Setelah kepergian Kak Afrizal, aku kembali ke kamar. Melihat Cheril yang sedih ditinggal ayahnya, bocah itu masih belum bisa bicara. Aku duduk di kursi, menggenggam erat tangan Cheril dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Ayah kerja, cari uang untuk berobat Cheril. Biar Cheril bisa bicara lagi, nanti kita juga ke Jakarta. Tinggal bareng ayah, jadi bisa tiap hari ketemu. Cheril jangan sedih lagi ya?" Wajah itu masih keberatan, tetap tidak mau ditinggal. Wajar saja karena setiap hari Cheril mencari ayahnya. Baru bertemu sebentar langsung ditinggal lagi. "Ayah pasti juga rindu Cheril, Ayah sayang Cheril. Tapi Ayah harus kerja, Cheril jangan sedih lagi." Aku mengusap rambutnya dengan lembut, biasanya mereka menahan rindu dengan berbicara di telepon. Cheril selalu bercerita banyak hal kepada ayahnya, bahkan hal-hal tidak penting sekalipun. Demi mengobati rindu di saat tubuh berjauhan, hanya bisa terobati lewat suara.Sekarang pasti Cheril panik, tidak bisa lagi melepas rindu
Last Updated : 2023-01-08 Read more