All Chapters of Maaf Mas, Aku Mencintai Suami Keduaku: Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

11. Takkan Pernah Kuceraikan

"Astaghfirullah ...."Yudhi mengusap wajah seraya menghela napas. Sedang Tiara sudah tak punya keberanian sedikitpun untuk mengangkat kepalanya. Seberdosa-berdosanya perbuatan yang ia lakukan dalam hidup, belum seberapa dengan perasaan bersalah yang kini menghujam dadanya."Jadi sekarang Mas 'kan sudah tau kebenarannya, saya wanita brengsek! Sangat tidak pantas untuk menjadi istri dari seorang lelaki sebaik Mas Yudhi. Maka itu, ceraikan saya Mas!"Yudhi menarik napas panjang, ingin menertawai sifat kekanakan yang dimiliki istrinya. Tapi ia harus tampil sebagai lelaki bijaksana. "Adik tahu, perkara halal yang paling dibenci Allah?"Tiara bergeming."Ialah perceraian, istriku Sayang. Maka sampai kapanpun Mas tidak dengan mudah mengucap talak kecuali jika kamu melakukan kemaksiatan atau hal-hal yang melanggar syariat, yang jika Mas mengingatkan justru kamu tolak atau kamu bantah. Tapi selama kita bersama, tak satupun permintaan Mas kamu tolak. Mas minta kamu ulurkan jilbab menutupi dada
Read more

12. Digrebek Warga

Mereka baru saja selesai menyantap nasi dengan lauk yang tadi pagi dititip ibu mertua. Sejenak meneguk air dalam gelas, lalu dengan sigap Yudhi membantu Tiara membereskan bekas sampah.Setelah semua bersih, mereka kembali bersantai dengan duduk di atas karpet yang terletak di depan ranjang. Rumah ini memang cukup sederhana, hanya ada satu kamar, ruang tamu, dapur dan satu buah kamar mandi. Jika dilihat-lihat memang sangat layak untuk dihuni oleh anak kosan.Yudhi mulai bertanya-tanya, semenjak kapan Tiara menetap di rumah ini."Dik, sebenarnya udah berapa lama Adik tinggal di rumah ini?"Pertanyaan monohok membuat Tiara berhenti membuka aplikasi Facebook yang ada di handphonenya. Wanita itu tampak ragu menjawab."Baru, seminggu, Mas."Yudhi menghela napas. Apa yang selama ini tak ingin ia sangkali benar, sepertinya akan berkebalikan."Jadi selama masa Iddah kamu tinggal di rumah mana, Dik?"Tiara memilih bergeming, malu untuk berterus terang."Kok diam, dijawablah?"Sejenak mereka dik
Read more

13. Pesan Menyakitkan

Selepas kepulangan warga, Yudhi memasuki rumah dengan perasaan campur aduk.Tiara harus segera mengurus perceraiannya, atau kejadian serupa akan terulang kembali. Itulah yang terpikir di benak lelaki itu. Dengan tetap berusaha tenang ia memasuki kamar. Memang diakuinya, setelah pernikahan kedua ini, bagai diundang masalah datang menghampiri. Tapi karena ikrar nikah mereka adalah ucapan suci yang di persaksikan tidak hanya di depan manusi, melainkan di hadapan Sang Pemilik Jiwa. Mana mungkin Yudhi menyerah begitu saja. Atau melimpahkan semua keadaan ini pada sang istri. Sudah barang tentu Tiarapun pasti tak menginginkan berada pada situasi ini.Yudhi menghela napas sambil mendekati Tiara yang tampak merengut dalam tangis. Lelaki itupun duduk kembali di sebelah sang istri, bersandar pada kaki tempat tidur.Baru hendak membuka suara, tiba-tiba ponsel Tiara berdering. Yudhi kembali menyimpan semua unek-uneknya. Sang istri tampak bangkit menuju nakas yang terletak di sebelah kanan ranjan
Read more

14. Pertemuan Kembali Dengan Mantan Suami

Dengan bantuan Maya, Tiara berhasil mendapatkan rumah sewa sementara. Meski jujur, ada rasa cemburu yang ikut membarengi hati wanita itu tatkala melihat suaminya berbicara dengan wanita muda yang kata Yudhi adalah teman semasa SMA nya dahulu.Cemburu sebab jika dilihat dari luar, wanita itu memiliki segala yang diimpikan Yudhi sebagai pendamping hidup. Sedang Tiara begitu bertolak belakang dengan wanita itu. Jika keseharian Tiara masih kerap mengenakan jeans dipadukan dengan kemeja atau tunik, maka wanita itu terlihat anggun dengan gamis serta jilbab lebar menutupi dada. Persis seperti yang diidam-idamkan suami keduanya."Hai ...."Yudhi menyentuh pundak sang istri yang sedari tadi nampak melamun. Sudah seminggu berlalu setelah Tiara mendatangi pengadilan agama untuk mengajukan gugatan cerai. Selama itu pula, ia tak pernah mendapat kabar pun tak bisa bertemu dengan Danu.Wira menutup semua akses.Andai bisa diluapkan, rasa rindu di dada sudah seperti anak Gunung Krakatau yang hampir
Read more

15. Menghabiskan Waktu Bersama Mantan

Degup jantung Tiara berdetak dua kali lebih rancak. Ia menoleh, memastikan apakah Wira sudah melihat siapa yang menelpon ke hapenya.Sejenak memandang wajah lelaki itu. Tapi yang ditatap tampak begitu tenang. Justru Tiara yang dilanda perasaan tak menentu. Apa yang harus ia lakukan, mengangkat telpon dan pastinya Wira akan sangat tersakiti. Atau membiarkan hingga deringan itu berhenti dengan sendiri, namun akan melukai hati Yudhi.Sesaat dia mengembuskan napas panjang."Angkat aja, Dik."Ucapan Wira membuat Tiara tersadar dari pikir panjang yang mungkin takkan usai itu. "Baik, Mas," ucapnya lega sambil bangkit mencari pojokan. Lalu panggilan dari Yudhi segera diangkat."Assalamualaikum Mas.""Waalaikum salam Sayang. Udah shalat Dhuha?"Tiara terhenyak, karena keinginannya bertemu Danu begitu menggebu, ia hingga lupa belum selesai melaksanakan shalat Dhuha. Bahkan, wudhu saja belum."Belum, Mas.""Lho ini dimana? Kok bising sekali?""Tiara lagi ketemuan sama teman, Mas.""Pergi kok ng
Read more

16. Kekecewaan Yudhi

"Mas langsung balik, ya," ucap Wira setelah sepersekian detik keadaan diliputi kebisuan.Tiara hanya mengangguk lalu berbalik ke belakang untuk mengecup pucuk kepala sang anak yang sudah tertidur.Dengan perasaan tak tenang, Tiara lanjut menuruni mobil mantan suaminya. Langkah rapuh itu langsung di sambut oleh sang suami yang tampak berdiri tanpa berkedip. Pandangan tajam menembus kaca mobil dan jatuh tepat pada bola mata yang kini menghilang bersama mobilnya.Tidak ada yang dapat menggambarkan perasaan wanita itu kini. Sungguh Tiara menanggung rasa bersalah yang teramat besar. Benar dia menikmati seharian ini bersama Wira dan Danu, tapi tak terbesit sedikitpun jika mantannya itu berani menyentuh bibirnya. Bagaimana cara menjelaskan semua ini. Wanita itu masih menimbang-nimbang situasi dan keadaan.Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, Yudhi segera memegang lengan wanita itu. Lalu tanpa suara dia membimbing Tiara untuk masuk ke dalam rumah. Sikapnya begitu tenang, seolah tak terja
Read more

17. Kecemburuan Tiara

Tiara mematut diri di depan cermin, gamis berwarna cream yang ia kenakan terlihat menyatu sempurna dengan dirinya. Kini wanita itu meraih jilbab untuk kemudian disematkan di kepala. Luar biasa!Hingga napasnya pun terhela sesaat. Kagum pada diri sendiri. Jika biasa ia sering terlihat santai dalam balutan tunik dan jeans, maka kali ini Tiara begitu anggun dengan gamis syarinya. Beberapa detik, pikiran serasa dilempar pada sosok pemberi semua hadiah ini.Yudhi.'Pasti kamu sangat kecewa dengan kelakuanku tadi siang, Mas?'Tiara kembali merasakan sesak di dadanya. Ia kemudian membuka sebuah kotak yang diyakini berisi perhiasan. Seperti janjinya, walau bukan Tiara yang meminta, Yudhi benar-benar mewujudkan apa yang pernah ia katakan dahulu sebelum pernikahan mereka terlaksana.Tiara ingat betul kenapa waktu itu Yudhi menolak menikah dalam waktu cepat. Kotak ini salah satu alasan. Kata ia ingin menghadiahkan cincin berlian kepada mempelai wanitanya di hari pernikahan. Melihat kotak yang
Read more

18. Ancaman Mantan Ibu Mertua

"Tiara?" Yudhi tampak tercengang mendapati sang istri ada di depan mata."Udah malam Mas, saya mau pulang," ucap Tiara dengan suara bergetar.Yudhi yang mendapati keadaan spontan itu segera bangkit."May, makasih ya undangannya. Udah malam, kami langsung pamit."Maya mengangguk mengerti, lalu ia mengantar kedua tamunya hingga sampai ke pintu keluar. Suasana terasa lebih kaku dibandingkan saat pertama mereka sampai. Tiara terlihat lebih cuek, tak ada ucapan pamit yang keluar dari mulutnya. Bahkan ketika sudah melewati pintu. Wanita itu terus berjalan tanpa menoleh. ***"Mas enak-enakan duduk sama Mbak Maya, terus saya dibiarin sendirian di dalam rumah!" Ungkapan kekesalan itu langsung keluar dari mulut Tiara, walau kendaraan baru berjalan sekitar tiga meter."Maya bilang udah ngajakin kamu untuk ikut bergabung di teras, tapi kamunya yang menolak."Tiara terdiam, 'perempuan itu mulai menipu,' batinnya berbisik halus."Nggak pernah dia mengajak Tiara, Mas. Ada juga begitu Tiara megan
Read more

19. Sidang Mediasi

Setelah sempat diserang ibu mertua, hari-hari Tiara kembali dipenuhi perdebatan. Dengan siapa lagi jika bukan dengan mantan suami. Tiara tak henti mengucap istighfar, ia salah telah sempat kembali luluh akan perlakuan manis sang mantan suami. Ternyata, lelaki itu tetaplah seorang Wira, yang tak pernah mengenal kata salah dan kalah.Kemarahan Wira terlihat jelas saat ajakannya untuk kembali bertemu tidak diiyakan oleh Tiara. Rentetan makian kembali menghujani wanita itu. Bahkan hingga sampai ke titik dimana Tiara merasa menjadi wanita paling hina. Wira menyamakannya dengan makhluk Allah yang tidak berakal.Suatu ketika ia bahkan meminta Tiara agar mempertemukannya dengan Yudhi. Tentu permintaan itu tidak diiyakan Tiara, mengingat kemungkinan perkelahian yang terjadi amat lah besar.Beberapa hari menjelang persidangan, semua pesan Wira tak lagi ditanggapi Tiara. Semangat yang terus diberikan umi Yudhi, yang sesuai permintaan sang suami agar menetap menemani Tiara, membuat wanita itu s
Read more

20. Sebuah Janji

Rasa canggung meliputi keduanya, saat untuk pertama kali setelah sekian hari terlewati hanya dengan menatap di kejauhan."Ayo mari masuk."Yudhi membuka pintu mobil bagian tengah agar sang ibu bisa menaiki kendaraan itu. Lalu dengan cepat membuka pintu bagian depan agar sang istri juga bisa mendapatkan tempat untuk mendudukkan diri.Sebelum menutup pintu mobil, keduanya saling menatap sejenak sambil sama-sama menyunggingkan senyuman. Tiara bisa menangkap aura bahagia yang terpancar dari raut wajah sang suami. Ternyata hal itu, membuat dadanya terasa amat lega. Kini ia sudah menepati janji pada lelaki itu. Dirinya sudah membuktikan keseriusan dalam menjalani pernikahan bersama Yudhi. Dan sebagaimana perkataan pria itu tempo hari, iapun telah menunaikan kewajiban. Sikap hangatnya kembali mulai terasa.Yudhi kini menyusul menaiki mobil dengan duduk di kursi kemudi. Tak lama mobil itupun kembali melaju di atas jalanan. Di sisi lain halaman, seorang lelaki dengan mata memerah menatap pas
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status