuat ro
Read more

Part 32 Dilema 1

"Aku mau pulang, Mas." Delia berdiri sambil meraih tali tasnya. Barra juga ikut berdiri dan meraih kunci mobilnya di atas meja. "Kuantar!"Sebentar kemudian mereka berkendara membelah malam dan hujan. Di sisi lain, Delia sadar posisinya sebagai istri yang harus taat pada suami. Barra memang salah, tapi sejauh mana kesalahannya, Delia tidak tahu. Apakah mereka pernah berhubungan lebih dari sekedar berpelukan atau sudah ke ranah ranjang? Sekecil apapun kecurangan pasangan, sakitnya memang tak mudah dihilangkan."Kita makan dulu!" Barra membelokkan mobilnya ke sebuah rumah makan ikan bakar. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat itu. Antara dirinya dan Delia pun belum ada yang mandi. Aroma asap dari bumbu bercampur dengan bau agak hangus ikan yang di bakar menguar ke udara yang basah. Membangkitkan selera setiap perut lapar yang menantikan hidangan.Delia bersemangat untuk menunggu pesanannya di antar. Perutnya memang sudah terasa lapar, makanya tidak menolak saat diajak ma
Read more

Part 33 Dilema 2

Barra malah heran dengan permintaan istrinya. Selama menikah mereka tidak pernah mengurusi ponsel pasangan. Memeriksa, ngotak-ngatik, bahkan hanya sekedar memegang. Sama sekali tidak pernah."Penelepon tadi mencari, Mas."Pria itu memandang istrinya. Apa dia Cintiara yang meneror Delia karena sejak tadi meneleponnya dan tidak dijawab. Karena penasaran dan khawatir Cintiara mengganggu Delia, Barra segera mengambil ponsel dan menjawabnya.Melihat rona wajah Barra yang tampak kaget itu, membuat Delia hanya diam memperhatikan. Barra tak bicara sedikit pun, hanya mendengarkan perempuan yang meradang di seberang."Sudah tahu kan siapa yang meneleponku?" tanya Delia tanpa menatap suaminya. "Sekarang Mas pergilah, selamatkan kekasihmu. Selesaikan urusan Mas dengannya biar aku yang ngurusi perceraian kita. Jangan sampai Mas menyesal karena kehilangan perempuan kesayanganmu." Diam. "Pergilah, aku nggak apa-apa. Jangan sampai besok pagi ada pihak berwajib mencari Mas karena keluarganya melapor
Read more

Part 34 Di Ujung Pagi 1

[Barra, Tiara nggak bunuh diri seperti pengakuan kakaknya. GERD-nya kambuh dan dia muntah kemudian pingsan setelah minum obat. Terus dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya.] Sebuah pesan dikirim orang kepercayaan Barra jam sepuluh malam.[Oke, thanks, Bro.] Balas Barra kemudian menunjukkan pesan itu pada Delia.Sang istri membaca sebentar kemudian memandang suaminya. "Itu bukan urusanku, Mas. Semoga saja dia lekas sembuh," respon Delia dan mereka saling berpandangan untuk beberapa saat. Dalam kondisi kecewa pun Delia masih sempat memberikan doa untuk rivalnya. Soal ikhlas tidaknya, hanya Allah yang maha tahu dan bisa menilai. "Mas, nggak pulang ke apartemen?""Enggak. Seperti katamu tadi, kita harus saling mengevaluasi diri. Tapi daripada kita tinggal berasingan bukankah kita bisa duduk berdua membahasnya."Dari laki-laki cuek yang tidak mempedulikannya waktu itu, kini menjadi sosok keras kepala di hadapan Delia. Barra tidak peduli penolakan, jika masih ada kesempatan dia akan berj
Read more

Part 35 Di Ujung Pagi 2

Kurang baik apa mereka pada dirinya, sudah menyakiti hati Delia, tapi masih menghargainya sebagai menantu. Mungkin yang dikatakan orang tuanya benar, mereka berniat menjodohkannya dengan Delia tentu bukan semata-mata karena balas budi. Mereka menginginkan yang terbaik untuknya. Sebab record buruk kakaknya Cintiara sudah sangat melekat dalam keluarga besar mereka. Jadi sampai kapanpun, hubungannya dengan gadis itu tidak akan pernah mendapatkan restu. Tidak hanya orang tuanya yang menolak, seluruh keluarga besar mereka akan turut mengecam. Mereka tidak akan pernah lupa sosok Siska yang membuat hancur rumah tangga sepupunya Barra.Barra mengambil bluetooth earphone dari dalam dasbor. Kemudian menghubungi Delia, tapi panggilannya tidak dijawab. Dua kali tidak dijawab semua. Padahal Barra yakin kalau Delia pasti belum keluar kamar. Apakah sebenarnya dia marah? Tapi ditutupi dengan sikapnya yang tenang.Ketika Delia bisa tenang dengan caranya sendiri, ganti Barra yang kelabakan karena gelis
Read more

Part 36 Lelaki dan Perasaannya 1

"Hayo, berani nggak, Mas?" tanya Delia sambil tersenyum."Jebakan ini," sahut Samudra cepat. Membuat Delia ganti yang terkekeh. Entahlah, Delia sangat penasaran. Tidak pernah sekali saja sang kakak menceritakan sosok gadis yang ditaksirnya. Terkadang terbesit pertanyaan konyol, 'Apa kakaknya termasuk pria tak normal?'"Mas, bulan depan usia Mas genap tiga puluh dua tahun. Hmm, kapan mau ngenalin calon istri pada kami?"Samudra tersenyum simpul. Tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Seperti rekan-rekannya, dia juga ingin menikah dan memiliki keluarga. Tiap pertemuan alumni, mereka datang bersama keluarga kecilnya. Dengan bangga mengenalkan istri dan anaknya. Sungguh momen yang selalu dinantikan oleh insan lajang seperti dirinya. Samudra mengangkat wajah menatap adiknya. "Bukan sekarang, Delia. Kalau sudah ketemu yang tepat, pasti Mas kenalkan pada keluarga."Delia menyangga dagunya dengan kedua tangan dan menenung lekat pria di hadapannya. Dia tidak menyadari bahwa tatapan lembu
Read more

Part 37 Lelaki dan Perasaannya 2

Arsitek muda di depannya enak juga diajak diskusi. Meski memberikan sanggahan, tapi dia tahu waktu yang tepat untuk menyela dan menjelaskan. Berbeda dengan Barra yang langsung to the point saja jika merasa tak suka. Bagus juga karena jujur tapi terkesan tidak sopan dan terkadang membuat lawan bicara tidak nyaman. Ini penilaian Delia akan sosok dua lelaki itu. Mungkin memang Delia tidak menyadari jika Barra memperhatikan interaksinya dengan Xavier. Dia tidak paham sikapnya telah memantik rasa tak suka di hati suaminya. Makanya sesuka hati Barra untuk membantah.Meeting selesai tepat di jam makan siang. Delia, Xavier, Pak Feri, Mbak Ida, dan seorang laki-laki perwakilan dari Barra lunch bersama. Xavier penasaran dengan sosok laki-laki yang menjadi suaminya Delia. Apa dia tidak satu perusahaan dengan istrinya? Hendak bertanya segan juga."Maaf, Mbak Delia. Pak Barra ingin bicara?" Wakil dari Barra memberikan ponselnya dengan sopan pada Delia. Perempuan itu berdiri dan menjauhi meja maka
Read more

Part 38 Babak Baru 1

"Kurasa sekarang kamu pasti menyadari, dia perempuan seperti apa. Tentunya nggak gila seperti yang kamu duga sebelumnya. Cerdas malah." Remy terkekeh setelah bicara. Dia ingat ketika sahabatnya itu cerita kalau akan menikahi gadis depresi. Ternyata sekarang posisi sudah terbalik. Siapa yang depresi untuk saat ini?Sebagai sahabat yang tahu banyak tentang Barra, termasuk hubungan rumitnya antara Delia dan Cintiara. Ia yakin bosnya itu sudah menyimpan rasa pada sang istri. Hanya saja masih gengsi untuk mengakui. Sebab selama ini Barra memandang sebelah mata pada Delia yang kala itu terganggu mentalnya."Andai saja waktu itu kamu mendengarkan saranku. Tentu masalahmu nggak akan serumit ini. Sadar atau enggak, kamu sekarang mulai jatuh cinta, tapi kamu masih terikat dengan kisah lama. Satu menuntut ingin dilepaskan, satunya ingin agar kamu mempertahankannya. Coba saja kamu sudah tegas di awal. Aku nggak nyalahin Delia yang mau cerai, karena kamu mencintai wanita lain dari masa lalumu. Aku
Read more

Part 39 Babak Baru 2

Mentari belum menampakkan diri karena mendung kelabu menutupi langit pagi. Barra telah rapi dengan baju kerjanya dan menatap langit dari balkon kamar. Sedangkan Delia baru saja keluar dari kamar mandi dan buru-buru berganti pakaian. Setelan celana panjang dan blouse lengan panjang warna beige dengan aksen tali yang bisa diikat membentuk pita di kerahnya."Hari ini, maukah kamu menemaniku?" tanya Barra hati-hati pada Delia yang duduk di kursi meja rias."Ke mana?""Menemui Tiara dan keluarganya. Biar kamu percaya dengan keputusanku.""Aku nggak ingin terlibat dalam hubunganmu dengan mereka. Mas, selesaikan saja sendiri," tolak Delia."Aku ingin kamu percaya dengan keputusanku."Delia hanya menggedikkan bahunya. Banyak faktor yang bisa menjadi alasan Barra ingin mempertahankan pernikahan dengannya. Tapi Delia tidak yakin karena alasan cinta. Bagaimana mungkin semudah itu ia melupakan perempuan yang telah dipacarinya bertahun-tahun demi orang yang baru dikenalnya beberapa bulan ini. Dia
Read more

Part 40 Pria Masa Lalu 1

Delia memejamkan matanya lebih rapat lagi. Berharap lekas terlelap. Nyatanya tak bisa. Semua pergerakan Barra di belakangnya masih bisa dirasakan. Getar ponsel di nakas juga masih ia dengar. Siapa yang menghubungi malam-malam begini kalau bukan perempuan itu. Tidak mungkin Relasi bisnis. Mereka orang-orang profesional yang tahu waktu untuk membahas pekerjaan. Barra bergeser dan memeluk pinggangnya. Spontan Delia memindahkan lengan itu."Kamu belum tidur?" tanya Barra.Perlahan Delia merubah posisi. Kemudian menoleh dan memandang sepasang mata yang bernaung di bawah alis tebal hitam laksana kepak sayap burung elang itu. Mereka bersitatap, lalu Delia yang lebih dulu mengalihkan pandangan. Banyak hal yang membuncah dalam dada, tapi tidak tahu mana yang harus diutarakannya. Tentang keraguannya, tentang rasa sakit yang masih terasa, atau tentang perasaan Barra terhadapnya.Hampir lima bulan ini Barra tidak hanya curang diam-diam di belakangnya. Namun melakukan dengan jelas di depan matany
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status