Selepas kepulangan warga, Yudhi memasuki rumah dengan perasaan campur aduk.Tiara harus segera mengurus perceraiannya, atau kejadian serupa akan terulang kembali. Itulah yang terpikir di benak lelaki itu. Dengan tetap berusaha tenang ia memasuki kamar. Memang diakuinya, setelah pernikahan kedua ini, bagai diundang masalah datang menghampiri. Tapi karena ikrar nikah mereka adalah ucapan suci yang di persaksikan tidak hanya di depan manusi, melainkan di hadapan Sang Pemilik Jiwa. Mana mungkin Yudhi menyerah begitu saja. Atau melimpahkan semua keadaan ini pada sang istri. Sudah barang tentu Tiarapun pasti tak menginginkan berada pada situasi ini.Yudhi menghela napas sambil mendekati Tiara yang tampak merengut dalam tangis. Lelaki itupun duduk kembali di sebelah sang istri, bersandar pada kaki tempat tidur.Baru hendak membuka suara, tiba-tiba ponsel Tiara berdering. Yudhi kembali menyimpan semua unek-uneknya. Sang istri tampak bangkit menuju nakas yang terletak di sebelah kanan ranjan
Dengan bantuan Maya, Tiara berhasil mendapatkan rumah sewa sementara. Meski jujur, ada rasa cemburu yang ikut membarengi hati wanita itu tatkala melihat suaminya berbicara dengan wanita muda yang kata Yudhi adalah teman semasa SMA nya dahulu.Cemburu sebab jika dilihat dari luar, wanita itu memiliki segala yang diimpikan Yudhi sebagai pendamping hidup. Sedang Tiara begitu bertolak belakang dengan wanita itu. Jika keseharian Tiara masih kerap mengenakan jeans dipadukan dengan kemeja atau tunik, maka wanita itu terlihat anggun dengan gamis serta jilbab lebar menutupi dada. Persis seperti yang diidam-idamkan suami keduanya."Hai ...."Yudhi menyentuh pundak sang istri yang sedari tadi nampak melamun. Sudah seminggu berlalu setelah Tiara mendatangi pengadilan agama untuk mengajukan gugatan cerai. Selama itu pula, ia tak pernah mendapat kabar pun tak bisa bertemu dengan Danu.Wira menutup semua akses.Andai bisa diluapkan, rasa rindu di dada sudah seperti anak Gunung Krakatau yang hampir
Degup jantung Tiara berdetak dua kali lebih rancak. Ia menoleh, memastikan apakah Wira sudah melihat siapa yang menelpon ke hapenya.Sejenak memandang wajah lelaki itu. Tapi yang ditatap tampak begitu tenang. Justru Tiara yang dilanda perasaan tak menentu. Apa yang harus ia lakukan, mengangkat telpon dan pastinya Wira akan sangat tersakiti. Atau membiarkan hingga deringan itu berhenti dengan sendiri, namun akan melukai hati Yudhi.Sesaat dia mengembuskan napas panjang."Angkat aja, Dik."Ucapan Wira membuat Tiara tersadar dari pikir panjang yang mungkin takkan usai itu. "Baik, Mas," ucapnya lega sambil bangkit mencari pojokan. Lalu panggilan dari Yudhi segera diangkat."Assalamualaikum Mas.""Waalaikum salam Sayang. Udah shalat Dhuha?"Tiara terhenyak, karena keinginannya bertemu Danu begitu menggebu, ia hingga lupa belum selesai melaksanakan shalat Dhuha. Bahkan, wudhu saja belum."Belum, Mas.""Lho ini dimana? Kok bising sekali?""Tiara lagi ketemuan sama teman, Mas.""Pergi kok ng
"Mas langsung balik, ya," ucap Wira setelah sepersekian detik keadaan diliputi kebisuan.Tiara hanya mengangguk lalu berbalik ke belakang untuk mengecup pucuk kepala sang anak yang sudah tertidur.Dengan perasaan tak tenang, Tiara lanjut menuruni mobil mantan suaminya. Langkah rapuh itu langsung di sambut oleh sang suami yang tampak berdiri tanpa berkedip. Pandangan tajam menembus kaca mobil dan jatuh tepat pada bola mata yang kini menghilang bersama mobilnya.Tidak ada yang dapat menggambarkan perasaan wanita itu kini. Sungguh Tiara menanggung rasa bersalah yang teramat besar. Benar dia menikmati seharian ini bersama Wira dan Danu, tapi tak terbesit sedikitpun jika mantannya itu berani menyentuh bibirnya. Bagaimana cara menjelaskan semua ini. Wanita itu masih menimbang-nimbang situasi dan keadaan.Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, Yudhi segera memegang lengan wanita itu. Lalu tanpa suara dia membimbing Tiara untuk masuk ke dalam rumah. Sikapnya begitu tenang, seolah tak terja
Tiara mematut diri di depan cermin, gamis berwarna cream yang ia kenakan terlihat menyatu sempurna dengan dirinya. Kini wanita itu meraih jilbab untuk kemudian disematkan di kepala. Luar biasa!Hingga napasnya pun terhela sesaat. Kagum pada diri sendiri. Jika biasa ia sering terlihat santai dalam balutan tunik dan jeans, maka kali ini Tiara begitu anggun dengan gamis syarinya. Beberapa detik, pikiran serasa dilempar pada sosok pemberi semua hadiah ini.Yudhi.'Pasti kamu sangat kecewa dengan kelakuanku tadi siang, Mas?'Tiara kembali merasakan sesak di dadanya. Ia kemudian membuka sebuah kotak yang diyakini berisi perhiasan. Seperti janjinya, walau bukan Tiara yang meminta, Yudhi benar-benar mewujudkan apa yang pernah ia katakan dahulu sebelum pernikahan mereka terlaksana.Tiara ingat betul kenapa waktu itu Yudhi menolak menikah dalam waktu cepat. Kotak ini salah satu alasan. Kata ia ingin menghadiahkan cincin berlian kepada mempelai wanitanya di hari pernikahan. Melihat kotak yang
"Tiara?" Yudhi tampak tercengang mendapati sang istri ada di depan mata."Udah malam Mas, saya mau pulang," ucap Tiara dengan suara bergetar.Yudhi yang mendapati keadaan spontan itu segera bangkit."May, makasih ya undangannya. Udah malam, kami langsung pamit."Maya mengangguk mengerti, lalu ia mengantar kedua tamunya hingga sampai ke pintu keluar. Suasana terasa lebih kaku dibandingkan saat pertama mereka sampai. Tiara terlihat lebih cuek, tak ada ucapan pamit yang keluar dari mulutnya. Bahkan ketika sudah melewati pintu. Wanita itu terus berjalan tanpa menoleh. ***"Mas enak-enakan duduk sama Mbak Maya, terus saya dibiarin sendirian di dalam rumah!" Ungkapan kekesalan itu langsung keluar dari mulut Tiara, walau kendaraan baru berjalan sekitar tiga meter."Maya bilang udah ngajakin kamu untuk ikut bergabung di teras, tapi kamunya yang menolak."Tiara terdiam, 'perempuan itu mulai menipu,' batinnya berbisik halus."Nggak pernah dia mengajak Tiara, Mas. Ada juga begitu Tiara megan
Setelah sempat diserang ibu mertua, hari-hari Tiara kembali dipenuhi perdebatan. Dengan siapa lagi jika bukan dengan mantan suami. Tiara tak henti mengucap istighfar, ia salah telah sempat kembali luluh akan perlakuan manis sang mantan suami. Ternyata, lelaki itu tetaplah seorang Wira, yang tak pernah mengenal kata salah dan kalah.Kemarahan Wira terlihat jelas saat ajakannya untuk kembali bertemu tidak diiyakan oleh Tiara. Rentetan makian kembali menghujani wanita itu. Bahkan hingga sampai ke titik dimana Tiara merasa menjadi wanita paling hina. Wira menyamakannya dengan makhluk Allah yang tidak berakal.Suatu ketika ia bahkan meminta Tiara agar mempertemukannya dengan Yudhi. Tentu permintaan itu tidak diiyakan Tiara, mengingat kemungkinan perkelahian yang terjadi amat lah besar.Beberapa hari menjelang persidangan, semua pesan Wira tak lagi ditanggapi Tiara. Semangat yang terus diberikan umi Yudhi, yang sesuai permintaan sang suami agar menetap menemani Tiara, membuat wanita itu s
Rasa canggung meliputi keduanya, saat untuk pertama kali setelah sekian hari terlewati hanya dengan menatap di kejauhan."Ayo mari masuk."Yudhi membuka pintu mobil bagian tengah agar sang ibu bisa menaiki kendaraan itu. Lalu dengan cepat membuka pintu bagian depan agar sang istri juga bisa mendapatkan tempat untuk mendudukkan diri.Sebelum menutup pintu mobil, keduanya saling menatap sejenak sambil sama-sama menyunggingkan senyuman. Tiara bisa menangkap aura bahagia yang terpancar dari raut wajah sang suami. Ternyata hal itu, membuat dadanya terasa amat lega. Kini ia sudah menepati janji pada lelaki itu. Dirinya sudah membuktikan keseriusan dalam menjalani pernikahan bersama Yudhi. Dan sebagaimana perkataan pria itu tempo hari, iapun telah menunaikan kewajiban. Sikap hangatnya kembali mulai terasa.Yudhi kini menyusul menaiki mobil dengan duduk di kursi kemudi. Tak lama mobil itupun kembali melaju di atas jalanan. Di sisi lain halaman, seorang lelaki dengan mata memerah menatap pas
Februari 2019Tak terasa, semua berlalu begitu cepat. Kini, Danu yang dahulu masih balita telah menjelma menjadi seorang remaja muslim yang gagah. Dialah putra kebanggaan Tiara. Keshalihannya mampu menjaga pemuda itu dari buruk pengaruh globalisasi dunia. Dia berprestasi dalam bidang akademik maupun agama. Danu terlihat sangat rapi. Seragam bermotif kotak-kotak berwarna biru kini melekat di tubuhnya. Ia terdaftar sebagai salah satu siswa pada sekolah bertaraf Internasional di Jakarta Barat. Dan hari ini adalah hari pertama Danu menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama tersebut.Sudah beberapa kali semenjak semalam, ia menghubungi papanya untuk ikut mengantar. Tapi tak satu kali pun panggilan darinya dijawab."Ma, Papa kok dari semalam di telpon nggak angkat terus ponselnya?" keluh Danu sambil merapikan semua bukunya ke dalam tas. Mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah."Mungkin Papa lagi ada kegiatan, Nak. Yasudah langsung masuk nggih. Nanti Mama jemput, kamu jangan keman
[Assalamualaikum Tiara.]Jantung Tiara terasa berdegup kencang mendapati ibu mertua kini tengah menelponnya. Tak seperti biasa suara wanita itu tegas dan menusuk, kini suaranya terdengar serak dan lemah.[Waalaikum salam, Ma, Mama sehat?][Iya. Tolong bawa Danu ke rumah, Mama mau ketemu Danu.]Tiara meraba sejebak perasaan hati, memang jelas ia rasa wanita itu enggan berbicara banyak. Tapi mau menelpon saja mengungkapkan rindu pada cucunya, itu sudah cukup buat Tiara.[Baik, Ma. In Syaa Allah besok kami kesana][Terima kasih Tiara. Assalamualaikum.][Waalaikum salam, Ma.]Setelah menutup telpon, Tiara melempar pandangan pada Yudhi. Dua perasaan kini melingkupi batinnya, bahagia sekaligus takut. Bahagia sebab setelah sekian lama, wanita yang membencinya karena perceraian dengan Wira, tanpa disangka kini menelpon dan tidak untuk berdebat. Namun ketakutan jua menjadi alasan tatkala mengingat andai saja ini hanya siasat untuk kembali memiliki Danu."Ada apa, Dik?"Pertanyaan Yudhi membuya
Kedua alis Tiara tampak berkerut. Ia ingin menolak keinginan Mas Eko untuk menggelar resepsi bersama. Mengingat bagaimana kedudukan suaminya di hati Maya. namun merasa tak enak pada lelaki itu. Akhirnya, Tiara memilih diam sejenak, membuat Yudhi mengerti jika sang istri tak setuju dengan kemauan bosnya."Sepertinya bukan ide bagus Mas. Takutnya malah Maya merasa Mas terlalu mendesaknya. Menurut saya, Mas Eko biarkan Maya berpikir tentang semua ini. saya yakin jika dia memang jodoh Mas Eko, pasti akan bersatu dalam ikatan pernikahan. Sebaliknya, jika terlalu dipaksa, malah ditakutkan nanti akan berakibat buruk di kemudian hari Mas."Ucapan Yudhi ditelaah dengan baik oleh Eko. Ia memang tak pandai perihal cinta apalagi urusan hati. Dahulu pernah menikah, tapi karena terlampau cuek, si istri malah dibawa kabur orang lain. Kini ia tidak ingin hal itu terulang kembali. Ia akan menjaga Maya sebaik-baiknya penjagaan.Eko mendesah panjang. Jatuh cinta pada Maya membuatnya tersakiti, tapi untu
Setelah menyiapkan semua perlengkapan berliburan, hari itu juga mereka meneruskan perjalanan menuju Bogor. Pancaran kebahagiaan tak dapat ditutupi dari raut wajah keduanya. Setelah sekian lama, meski hari-hari dipenuhi kebahagiaan, namun sebelum resmi secara hukum negara, tetap saja terasa ada sebuah beban berat yang menimpa diri. Tapi hari ini, beban itu seperti terangkat sudah.Tepat pukul lima sore mereka sampai di rumah ibu mertua. Sambutan hangat mengantarkan Danu ke pangkuan sang nenek. Wanita paruh baya yang selama ini belum pernah menggendong seorang cucu, begitu bahagia dengan kehadiran Danu meski bukan terlahir membawa genetik anaknya.Danu dimanja, disayang, ia terlihat begitu bahagia. Rasa percaya diri semakin besar terbangun terlebih setelah penerimaan yang baik dari keluarga ayah sambungnya.Tiara yang menyaksikan tak henti mengucap syukur. Tak ada yang lebih membahagiakan selain yang ia rasakan kini.*Malam hari tanpa mengukur waktu, mereka mengajak Danu untuk mengunju
Tiara melirik jam yang bertengger di dinding, sudah hampir magrib, tapi dua orang yang begitu ia cintai belum jua sampai ke rumah, Yudhi juga Danu. "Kemana mereka?"Saat hendak mengambil gawai untuk menghubungi sang suami, dari luar rumah terdengar ketukan pintu. Tiara urungkan keinginan itu untuk kemudian berjalan mengecek siapa yang lebih dahulu sampai ke rumah."Mas Yudhi?"Sang suami terlihat berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan disembunyikan ke belakang."Assalamualaikum, Sayang," ucapnya sambil mengarahkan sebuah buket bunga pada Tiara. Seketika netra sang istri berbinar bahagia."Waalaikumsalam," jawab Tiara sambil meraih bunga pemberian Yudhi lalu dia memeluk sang suami penuh cinta."Mas kenapa kok tiba-tiba ngasih bunga?""Nggak kenapa-kenapa, lagi pengen bahagiain istri Mas aja.""Benar?"Tiara semakin mengeratkan pelukan. Namun mendadak kedua tangannya terlepas, saat netra wanita itu berhasil menangkap sosok lain di belakang Yudhi."Mas Wira."Mendengar nama Wira t
[Mas, bisa ketemuan nggak?]'Maya, kenapa tiba-tiba dia minta ketemuan?'[Ada apa, May?][Ada yang mau saya bicarakan, Mas.]Yudhi tampak berpikir sejenak. Belum sempat mengetik balasan, pesan dari Maya kembali masuk.[Di kantor aja Mas, sekalian ada beberapa hal yang mau saya beresi bersama Evi.][Oke siap.]Yudhi menutup chat lalu kembali menerawang langit-langit seraya memikirkan masalah apa yang kiranya akan disampaikan Maya. Ah, tak jua mampu mendapat jawaban, akhirnya Yudhi menulis sesuatu pada sebuah undangan. Hanya berselang beberapa menit, Maya terlihat sampai di kantor."Silahkan masuk, May."Wanita itu memasuki ruangan Yudhi sambil melempar senyuman. Kelihatan begitu menawan, Yudhi sampai terlihat menarik napas."Maaf Mas Yudhi menganggu waktunya.""Ah, tidak mengganggu kok. Saya lagi bebas dari kerjaan. Em, sebenarnya ada masalah apa ne, kayaknya serius sekali."Maya terlihat gugup. Sekian lama tidak menatap sosok yang begitu ia cintai itu, walau nyata perasaannya sudah d
Tiara terlihat begitu gugup, kedua jemarinya saling meremas. Hari ini menjadi hari terakhir sidang perceraiannya dengan Wira. Meski sudah tahu apa yang akan diputuskan nanti di pengadilan, namun kegugupan itu tak mampu menyingkir dari jiwanya.Saat nomor register perkaranya di panggil, Tiara yang ditemani ibu mertua juga adik ipar segera memasuki ruangan persidangan. Yudhi yang meminta agar sang ibu menemani istrinya pada persidangan hari ini, sebab mereka telah sepakat untuk tidak membawa Danu dalam ruang persidangan.Suara hakim dibarengi ketukan palu terdengar nyaring di telinga semua yang hadir di persidangan."Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syar'i yang berkaitan dengan perkara ini :Mengadili:1. Mengabulkan gugatan penggugat.2. Menjatuhkan talak satu Bain sugra tergugat kepada penggugat.3. ...*"Alhamdulillah ...."Ibunda dan adik ipar Tiara menyerukan tahmid seraya mengusap wajah. Sedang di samping mereka, Tiara pun ikut mengus
"Mas Wira?" Tiara begitu terkejut mendapati mantan suami ada di depan rumahnya. Wajah lelaki itu terlihat lebih pucat dari biasa. Tubuhnya yang dahulu gagah berisi, terlihat lebih kurusan."Mas apa kabar?"Tiara mencoba mencairkan suasana."Beginilah Tiara. Mas sakit," ucapnya lirih.Keduanya kembali diliputi keheningan. Jika ditanya tentang perasaan, Tiara tak pernah menaruh dendam pada mantan suaminya itu. Pun atas segala perlakuan tidak baik yang dialaminya selama pernikahan. Tiara tak pernah merasa sakit hati. Karena buatnya, tiap satu kesalahan tertutupi oleh satu kebaikan lain. Begitulah ia menyikapi hidup, selain memang sifatnya yang tidak mau memperbesar masalah.Pun pernikahan kedua ini, Tiara tak pernah membayangkan akan sedemikian jatuh cinta pada sosok Yudhi. Tiara berpikir, jika bukan karena ide Wira untuk kembali menikah. Saat ini, mungkin dirinya masih sendiri, memilih kembali bekerja, atau merawat Danu seorang diri."Mas mau bicara sama kamu, apa suamimu ada di rumah?
Assalamualaikum Mas WiraApa kabar Mas, Tiara harap Mas selalu dalam lindungan Allah SWT, dan segera diberi kesembuhan atas penyakit yang Mas alami sekarang.Mas, sebelumnya Tiara mau ngucapin terima kasih, karena keikhlasan Mas untuk tidak mempersulit jalannya persidangan. Semoga kebaikan Mas ini, Allah balas dengan seribu kebaikan lain.Sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan Mas Wira, saya sadari bahwa diri ini membawa banyak kekurangan dan kesalahan. Maka sebab itu, ijinkan Tiara menyampaikan permintaan maaf yang terdalam dari hati Tiara, jika selama kita berumah tangga, banyak kekurangan dan kesalahan yang sebabnya berasal dari Tiara sendiri.Mas, percayalah, bahwa dari cobaan yang kita hadapi kini. Kita harus sama-sama yakin, bahwa Allah sudah menyimpan rahasia besar untuk kita ambil hikmah bersama. Bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan pada hamba-Nya, tanpa ada jalan keluar terbaik sebagai penawar. Kita sebagai manusia hanya harus pandai mencermati dengan